Madness

4.3K 405 109
                                    

Hola!! Kangen sama Steve? hehe, Sorry yak terkadang author sering pusing kalo terlalu banyak mikir. Sering kali author pusing pas lagi ngetik atau mikirin kelanjutannya, author gak tahu kenapa tapi apa kalian punya saran untuk mengatasi pusing?

Jocelyn berbalik ia segera berlari secepat mungkin, yang ia pikirkan hanyalah mengayunkan kakinya agar terus menjauh semakin cepat, ia berlari memasuki rumahnya tanpa melihat ke belakang sekali pun, ia benar-benar takut, bisa saja saat ia menoleh ke belakang pria itu sudah berhasil menangkapnya. Jocelyn masuk ke rumahnya, menguncinya dan pergi ke kamar.

Ada apa dengannya? Mengapa ia terlihat sangat marah? Mengapa ia sangat mengerikan? Sebenarnya apa yang sudah Steve bicarakan dengan Charlotte?

Jocelyn memegang kepalanya, berusaha percaya bahwa itu adalah mimpi buruk namun tidak, ini terlalu nyata untuk dibilang mimpi. Jocelyn merasa waspada, ia terus memperhatikan sekelilingnya, tidak mungkin pria itu akan meninggalkannya begitu saja, pria itu tidak akan berhenti sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan.

Jleb!

Kedua bola mata Jocelyn terbelalak, sebuah pisau menusuk di dada kirinya tepat di mana jantungnya berada, ia tidak percaya bahwa rasanya tertusuk akan sesakit ini, ia membatu, tubuhnya hanya merasakan sakit, bergetar hebat, hingga terjatuh karena sangat sakit. Namun, luka itu terasa janggal, seperti adanya keraguan saat menusuknya. Pisau itu tidak menusuk menembus jantungnya.

"Aghh!" ringis Jocelyn setelah tubuhnya ambruk.

Steve terlihat mundur beberapa langkah merasakan sakit di kepalanya lalu memegangi kepalanya sesaat. "Aku tahu!" seolah ada yang membisikinya, ia berbicara sendiri. Pria itu kembali menatap Jocelyn menangkat pisaunya untuk menghujamnya pada Jocelyn.

Gadis itu berusaha menjauh dengan menyeret tubuhnya menatap tidak percaya sosok yang ada di hadapannya ia tidak pernah menyangka bahwa sosok Steve yang sangat mengerikan dapat lebih mengerikan lagi namun, ia terlihat seperti ragu dan juga marah.

"Steve? What happen to you?"

Pria itu tidak menjawab ia masih terus melangkah dengan wajahnya yang mengerikan, Jocelyn menggertakan giginya, pria itu benar-benar berbeda dari biasanya yang menyebalkan. Tanpa sadar, punggung Jocelyn sudah menyentuh dinding, ia tidak bisa pergi ke mana-mana. Tubuh Steve semakin dekat dengannya, semakin dekat hingga batang hidung pria itu menyentuh leher Jocelyn.

"Steve?" panggil Jocelyn.

Chup

Steve mencium leher Jocelyn dengan sangat lembut, lama kelamaan semakin turun dan beringas. Gadis itu hanya menutup kedua matanya, menikmati setiap kecupan yang ia rasakan serta mengabaikan sakit luar biasa pada lukanya. Ciuman itu terus menjalar hingga ke bahu Jocelyn.

"Aghh!" ringis Jocelyn saat merasakan lidah Steve menjilat lukanya.

Airmata Jocelyn turun, menahan rasa sakit pada lukanya. Tangan pria itu merambat secara liar, membuka pakaian Jocelyn tanpa membuat gadis itu menolak. Sentuhan lembut itu membuat Jocelyn merasa nyaman, ia tidak lagi peduli dengan pertahanannya, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk jujur dengan perasaannya sendiri.

Hentikan semua ini, Jocelyn. Dia hanya mengincar tubuhmu, setelah ini selesai sudah.

Steve mengangkat kepalanya, menatap Jocelyn lurus ke dalam matanya. Tatapan Jocelyn yang lembut dibalas dengan tatapan tajam dari Steve. "Berhenti menatapku seperti itu!"

Plak!

Tamparan Steve membuat cetakan jelas di pipi mulus Jocelyn, gadis itu hanya tersenyum pahit. Steve mengepalkan tangannya dan memukul tepat di samping kepala Jocelyn, pria itu menjauh dengan perasaan campur aduk.

Handsome Psychopath Wanted [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang