Bagian 4

1.9K 420 57
                                    


Kerajaan Bulan juga memiliki pangeran. Dari yang aku pelajari di sekolah, ada 3 pangeran yang berasal dari Klan Oberon. Aku tidak pernah bertemu mereka secara langsung, tapi dari koran dan siaran televisi, sikap mereka begitu sopan dan penuh wibawa. Setidaknya itulah gambaran yang ingin mereka tunjukkan pada rakyat. Tapi bukan begini.

Pangeran mana yang tiba-tiba menyeret orang begitu saja?

Kurasa hanya pangeran ini. Aku bahkan meragukan status pangerannya.

Dia membawaku berlari, berbelok dan menyelip ke bangunan-bangunan yang ada di dalam kerajaan, semakin lama larinya justru semakin cepat. Kakiku terasa keram bukan main, membuatku berhenti berlari. Jungkook seketika menoleh ke belakang.

“Kenapa?”

Bisa-bisanya dia bertanya begitu. tidak ada rasa bersalah sama sekali apa?
“Aku capek,” kataku ketus. Kupegang kedua lututku dengan telapak tangan, berusaha mengatur napas yang berantakan. “Lagian kenapa kau menyeretku sih?”

“Biar aku punya alasan.”

“Hah?”

Responku justru diabaikan begitu saja. Jungkook justru menarikku lagi, membuatku tersentak. Kaki yang keram mau tak mau terseret. Hanya kali ini dia tidak berlari. Setidaknya, tidak lama. Jungkook berbelok kemudian mengajakku bersembunyi di balik tumpukan boks kayu besar yang tersusun di samping  gedung. Kami berdua menunduk sementara kepala Jungkook curi-curi pandang dari sela-sela tumpukan boks. Langkah-langkah kaki berlari terdengar lewat, dan Jungkook langsung menghela napas lega.

“Akhirnya mereka pergi.” Suaranya benar-benar mencerminkan kelegaannya. Jungkook kemudian berbalik menatapku. “Nah, sekarang kita cari jalan lain. Kau tahu jalan lain untuk ke arena selain dari gerbang?”

“Arena apa?” tanyaku balik. Yang aku dapat justru tatapan kesal darinya. Harusnya kan aku yang melemparkan tatapan begitu padanya.

“Tentu saja arena paling besar. Kan hari ini ada pertandingan.” Oh, apa lagi itu? “Aku harus menontonnya, hari ini Klan Elodoro diwakili Jenderal Victor. Tapi Nyonya Oriane tidak mau aku melewatkan kelas sedikit pun, jadi aku tidak punya pilihan.”

Pangeran tukang bolos. Menarik juga. Dari dugaanku, Nyonya Oriane yang dia maksud itu Nenek. Ternyata Nenek mengajar pangeran? Sayangnya pangeran itu kabur.

Sudut bibirku nyaris terangkat karena aku memikirkan sesuatu. Balas dendam. Yah, semacam itu. Aku bisa saja berdiri dari sini, tertawa padanya dan bilang bahwa aku cucu dari gurunya, memanggil orang-orang yang akan menangkapnya dan membawanya untuk belajar lagi.

Kurasa itu siksaan yang cukup bagus sebagai imbalan atas kakiku yang sakit.

Namun di saat yang sama rasa penasaranku juga terpancing. Dia bilang arena, dan ada pertandingan. Kedengaran asing sekaligus menarik. Rasa penasaranku terpacu, terutama melihat pangeran ini dengan antusiasmenya, sampai rela bolos dan dikejar-kejar begitu.

Tapi kan...

“Aku tidak tahu jalan.” Satu-satunya yang aku tahu hanya jalan ke gerbang depan. Itu yang aku lewati untuk masuk ke sini. “Lagi pula susah untuk kabur sementara banyak orang pasti mengejarmu, Pangeran.”

Seketika dia menatapku tak suka. “Aku Jordanius.” Aku sempat dengar ini, beberapa orang meneriakkan nama ini saat mengejar kami sebelumnya. Kupikir itu orang lain. “Kau bisa panggil aku Jungkook,” ujarnya, “dipanggil begitu membuatku mau muntah.”

“Tapi kau kan memang pangeran,” aku membalas tak acuh. Oh, mungkin hanya dengan satu kata aku bisa membuatnya tersiksa. Setiap kali aku menyebut “pangeran”, Jungkook langsung kelihatan tak suka. Dan kali ini aku bisa mendengar dia menggeram pelan.

ECLIPSE DIARY (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang