Chapter Two

95.5K 1.3K 12
                                    

Aloha wattpaders.....

Gue ngucapin terima kasih banget buat kalian yang udah ngeliat sekilas atau baca, vote, bahkan masukin cerita (abal) gue ini ke reading list. I really do happy and appreciate. Thanks a bunch!!

Bab 2 ini gue tulis sedikit lebih panjang dari yang pertama. So, please keep up with my story if you don't mind. #MaksaDikit

WARNING! Masih ada unsur dewasanya.

Vote and comment are always welcomed. Happy reading guys. ^_^

**************************************

Pram mencium bibirku!

Jenis ciuman yang kami tak pernah lakukan. Ciuman bernafsu, menggoda, menggairahkan, menuntut. Tubuhku direbahkan di atas kasur tanpa sedikitpun melepas kontak bibir kami. Aku balas menciumnya dengan nafsu yang sama, kuhisap bibir Pram yang basah oleh liur kami. Lidahnya menelusup ke dalam mulutku. Mencari pasangannya yang malu-malu tapi mau. Lidah kami bertautan. Digigitnya bibir bawahku sedikit keras. Kegiatan menghisap, mengulum, dan mengecap kenikmatan satu sama lain ini terus kami lakukan saat tiba-tiba jemari Pram menggesek kewanitaanku dari luar celana dalam yang sekarang terasa lembab.

Aku tersentak. Kaget luar biasa. Rasanya menggetarkan. Bulu kudukku meremang. Tidak kusadari kalau ternyata kancing celana pendekku dicopot olehnya. Jemarinya menyusup masuk. Aku ingin lebih. Mataku terpejam sepanjang berciuman. Kurengkuh bahunya yang bidang ke dalam pelukanku. Kupegang tengkuknya untuk menahan dan menekan ciuman kami agar lebih intens. Pram. Pramku.

Lambat laun kurasakan gairahku semakin meningkat, seperti ada yang ingin terlepas lewat percintaan kami ini. Aku mulai berani. Kugesekkan tubuhku ke tubuhnya yang agak menindihku. Pram menegang lalu menghentikan ciuman dan jemarinya. Ditatapnya aku yang sudah diambang batas. Aku lemas, tubuhku seperti tak bertulang ketika dahinya menyentuh dahiku.

"Dhania sayang, aku nggak akan tahan kalo kamu begitu. Aku takut lepas kontrol." Kalimatnya berupa bisikan lemah diatas bibirku.

Aku tahu dia sudah berada di ujung jurang. Aku tak kuasa menjadi eksekutor baginya. Karena tidak ingin melihatnya menderita, dengan kepasrahan penuh aku berkata.

"Lakukan, sayang. Ak..aku.. suka sentuhanmu." Suaraku terbata dan serak karena gairah.

Seperti pendoa yang terkabulkan permohonannya, Pram kembali mendekatkan bibirnya ke bibirku. Melahap bibirku dengan rakus dan nafsu yang tak lagi ditahannya. Lalu berpindah ke pipi, rahang, turun ke tenggorokan dan leherku.

"Sayang, kamu seksi."

Ditengah kecupannya, Pram tak henti-henti memujiku. Aku hanya bisa menerima segalanya sambil meremas rambutnya dan mendesah. Celana dalamku yang sudah lembab karena gesekan, kini makin basah saja karena stimulasi dari ciuman kami. Aku membuka pahaku lebih lebar, ingin memberi akses tangan Pram untuk menjelajah dengan lebih lagi.

Sekarang Pram mengecup semakin kebawah. Kausku yang tipis dan berpotongan rendah di bagian dada, menampilkan belahan gunung kembar yang sekarang dihirup dalam-dalam olehnya.

"Kamu harum, baby."

Dadaku naik turun ketika wajah Pram kembali menunduk dan menciumi belahan dadaku. Seakan meminta persetujuan, dia kembali menatapku dengan penuh kerinduan. Aku mengerti maksudnya. Anggukan kepala adalah jawabanku.

Diturunkannya kausku pada bagian bahu kiri sampai batas lengan. Sehingga menunjukkan pemandangan dada kiriku yang tertutup bra berenda warna dusty pink. Dengan khidmat, Pram meloloskan tali braku menuruni bahu dan kurasakan tangannya gemetar ketika membuka cup yang menutupi payudaraku. Sekarang aku seperempat telanjang dihadapannya.

Trapped by YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang