Libur kuliah telah usai. Kampus sudah terisi kembali oleh peserta didik dari berbagai jurusan. Kesibukan para mahasiswa pun kembali seperti semula. Namun sejak perkuliahan dimulai lagi, Dhania belum sempat bertemu Pram. Teman-temannya mulai cemberut ketika harus ketiban sial akibat tingkah Dhania yang ajaib karena uring-uringan.
Semuanya masih disebabkan oleh kejadian waktu itu. Yang hingga sekarang belum bisa terselesaikan, setidaknya bagi Dhania. Akhirnya Silla dan Agil menyuruh Dhania untuk menemui Pram usai kuliah, yang ditanggapi anggukan pasrah oleh Dhania.
Mobil Pram yang terparkir di area parkir kampus masih terlihat tak bergeser dari tempatnya. Tapi, lahan di sekitarnya sudah tampak cukup lengang dari kendaraan sejenis. Jam menunjukkan hampir pukul empat sore. Perkuliahan di beberapa jurusan sudah ada yang selesai. Karena ini hari pertama kuliah setelah libur semester, maka wajar saja kalau masih banyak dosen yang tidak masuk atau jadwal mata kuliah yang belum terlalu padat membuat sebagian besar mahasiswa bisa pulang lebih awal atau duduk-duduk sambil mengobrol. Dhania pun sekarang sudah semester 6, jadi tidak banyak lagi tanggungan mata kuliah yang harus dia ambil.
Mengingat bahwa Pram sekarang memasuki semester akhir dan hanya fokus pada penyelesaian skripsi, rasanya cukup aneh kalau sampai sekarang Pram tak kunjung nampak batang hidungnya di area pakir. Seharusnya dia sudah tidak terlalu sibuk dan berlama-lama di kampus dengan perkuliahan selain bimbingan skripsi.
Belum selesaikah urusannya dengan dosen pembimbing?
Dhania membatin sambil mendesah putus asa. Sudah setengah jam lebih ia menunggu Pram disana. Tadinya Dhania berniat mengajak bertemu di kantin, tapi handphone Pram seharian ini tidak aktif. Dihubungi lewat sms, telepon, dan media lainnya tidak ada yang berhasil. Langkah satu-satunya tinggal melihat ke parkiran apakah mobilnya ada atau tidak. Dan ternyata ada. Itu berarti Pram masih ada di lingkungan kampus.
"Kemana ya dia? Kok nggak nongol-nongol juga?" Tanpa sadar Dhania bergumam sendiri.
Dengan gelisah ia duduk menanti sambil sesekali matanya mencari-cari sosok yang ditunggunya. 15 menit kemudian, karena akhirnya gemas menunggu, ia memutuskan untuk mencari Pram di gedung jurusannya. Dengan langkah pasti, ia menyusuri jalan beraspal menuju tempat dimana Pram biasa berada.
Dicarinya di setiap kelas. Nihil. Aula. Kosong. Ditanya ke beberapa temannya juga tidak membantu. Mereka tidak tahu menahu dimana Pram berada karena berpisah jalan. Jadi kemana Pram? Dhania nekat menaiki tangga menuju ruang dosen, berharap bahwa Pram mungkin ada disana karena kepentingan akademis dengan dosen. Namun disana pun tak terlihat adanya kehidupan. Ruang dosen sepi. Hanya ada office boy yang sedang membersihkan ruangan. Dhania tidak tahu harus mencari kemana lagi. Langkahnya gontai. Padahal dia berharap hari ini bisa bicara empat mata dengan Pram untuk menyelesaikan ketegangan diantara mereka.
Sampai di taman yang berada di belakang gedung, Dhania duduk di bangku yang tersedia. Fisiknya lelah setelah menunggu dan mencari kekasihnya itu. Di keluarkannya handphone untuk menghubungi Pram. Masih non aktif.
Diedarkannya pandangan ke seantero taman. Sekilas ia melihat postur tubuh tegap, tinggi dan berpotongan rambut seperti Pram yang memunggungi Dhania dari kejauhan. Karena posisinya agak menyudut, Dhania mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan bahwa itu benar Pram. Ketika ditegaskan dengan seksama, Dhania hampir berteriak saat menyakini bahwa orang itu memang Pram. Apa yang dilakukannya disana?
Dengan tidak sabar ia mulai bergerak mendekati Pram yang tidak menyadari kehadiran Dhania. Tetapi baru beberapa meter berjalan, samar-samar Dhania mendengar pembicaraan dan baru tersadar bahwa Pram sedang berhadapan dengan seorang gadis bertubuh lebih mungil dari Dhania yang sebelumnya tidak terlihat karena tertutup pilar. Ketika jaraknya cukup dekat dengan mereka berdua, Dhania sudah ingin menyapa pacarnya itu sampai suatu kalimat menghentikannya. Kalimat yang terasa seperti tersiram timah panas yang keluar dari mulut gadis di hadapan Pram saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped by You
Romance"Sayangku, ahh....akhirnya aku mendapatkanmu." Jantungku berdegup kencang saat kalimat itu dibisikkan ke telingaku. Seketika tubuhku merasakan gelenyar aneh. Dan tanpa sadar lenguhan tertahan keluar dari mulutku ketika bibirnya mengecup bagian bawah...