part 3

1K 61 3
                                    

Seperti biasa pada jam 2, Azmi dan teman2nya melaksanakan sholat tahajud.

"Yuk kak kita ke musholla sekarang" Azmi

"Yuukkk" Hafid dan Aban barengan.

Saat perjalanan menuju musholla, mereka bertiga melihat seorang ukhti yang sedang kebingungan.

Author: disini critanya musholla santriwan dan santriwati jadi satu yah. Tapi ada pembatasnya.

"Assalamualaikum ukh" 3 akhi.

"Waalaikumsalam" Adibah

"Loh ukhti Adibah kan" Azmi

"I-iya akhi" Adibah

"Saya lihat ukhty sedang kebingungan. Ada yg bisa kami bantu ukh?" Hafidz

"Saya mau ke musholla, tapi saya tidak tau mushollanya ada disebelah mana" jelas Adibah.

"Oh yasudah kami antar. Kebetulan kita juga mau ke musholla" Hafidz.

"Baiklah terimakasih" Adibah.

"Sama-sama" Hafidz.

Aban, Azmi dan Hafidz jalan didepan Adibah karna pada dasarnya laki-laki tidak boleh berjalan di belakang wanita.

"Eh kak kenapa sih dari tadi diem-diem baee" tanya Azmi kepada Aban yg sedari tadi hanya diam.

"Azmi mah bikin aku kaget aja" Aban

"Lagian kakak daritadi diem aja, ada apa sih kak?" Azmi

"g-gak papa kok" Aban.

Aban dari tadi diem karna emang dasarnya Aban itu anaknya sedikit cuek apalagi sama ukhti.

"Udah nyampek. Ayoo masuk jangan pada berisik" Hafidz.

"Kalo gitu aku kesana dulu ya akhi. Assalamualaikum" Adibah.

"Waalaikumsalam" mereka ber 3

Skip

Semua santri sudah melaksanakan sholat subuh. Hari ini adalah hari jum'at. Kebetulan di ponpes kalo hari jumat adalah hari bebas. Adibah, Farida, dan Rani pun memutuskan untuk pergi ke taman.

"Yuk kita ke taman aja. Bosen disini mulu. Lagian hari ini kan waktunya bebas" ajak Rani.

"Ayuk. Oh iya sekalian kita keliling pondok. Kan aku belum tau semua tempat yg ada disini" Adibah.

"Bener juga. Yaudah aku siap-siap dulu" Farida.

Diperjalanan Farida dan Rani mulai memberi tau tempat-tempat yg ada di ponpes ini. Setelah beberapa jam mengelilingi pondok, mereka sangat capek dan segera menuju taman.

Skip

"Haaa akhirnya sampai juga" Rani

"Iya capek sekali aku" Farida

"Oh jadi ini tamannya" ucap Adibah dengan nafas tersenggal senggal karena capek.

"iya" farida dan rani.

"mbak gimana kalo sekarang aja kita tanyain soal yg kemaren" Farida.

"Oh iya. Situasinya juga enak" Rani.

Farida POV

"Mm.. Dibah"

"Iya ada apa?" Adibah

"Ada yang mau kita tanyakan"

"Silahkan" Jawab Adiba dengan wajah penasaran.

"Jadi gini, kita masih penasaran dengan perkataanmu yg kemarin" mbak Rani.

"perkataan yg mana mbak?" Adibah

"Yang kemarin kamu bilang kalo kamu takut disini gak akan ada yg mau berteman denganmu"

"Oh jadi itu, tapi aku takut kalo aku cerita ke kalian nanti kalian bakal ngejauhi aku" ucapnya dengan wajah sedih.

"ceritalah. Kita janji gak akan ngejauh dari kamu dan kita akan jadi sahabatmu"

Flashback on

"jadi, sebenarnya aku mempunyai masalalu yg tidak menyenangkan jika didengarkan. Dulu semenjak SMP, aku salah pergaulan dan bergaul dengan anak-anak yg bisa dibilang brandal padahal keluargaku adalah orang-orang yg faham akan agama. Waktu SMP penampilanku seperti cowok dengan celana jins yang sobek-sobek dan tidak mengenakan jilbab. Teman temanku laki-laki semua cuma ada 2 sahabatku yg perempuan. Dia bernama Mala dan Sita. Dan waktu kelas 9 orangtua ku sangat kecewa padaku setelah mengetahui bahwa aku terkena masalah disekolah dengan kasus tawuran. Hingga aku kecelakaan ketika hendak melarikan diri dari tawuran itu yg menyebabkan aku harus dirawat dirumah sakit dan koma. Karna itulah aku menyesal. Aku memutuskan untuk hijrah dan tinggal di Pesantren" Adibah menjelaskan panjang lebar tentang masalalunya dan mengelap air matanya yg sedari tadi keluar tidak mau berhenti.

Flashback off

"Maaf ya kita tidak bermaksud" Farida

"Tapi kita janji kok bakal selalu ada buatmu" Mbak Rani.

"Apa kalian mau bantu aku untuk Hijrah?" Adibah

"Tentu saja. Kita akan Hijrah bareng" aku

"terimakasih. Kalian memang orang-orang baik" Adibah.

"Yasudah. Ayo kita kembal ke kamar. Tuh Adzan Dzuhur sudah berkumandang" Mbak Rani.

Skip

Setelah melakukan shalat dzuhur, mereka mengisi waktu kosong nya dengan bersholawat bersama.

"Eh daripada kita gabutz mending sholawatan yukk"ucap Mbak Rani

"Aku sih ayo ayo aja tapi gimana sama Dibah"ucap Farida sambil melirik ke arah Adibah

"Yaudah ayo mulai, tapi siapa dulu yang mulai?"tanya Adibah

"Yang ngajak berarti dia duluan"ucap Farida sambil melirik kearah Mbak Rani

"Iya iya aku duluan aja"ucap Mbak Rani pasrah

"Ya imamar rusli yaa sanadii
Anta ba'dallahi mu'tamadii
Fabidunyayaa wa akhirotii
Yaa rasulullah bikhudz biyadii"Mbak Rani

"Qasaman bin najmi hiina hawaa
Maal mu'afa was saqiimu sawa
Fakhla'il kaunaini 'anka siwaa
Hubba maulaal 'urbi wal 'ajami"lanjut Dibah

"Maa ro at 'ainun wa laisa taroo
Mitsla thooha fiil waaro basyaron
Khairu man fauqots tsaroo atsroo
Thoohirul akhlaaqi wasy syiyami"lanjut Farida

"Ya imamar rusli yaa sanadii
Anta ba'dallahi mu'tamadii
Fabidunyayaa wa akhirotii
Yaa rasulallah bikhudz biyadii"lanjut mereka bertiga

Ustadzah Lia tiba-tiba masuk kedalam kamar dan ternyata ustadzah dari tadi mendengar kami sholawatan dibalik pintu.

"suara kalian merdu juga ya" ustadzah Lia

"ah enggak ustadzah biasa saja" Adibah

"iya ustadzah kita kan gak ada bakat suara" Farida.

"lagian kita cuma iseng aja karna nganggur yaudah kita sholawatan. Hehe" mbak Rani.

"Nggak kok suara kalian merdu. Serius deh. Kalian gabung aja di tim Hadrah Syubbanul Muslimin. Gimana?" saran ustadzah Lia.

"Tapi ustadzah tim Syubban kan hanya untuk santriwan saja" Timpal mbak Rani sedangkan Farida hanya menganggukkan kepala tapi Dibah hanya diam saja karena dia santri baru dan tidak mengetahui apa itu Syubbanul muslimin.

"Tapi ustadzah dengar kalo Syubbanul Muslimin lagi kekurangan vocalis dan yg mereka butuhkan itu vocalis perempuan. Baiklah ini kesempatan kalian untuk menunjukkan bakat kalian. Nanti akan saya bicarakan kepada ustad muchlis selaku ustadz sekaligus ketua Syubbanul Muslimin" jelas ustadzah Lia panjang lebar.

"T-tapii.." Adibah, mbak Rani, Farida.

"Sudah gak ada tapi tapian!!" ustadzah Lia.

"Ustadzah, biar mbak Rani sama Farida aja ya. Aku mah jangan kan aku santri baru disini" ucap Dibah agak berteriak karena ustadzah yang pergi begitu saja.

Mereka bertiga hanya bisa mendengus pasrah. Ustadzah Lia pun langsung pergi meninggalkan mereka tanpa mau mendengarkan alasan dari mereka bertiga.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang