#5. Nemesis

11.1K 1K 530
                                    

Huang Renjun, 17 tahun. Anak tunggal dari Baba Yuta dan Mama Winwin dengan segala kasih sayang yang didapat dilingkungannya, ternyata mampu menatap sadis seorang remaja yang duduk tak jauh beberapa bangku darinya.

"Aku benci sekali dia," desis pemuda kecil itu. Mengenggam garpunya lebih erat seolah benda itu adalah tulang leher seseorang yang ditatapnya. Haechan yang duduk dihadapan Renjun, tak ambil pusing. Masih sibuk mengunyah omelette daging kesukaannya dengan rakus. Sementara Chenle, ikut memusatkan pandangannya pada objek kebengisan Renjun.

"Berhenti menatapnya seperti itu Renjun hyung, aura kebencianmu menguar," perkataan Chenle tidak berefek apapun. Karena Renjun masih saja menatap bengis pemuda bersurai hazelnut yang sedang tertawa cekikikan dengan seorang gadis cantik disampingnya.

Hingga si pemuda tiba-tiba saja melirik pada Renjun dan memberikan smirk kecil ketika dengan sengaja mengelus rambut gadis cantik disebelahnya.

Membuat Renjun yang duduk diujung sana semakin panas dingin, "Berani sekali dia!" dengusnya.

Melihat sahabatnya yang sudah misuh-misuh sendiri, Haechan yang awalnya acuh mau tak mau membuka suara. "Relakan saja si Heejin itu apa sulitnya? Lagian ini bukan yang pertama kan? Gebetanmu direbut Jaemin?"

"Karena itu aku membencinya! Memangnya apa hebatnya sih dia? Bawa kendaraan saja masih ugal-ugalan!"

"Well.... setidaknya dia punya motor dan mobil, dan juga mengendarai nya sendiri" Haechan menatap Renjun dengan pandangan jenaka. Seolah mengejek Renjun yang masih diantar jemput oleh Babanya.

Renjun merengut, "Baba hanya khawatir jika aku mengendarai sendiri. Lagipula lebih aman jika pergi bersama Baba daripada ugal-ugalan seperti Jaemin" elaknya.

"Tetap saja kau kalah saing dari Jaemin. Dia itu atlet basket dan bertubuh kuat, jika dibandingkan denganmu yang tersandung kerikil saja kesakitan," Haechan makin semangat mengompori.

Renjun makin merengut, bibirnya terpout karena kesal dengan perkataan Haechan yang terlalu mengelu-elukan Jaemin. Sebenarnya siapa yang jadi sahabatnya disini?

"Tapi..." Chenle yang dari tadi hanya menyimak membuka suara, "Dibandingkan dengan Jaemin Hyung, Renjun Hyung lebih murah senyum dan ramah. Meskipun tidak ada kesan cool sama sekali sih", ujarnya dengan ujung-ujungnya membela Jaemin juga.

"Kalian ini dikubu mana sih?!" pekik Renjun membahana.
.
.
.
.
.
.
.
.
Renjun sedang sibuk mengobrak-abrik lokernya, ketika tanpa sengaja matanya melirik pada Heejin yang bergelayut manja dilengan Jaemin, sementara si pemuda hanya tersenyum hambar menanggapi celotehan gadis cantik itu. Tak lama kemudian, Heejin meninggalkan Jaemin karena memang jam pelajaran akan segera dimulai.

Renjun memanfaatkan situasi itu dengan menarik Jaemin dan menghempaskan punggung pemuda itu ke lokernya yang telah tertutup, menghasilkan suara 'bang!' yang kuat ketika dengan sengaja Renjun memukulkan tangannya dibagian loker yang berada dekat dengan sisi wajah Jaemin. Mau tak mau Renjun harus berjinjit dan sedikit mendongak ketika melakukannya karena perbedaan tubuh mereka yang cukup jauh.

"Kau! Apa maksudmu huh?" sengitnya.

Jaemin mengernyitkan alis ketika melihat usaha Renjun agar terlihat mengintimidasi malah terlihat sia-sia. "Tidak bermaksud apa-apa," jawabnya tenang.

Hidung Renjun kembang kempis dibuatnya. "Kau tidak benar-benar menyukai Heejin kan? Kau hanya bersikap seolah-olah kau suka padanya?!" geram Renjun.

Jaemin terkekeh kecil, "Memangnya apa urusanmu? Kau cemburu?" godanya.

"Tentu saja itu urusanku! Kau selalu merebut gadis incaranku, sejak kelas 1! Kau ini maniak atau apa?!" jeritnya frustrasi sembari menarik dasi Jaemin agar pemuda itu sedikit menunduk. Renjun pegal jika lama-lama berjinjit.

(✔) Oneshot!; ╰Jaemren╮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang