2

14 3 1
                                    

Rana adalah perempuan yang bisa dibilang menyedihkan dalam soal "percintaan".
Kisah cintanya dari SMA sampai sekarang tidak pernah semulus wajah idol korea. Sedih bukan? Sangat.

Sampai akhirnya dia pernah berikrar bahwa ia tidak akan pernah lagi ingin mengenal cinta. Bukan, bukan karena dia menyerah karena kisah cintanya yang sangat menyedihkan tetapi memang dia sudah benar-benar lelah dengan kehidupannya. Meskipun kehidupannya terbilang "sempurna" tetapi dia lebih memilih hidup sederhana layaknya perempuan biasa. Dan dia adalah perempuan tergalak yang terlahir di dunia ini.

Hari ini adalah hari melelahkan bagi Rana dan Sabrina, karena mata kuliah yang satu ini benar-benar menguras otaknya.

Setelah kelas selesai, Rana mengajak Sabrina untuk nongkrong-nongkrong di caffe yang baru buka dekat kampus.

•Rana POV•

"Kuy lah keburu rame, Males ngantri gw," gw kesal karna Brina dari tadi terus memandangi cermin dan sibuk mengatur tatanan rambut hitamnya.

Dan dengan senyum manisnya Brina menanggapi,

"Sabar dong! Lagian cafenya gak bakalan tutup sebelum lo dapet jodoh."

"Dih! Kayak lo udah dapet jodoh aja."

"Eeh lo gak inget kemaren senior yang nabrak gw? Itu jodoh kiriman tuhan buat gw."

"Gausah kebanyakan mimpi lo!" gw menepuk dahi Brina.

Gw dan Sabrina atau Brina tidak pernah absen untuk sekedar "akur". Menurut gw haram hukumnya kalau tidak ada perdebatan setiap hari, seperti sayur yang kurang garam. Brina adalah sasaran empuk yang pas dijadikan bahan bullying buat gw, HAHAHA. Bahkan Brina pernah nangis gara-gara gw, tetapi dibalik keisengan gw, gw adalah sosok yang sangat manja, sampai-sampai Brina berfikir bahwa gw sebenarnya anak berusia 5 tahun yang tinggal di tubuh seorang gadis dewasa. Ya, gw se childish itu.

Tak lama kita sampai di cafe, dengan gagahnya bak seorang prajurit yang siap untuk menuju medan perang, Brina berjalan paling depan,
"Woy lama lo! Tadi minta buru-buru," ucap Brina sambil terus berjalan.

Gw pun mendengus kesal, "Brisik lo!!"

Secara tiba-tiba Brina berhenti tanpa aba-aba, bahkan gw hampir menabrak bahunya kalau saja tidak cepat menghentikan langkah. Secara spontan gw berdecak kesal.

"WOY KAMPRET! jalan yang bener dong!" omel gw.

"Ini nih yang namanya rejeki anak solehah, na liat tuh ada cogan lagi pada ngumpul," Tangan Brina menunjuk pada sekumpulan cowo-cowo yang sok famous yang hanya mengandalkan wajah tampannya.

"Cari tempat lain aja deh, males gw satu caffe sama anak-anak sok populer yang cuma manfaatin ketampananya, idih!!!" jawaban gw mampu membuat Brina ingin mengubur gw hidup-hidup.

Jelas saja, ini adalah kesempatan Brina untuk bisa melihat cowok yang ditabraknya kemarin. Karena sesungguhnya, Brina telah jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Gak! Kali ini gw gak minta saran lo!" sembari menarik tangan gw. Dan gw hanya bisa mengikuti keinginannya kalau sudah menyangkut soal "cowok".

Kita mendapatkan posisi strategis untuk ngopi-ngopi santai sembari melihat pemandangan indah, tentu saja masih dengan segerombolan laki-laki yang SOK TAMPAN itu, inget ya SOK TAMPAN. Gw lebih memilih duduk membelakangi para gerombolan cowo-cowo tersebut, sedangkan sahabat gw yang tergila-gila sama salah geng cowo sok tampan tentu saja memilih tempat duduk yang menghadap ke arah para cogan.

"Gausah sok cantik lo!" gw berbisik, sontak membuat Brina tersenyum bahagia.

"Emang gw cantik, buktinya tadi si abang ganteng ngeliatin gw," dengan suara khas centilnya dan mata yang fokus menatap segerombolan cogan.

Unexpected Love (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang