Part 3

63 7 2
                                    

"Saya ingin hidup seribu tahun lagi bersama keluarga kecil yang paling saya cintai"
-Helystiawati-

🌚🌚🌚

"Zel" panggil Naufal kepada Zeline, yang entah sudah berapa kali menyebut namanya tapi seolah Zeline tidak mendengarnya.

Ia heran, selama diperjalanan hingga mereka sampai ke tempat yang dituju, Naufal melihat Zeline sedikit tidak fokus mengendarai motornya. Dan kini, Zeline masih tetap dimotornya.

Naufal berdecak, entah apa yang ada difikiran gadis itu. "ZELINE!" Naufal memukul punggung Zeline hingga ia tersadar dalam lamunannya.

"Ngapain si lo!" Zeline sedikit kaget karena dikejutkan oleh Naufal, lalu ia segera melepas helmnya dan turun dari motornya.

"Tadi lo ngelamun mulu Zel, lo ke-" ucapan Naufal terpotong oleh Zeline, karena Zeline buru buru untuk pergi ke tempat pembangunan rumah besar yang sudah Zeline tekuni 1 bulan yang lalu. Naufal hanya mendengus, ia hafal dengan sikap Zeline.

Zeline sudah berganti baju kaos warna abu abu lengan pendek, dan menguncir rambutnya dengan rapih, tetapi ia masih menggunakan celana sekolahnya. Begitupun Naufal yang hanya berganti baju seragamnya.

Ini mengapa menjadi salah satu alasan Zeline memakai celana saat sekolah. Karena sepulang sekolah, Zeline akan bekerja, terlalu repot jika ia harus berganti dari rok ke celana. Lalu ia bergegas untuk membantu para pekerja lain.

Zeline dengan fasihnya mengaduk aduk semen dengan cangkul yang akan menjadi adonan untuk kerangka rumah. Lalu Zeline memasukkannya ke dalam dua ember kecil dan dibawa oleh Naufal kepada pekerja yang lain.

"Fal, kalo lo cape mending istirahat aja" dengan masih mengaduk semen sesekali mengelap keringat, Zeline tidak tega kepada Naufal yang terlihat lelah karena membantunya.

"Gapapa Zel, gua belom cape. Lo aja gih mending yang istirahat, gue bisa ko gantiin lo" Zeline menghentikan aktivitas mengaduknya dan melihat ke arah Naufal yang sedang tersenyum hangat padanya.

Zeline mendengus dan melanjutkan aktivitasnya lagi "Kalo lo yang gantiin gue, nanti gue gak dikasi upah Fal" Naufal mengerenyitkan dahinya.

"Yampun Zel, kalo masalah itu lo gausa khawatir. Kalo emang gue yang diupahin juga, ya duitnya buat lo" Naufal tidak habis fikir mengapa Zeline mengarah yang tidak sama sekali Naufal fikirkan. Ia ikhlas membantu Zeline, dan tidak ada niat sedikitpun untuk mengambil sebagian hak Zeline.

"Dek punten, kalo kerja teh jangan ngobrol aja. Nanti engga selesai pekerjaannya" tegur seorang bapak yang berlogat Sunda kepada Zel dan Naufal.

"Oh iyah maaf ya pak, kita kerja lagi ko" Naufal membalasnya lebih sopan dengan senyum hangatnya.

Bapak itu akhirnya melanjutkan kembali pekerjaannya. Begitupun dengan Zeline dan Naufal, yang begitu cekatan walau hanya mengerjakan semen.

Jam menunjukan pukul 17.00 WIB, akhirnya Zeline dan Naufal menyelesaikan pekerjaannya dan dilanjutkan besok.

Sebelum itu, Zeline menghadap ke Mandor karena penyerahan upah yang diterima Zeline setiap tiga hari sekali.

Bapak berkacamata yang berbadan gempal  itu menyerahkan lima lembar dua puluh ribu.

"Maaf ya pak. Kenapa upah teman saya segitu doang ya? Bukannya saya udah bantu tiga hari terakhir ini?" protes Naufal yang bingung dengan upah yang menurutnya tidak sesuai dengan apa yang sudah Zeline kerjakan.

Naufal tidak mengharapkan upah khusus juga untuknya, karena memang Naufal bukan orang yang setiap harinya bekerja di tempat itu. Tapi setidaknya ia sudah membantu Zeline bukan? Dan seharusnya Zeline mendapat upah lebih dari biasanya.

A, N & ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang