Part 2

73 13 5
                                    

"Lo berhak atas bahagia, dan kesedihan berhak memoles kebahagiaan. Jadi, jangan pernah suka protes kalau hari lo kaya warna Zebra. Karena, itu warna kehidupan yang paling cantik"
-Helystiawati-

🌚🌚🌚

Jam menunjukan pukul 13.00 wib dan dijam itulah siswa dan siswi SMA DLASTA untuk pulang ke rumahnya masing masing.

Naufal kini sedang beriringan dengan kedua sahabatnya, Lando dan Billy. Mereka menuju parkiran sekolah untuk mengambil kendaraannya masing masing.

"Bro, gue duluan yah. Nyokap mau nyunatin" perkataan asal dari mulut Lando, membuat Naufal dan Billy menoyor kepala Lando bersamaan.

"Duh anak anak kurang belaian! Ngapa coba gue dipukul? Emang gue salah apa? Rambut gue kemarin tuh habis ke salon perawatan, eh kalian ngerusak!". Sambil memajukan bibirnya dan mengusap kepalanya. "Heh lontong! Gimana ga mukul, lo ngomong asal gitu. Nyokap ko mau disunat" Heran Lando dengan sahabatnya yang memang kekurangan syaraf normal diotaknya itu.

"Maksud gue tuh adek gue yang mau disunat, trus nyokap mau nemenin abis itu nyuruh gue buat nganterin! Otak lu keenceran si, jadinya kelewat-" Lando menyisakan telunjuknya dan membuat garis miring dijidatnya.

Naufal hanya terkekeh dengan kedua sahabatnya sambil menggelengkan kepala. Terkadang Naufal ingin menguncir lalu mengepang mulut kedua sahabatnya itu jika mereka berdebat tiada henti. Saat ingin menaiki motor ninja merahnya ia tak sengaja melihat Zeline yang sedang memakai helm hitamnya.

Ia segera berlari ke arah Zeline, sebelum ia melajukan motornya, dan Naufal hanya mengabaikan panggilan kedua sahabatnya, lalu menyuruh mereka untuk pulang lebih dulu.

"Hi, Zel!". Naufal berada di belakang Zeline, merasa namanya dipanggil Zeline melihat ke arah belakangnya. "Kenapa?" Zeline sedang membuka helmnya lagi, ia tidak enak jika berbicara dengan keadaan helm berada dikepalanya, itu tidak sopan, apalagi jika lawan bicaranya adalah Naufal.

"Eh gak ko. Lo mau ke tempat pembangunan lo bukan?". Ya, Naufal tahu jika Zeline suka bekerja sehabis pulang sekolah. "Iya, trus lo mau ikut lagi?" tanya Zeline, dan mendapat anggukan oleh Naufal.

"Gausah deh Fal ntar lo-" perkataan Zeline dipotong oleh Naufal yang Naufal hafal akan penolakan Zeline "Nanti gue item, keringetan, sakit badan, dan seragam gue kotor" jengah Naufal "Ayolah please gue ikut, gak ada penolakan! Lo duluan ya, ntar gue ikutin lo di belakang". Sambil menepuk bahu Zeline dan mendapat anggukan pasrah, lalu Naufal menghampiri motornya dan mengendarainya.

Zeline sudah menunggu di depan gerbang, dan akhirnya mereka menuju tempat yang akan Zeline tampung sebagai sumber rezeki.

Flashback on

"Pengunguman, bagi siswi yang bernama Zeline Auristella kelas 10 Ips 1 harap ke ruang kepala sekolah sekarang juga. Sekali lagi, bagi siswi yang bernama Zeline Auristella kelas 10 Ips 1 harap ke ruang kepala sekolah sekarang juga. Terimakasih".

"Zel, kamu dipanggil tuh. Mau aku anter enggak?" Tawar Vinka teman sebangku Zeline. "Gausah, gue bisa sendiri". Kemudian Zeline bangkit dari duduknya dan izin pada guru untuk keluar kelas sebentar.

Zeline berjalan gontai untuk pergi ke ruang kepala sekolah. Setelah sampai di sana, Zeline mengetuk pintu dan memberi salam. Betapa terkejutnya ia dengan dua orang yang tak asing sedang berdiri dan tersenyum ke arahnya.

"Zeline, kamu inget om?" Tutur seorang pria paruh baya yang memakai seragam khas orang kantoran.
"Zel, lo inget gue kan?" Dan pertanyaan antusias dari seorang cowok yang penampilannya sangat berubah dari terakhir ia lihat.

"Om Wangsa? Lo Upil, eh m-maksud gue Naufal?" dua orang yang ada di depamnya sontak tersenyum lebar saat Zeline mengingatnya. Dan reflek Zeline berhampur ke dalam pelukan yang bernama wangsa itu, dan secara tak sadar Zeline pun menangis.

"Maafkan saya Zeline, maaf-" ada sebuah pergerakan gelengan cepat dari dada bidang Wangsa itu. Setelah dirasa cukup, Zeline melepaskan pelukannya, dan menatap sendu seseorang yang ia sudah anggap sebagai ayah keduanya.

Ada pergerakan yang sangat halus dikepala Zeline, saat menoleh ia menemukan Naufal-teman kecilnya itu mengelus rambut Zeline sambil melempar senyum hangat diwajahnya.

"Hi Jeje, lo apa kabar?" Jeje adalah panggilan Naufal kepada Zeline saat ia dipertemukan di kelas 1 SD. Dan Zeline kecil pun menanggil Naufal dengan sebutan Upil yang awalnya adalah Upal.

"Gue baik, dan lo jahat" ada kekehan kecil dibibir Naufal. "Zeline, Naufal, ayo duduk kasihan kepala sekolah menunggu!" mereka pun duduk, dengan posisi Zeline di tengah.

Lipatan dikening Zeline bermunculan, dan menoleh kepada Naufal tanda ingin meminta penjelasan. Naufal hanya tersenyum lalu mengangguk tanda sebuah ketenangan.

"Baik langsung saja. Zeline, kamu akan dipindah sekolahkan oleh pak Wangsa. Tadi kami sudah berunding, dan akan menyiapkan segala perpindahan berkas ini ke sekolah baru kamu. Tinggal menunggu jawaban kamu, ingin pindah atau tidak" ucap kepsek itu dengan wibawanya.

Zeline semakin tidak mengerti. Kenapa ia dipindahkan? Apa ia punya masalah?. Memang, Zeline bersekolah di sekolah yang sederhana di Tangerang, ia memilih bersekolah di sini karena memang bayarannya pun tak terlalu membebankan, dan memang dekat dengan rumah dari pembantunya itu. Ia menumpang karena suatu hal yang berujung kesengsaraan.

Suara bariton dari Wangsa menjawab pertanyaan yang ada dibenak Zeline "Zeline. Om mau kamu pindah ke sekolah yang ada di Jakarta, dan kamu akan satu sekolah dengan Naufal. Om tau, kamu tinggal di rumah pembantu kamu kan yang ada di sini? Kamu tenang saja Zel, om akan belikan kamu rumah di perumahan yang ada di Jakarta, dan sekolah kamu gratis sampai kamu lulus nanti. Dan om akan kuliahkan kamu".

Penjelasan dari Wangsa itu cukup membuat hati Zeline terenyuh, ia ingin menangis sekarang juga. Dengan satu tarikan nafas, Wangsa itu melanjutkan.

"Zeline anggap ini sebagai ucapan terimakasih untuk semua yang dulu sudah keluarga kamu kasih kepada keluarga Om. Dan juga permohonan maaf Om karena keluarga om tidak ada si samping keluarga kamu yang dulu sangat terpuruk atas meninggalnya ayah kamu dan hangusnya seluruh kekayaan keluarga kamu".

Tes
tes

Butiran itu jatuh tak tertahan saat hal sensitif menyangkut tentang ayahnya diputar kembali. "Zel, lo terima yah. Nanti kita bakal satu sekolah lagi, dan lo bisa mukulin gue lagi" ditambah dengan cengengesan tak berdosanya itu lalu malah mendapat tendangan ditulang kering Naufal. Naufal pun meringis, dan Wangsa pun hanya menggeleng kepalanya.

"Jadi, bagaimana Zel? Kamu mau kan?" tanya Wangsa penuh harap, dan dibalas anggukan dan ucapan trimakasih dari Zeline, lalu setelah itu mereka berpelukan menyalurkan sebuah rasa yang tak biasa.

Seminggu setelah itu, Zeline, Ibu Zeline, dan adiknya itu kini berpindah rumah di perumahan yang ada di Jakarta. Ia senang, karena rumah ini sederhana. Lalu ia pindah satu sekolah dengan Naufal di SMA DLASTA, dan juga lulus nanti ia akan dikuliahkan secara gratis oleh Wangsa.

Saat akan diberi fasilitas lainnya, Zeline dan keluarganya menolak, karena dirasa sudah lebih dari cukup apa yang telah Wangsa beri pada keluarganya itu.

Setelah itu, hidup Zeline tidak terlalu sengsara daripada hari hari sebelumnya yang terlalu menyekik detik detik hidup keluarganya.

Flashback off.

                               🌚🌚🌚

Haeee, saya update lagi hehe. Kalau ada kritik dan saran tolong salurin aja buat aku, karena aku juga masih belajar.

Kalau banyak tanda bacanya yang masih salah, langsung komentar aja ya hehe.

Tong khilaf vote dan komen yaahhh hehe, terimakasih.

Salam hangat dari saya!
Sel080119 (nulis didrafnya)
Rab090119 (update)

A, N & ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang