Bagian 32

2.1K 117 8
                                    

Terkadang alasan dibalik perginya seseorang adalah salah satu cara Tuhan untuk menggantinya dengan yang lebih baik

*****************************************

"Kak Al udah dikasih tau belum, bang?" Tanya Rifaul.

"Belum, Fa." Jawab Arash lemah.

Tak selang beberapa lama, Ayana datang dengan suaminya. Sepasang orang tua itu langsung menghampiri anak mereka yang tengah duduk menunggu keadaan ayahnya.

"Mama." Arash memeluk Ayana menumpahkan semua rasa lelah dan sedihnya pada wanita yang sudah melahirkan nya itu. Ayana mengelus lembut punggung Arash memberikan rasa ketenangan pada anaknya itu.

"Ma, Dara belum makan dari tadi siang." Ucap Arash.

Ayana melepaskan pelukannya pada anak lelakinya itu kemudian menatap Dara yang dari tadi hanya menatap objek didepannya. Ia melamun. Air wajahnya terlihat letih, ditambah mata memerah lengkap dengan kantung mata yang mulai menghitam. Jelas sekali itu bukan Dara yang biasa dilihat. Meski Dara cuek dan tak peduli sekitar, dia mempunyai penampilan yang menarik, bukan seperti sekarang.

"Bunda Vera mana?" Tanya Ayana.

"Bunda pulang dulu kerumah, dia keliatan capek banget, ma. Rinjani juga gak ada yang nemenin dirumah." Jawab Arash.

"Kamu udah makan?" Tanya Ayah.

"Aku, Faul, sama Dzikri udah makan. Tinggal Dara yang belum makan. Dia gak pernah beranjak dari kursi itu dari tadi siang." Jelas Arash.

Ayana berjalan menghampiri putrinya itu, ia nampak iba sekali melihat sang putri yang nampak seperti putrinya dulu, mata sembabnya itu mengingatkan Ayana dulu saat papa Dara meninggalkan keluarganya dan membawa Rifaul beserta Dzikri dari Ayana.

"Sayang." Ucap Ayana lembut sembari mengusap rambut Dara. Dara hanya menoleh pada sumber suara dengan tatapan datarnya. Sebenarnya tatapan yang tak dapat diartikan maksudnya.

"Kita pulang dulu yuk?" Ajak Ayana. Dara menggeleng.

"Kamu harus makan, kamu juga harus bersihin badan kamu. Masa masih pakai seragam sih?" Bujuk Ayana seperti membujuk anak kecil. Ia tahu hati Dara sedang terguncang saat ini, sedikit saja emosi menghampirinya, Dara akan kembali seperti dahulu.

"Dara mau tunggu papa disini." Lirih Dara, kemudian membuang pandangannya dari Ayana.

"Kalo nanti Dara sakit gimana? Siapa yang nanti jagain Papa? Dara mau kan jagain Papa? Kalo Dara sakit, Dara gak bisa jagain Papa. Papa butuh semangat dari Dara buat sembuh. Dara mau kan papa sembuh?" Ayana membungkuk mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Dara yang tengah duduk di kursi tunggu. Ayana menghapus air mata yang keluar dari mata Dara. Dara menangis tanpa terisak.

"Yuk, nanti kita kesini lagi ya?" Bujuk Ayana.

"Mama janji?" Tanya Dara.

"Janji, sayang." Jawab Ayana sembari tersenyum. Akhirnya setelah membujuk Dara, Dara bersedia untuk diajak pulang. Kasihan Dara sudah lelah sekali. Memang benar ya, anak itu akan selalu luluh jika ibu yang meminta.

 Memang benar ya, anak itu akan selalu luluh jika ibu yang meminta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ERLANGGA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang