Adel pov.
Entah sudah berapa lama aku mondar - mandir ke sana ke mari membawa nampan yang berisi minuman menjijikan ini, di mana tempat ku bekerja. Malam semakin, larut tapi entah kenapa semakin banyak manusia menjijikan, yang entah berasal dari mana datang ke club elit ini di ibu kota.
Menjijikan.... Entah sudah berapa tangan yang menyentuh bagian-bagian tubuh ku, menjijikan? ya ini sangat menjijikan berada di tengah-tengah kerlap- kerlipnya lampu dan berada di antara para pelacur yang meliuk-liukkan tubuhnya untuk mencari pria hidung belang, untuk melakukan one night stand kepadanya demi lembaran uang, pemandangan ini bukan hal tabuh bagiku. Seakan semua indra di tubuh ku sudah biasa dengan gemerlapnya dunia malam.
Nama ku Rose Adelia kalian bisa memanggil ku Adel, usia ku enam belas tahun aku adalah pelayan di club malam ini. Sudah sepuluh tahun lamanya aku tinggal di club malam ini.
Ketika ayahku meninggal dunia dan mininggalkan hutang yang cukup banyak, dan ketika rumah kami harus di sita oleh madam, dan aku harus rela ikut tinggal bersamanya. Menjadi kan aku pekerja di sini.
Aku mempunyai wajah asia yang sangat cantik kata orang-orang, mempunyai kulit yang putih mulus, mempunyai mata dan bibir yang sexy dan mempunyai proposional badan yang indah.
"Adel, antarkan minuman ini mereka adalah tamu vip madam, ruangan nomer tujuh belas, di ujung lorang," ucap Samuel.
Samuel adalah salah satu bartender terkenal di club malam ini, dia cukup tampan bahkan bisa di katakan dia sangat tampan. Yang menjadikan dia incaran tante-tante kurang perhatian.
Bahkan aku pernah mendengarnya, ada yang menawarnya dengan harga selangit untuk menjadikan Samuel menjadi simpanan tante-tante yang haus belain itu. Takan ada habisnya kalo kita membahasnya.
"Adel, ini nampannya ada apa dengan mu Adel." ujur Samuel, ketika dia melihat aku melamun terus.
"Oh iya Sam... Entah lah aku sangat takut ketika berada disana, tamu madam yang satu itu sangat menakutkan, tatapan nya seperti menelanjangi ku Sam." ujur ku panjang lebar.
"Apakah dia masi sering menggodamu Del." tanya Sam, sambil menatap ku lekat.
"Ya dia masih sering mengambil kesempatan dalam kesempitan." kata ku pelan.
"Jangan takut Del, kau tau kan madam tidak mengijinkan tamunya, untuk menyentuh mu." ujar Sam dengan wajah seriusnya.
"Iya.... mudah-mudahan selalau seperti itu, dan akan selalu seperti itu." ujur ku dengan lemas.
Aku menghela nafas kasar dan mulai melangkahkan kakiku ke sana menuju ruangan yang berada di ujung lorong.
Tangan-tangan nakal pria hidung belang tak juga henti menyentuh lengan dan bangkok ku, ketika aku melewati mereka, seandainya aku punya kekuatan akan ku enyahkan mereka semua dari muka bumi ini. Untung saja aku tidak mempunyai kekuatan untuk membuat mereka pergi dari muka bumi ini. Seharusnya mereka bersyukur tentang hal itu bukan.
Aku tepat berada di depan pintu vip, ku siap kan hati dan mata ku untuk melihat hal-hal yang menjijikan, toh itu sudah biasa bukan aku melihat hal-hal menjijikan dalam sepuluh tahun terakhir dalam hidup ku, ku hela nafasku perlahan dan ku ketuk pintu, dan ku buka tanpa menunggu sahutan yang berada di dalam sana.
Benar saja ketika ku buku pintu itu secara perlahan, pemandangan sana sangat menjijikan ketika melihat, dua lawan jenis di sana saling menyentuh dan mengerayangi dalam ke adaan hampir telanjang bulat di mana tangan laki-laki berada di bukit kembar si wanita dan tangam si wanita menyelusup masuk ke dalam celana laki-laki tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Pain
Non-FictionRose Adelia, mengira tuhan sedang marah ketika menuliskan takdir kehidupannya. Hingga kehidupan Adel menjadi kacau. Seolah-olah tidak ada kata 'Happy Ending' dalam hidupnya. Ketika rasa sakit seperti enggan pergi dari hidupnya. Ketika Adel harus k...