Part 5

37 3 2
                                    

"Jangan salah faham dulu kalau ada yang peduli ke kamu. Siapa tahu cuma kasihan, enggak lebih."
-Helystiawati-

🌚🌚🌚


Pagi melambai dengan awan yang hitam, membawa segala beban. Ia menurunkan berjuta juta tetesan air menambah kesejukan pagi hari.

Seorang gadis berdecak kesal melihat hujan turun sangat deras. Membuatnya memeluk tubuhnya sendiri, karena hoodie yang ia sering pakai, diberikan kepada adiknya.

Ya, saat di perjalanan menuju sekolah Azka memang hujan telah turun. Tapi apa daya, hujan semakin menghantam dan membuat semua orang memaksa meneduh tak terkecuali Zeline bersama adiknya.

Jam menunjukan pukul enam lewat sepuluh menit, masih lumayan pagi untuk sekolah Azka, dan hampir siang bagi Zeline untuk bel masuk sekolahnya.

Azka memakai hoodie milik Zeline yang kebesaran ditubuhnya itu, ia merasa kasihan kepada kakaknya yang terlihat sedikit pucat, yang mungkin karena kehujanan.

Saat Azka akan membuka hoodie itu, tapi Zeline langsung menyela.

"Udah tiga kali kamu mau buka tu hoodie, kuping kamu mau kakak potong?"

Azka menatap sedikit takut kakaknya, matanya sangat jeli sekali hingga tahu jika Azka akan melakukan sesuatu yang berulang ulang.

Zeline bukan kejam, ia hanya ingin Azka terbentuk mental karena disuapkan kata kata yang pedas dari Zeline. Terlebih lagi jika Azka adalah seorang laki laki.

Azka melihat ada dua bocah yang sepertinya seumuran dengannya, satu perempuan dan satu laki laki.

Dua bocah itu sedang berdiri di tengah derasnya hujan dengan payung yang bisa dibilang besar ditangan kedua bocah itu.

Dari penglihatan Azka, dua bocah itu tampak menawarkan payung bagi siapapun yang terjebak hujan.

Terlihat ada lipatan dikening Azka yang masih sedikit bingung. Mengapa mereka menawarkan payung kepada orang lain? Bukannya justru orang orang yang tengah dilanda hujan membutuhkan pelindung agar tak kebasahan?

Terus kalau payungnya dikasih ke orang lain, apa mereka gak takut sakit?. Itu pertanyaan yang ada dibenak Azka.

Diam diam Zeline memperhatikan arah pandang adiknya itu, dan melihat ke arah Azka yang terdapat kebingungan diraut mukanya.

Zeline terkekeh saat mengerti apa yang Azka fikirkan.

"Mereka itu ojek payung, mereka nawarin tumpangan payungnya ke orang lain. Kalau ada pelanggan, baru mereka dapet duit dari numpangin payung itu."

Azka menoleh pada penjelesan Zeline yang seakan tahu tahu apa yang ada difikiran Azka.

Zeline juga menatap kedua bocah itu. Lalu ia tersenyum miris.

Ada yang lebih menderita dari gue. Dewi batin Zeline berucap demikian.

Hujan masih deras, genangan berceceran dimana mana. Pagi pun serasa seperti malam.

Begitu gelap dan terbawa perasaan. Lamunan demi lamunan menenggelamkan tiap tiap insan yang menatap hujan.

Ada yang menikmati, ada juga yang menanti hujan berhenti.

Sebuah mobil sedan berhenti di depan tempat teduhan Zeline dan Azka. Wanita yang berada dalam mobil itu keluar dan tak lupa mempersiapkan payung saat pintu mobil dibuka.

Azka sedikit menyipitkan mata, seseorang itu seperti tak asing baginya. Saat wanita itu mendekat Azka baru benar benar yakin jika itu adalah gurunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A, N & ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang