Bab 6

27 4 1
                                    

Pagi pagi berikutnya sudah mulai ku membiasakan diri untuk melupakan dia , mencoba menjalani hari-hari seperti saat sebelum aku menemukannya. Sampai saatnya tiba perkemahan sabtu minggu diselenggarakan, mau tidak mau nantinya pasti tetap saja aku bertemu dengannya ntah itu dalam waktu yang lama atau sebentar.
.
.
.
.
.
Hari sabtu pagi  masih ada kegiatan pembelajaran. Jam setengah 9 anak kelas 7 dikumpulkan untuk memepersiapkan apa saja yang harus dibawa saat kemah nanti. Setelah kurang lebih 1 jam mereka diperbolehkan pulang dan kembali ke sekolah pukul 2 siang nanti. Beruntung saat memberi pengarahan aku tak melihatnya sama sekali.
.
.
.
.
Pukul 14.00
Setelah anak-anak berkumpul dilapangan melaksanakan upacara pembukaan, kegiatan selanjutnya adalah isoma diperuntukan pada peserta kelas 7 dan panitia melakukan adat bahwa kita sudah menempuh manggar 2 atau pramuka penggalang tingkat rakit. Setelah itu ada kegiatan lomba untuk peserta hingga masuk adzan magrib anak-anak menuju masjid untuk sholat. Setelah sholat peserta mendengarkan kultum dan dilanjutkan sholat isya' , setelah itu dilanjutkan materi sementara beberapa SKP mempersiapkan api unggun. Saat itu tak diduga aku berpapasan dengannya, aku diam lalu menundukkan kepala.
Dia melihatku
"eeh mbak temenya , mbak della yang ku kagetkan itu kan ?"
(Dia mengajakku bicara?) Batinku , "iya. Ada apa?" Jawabku singkat.
"Judes sekali mbaknya ini.gak mau berkenalan denganku?" Tanyanya dengan penuh percaya diri.
"Tak perlu. Aku sudah tau namamu pratama kan?"
"Iya betul, kok tau?"
"Kan aku membawa absen kelas 7 jadi aku tau nama dan kelasmu"
"Mbak namanya siapa?"
"Aku fida , eeh kamu cepat kembali sana.banyak materi yang kamu lewatkan nanti".
"Iya iya mbak ini bawel sekali." Sambil berjalan menjauhiku.
.
.
.
.
Ku coba menahan senyumku yang mulai mengembang,dan tanpa ku sadari sudah terlihat bulan sabit indah dibibir.

'Semesta jangan kau biarkan rasa ini kembali lagi untuh, ku mohon aku aku sudah berusaha menghilangkan rasa ini perlahan. Mengapa dengan sekali pertemuan saja kau hadirkan rasa ini dengan utuh bahkan lebih sempurna?'

Tak terasa sudah sampai perlaksanaan api unggun. Tapi turun hujan hingga pelaksanaan ditunda hingga hujan reda. Kakak kelas 9 pun ada yang hadir untuk mengnikmati api unggun yang memang banyak diminati banyak orang. Namun tidak banyak kelas 9 yang datang karena sudah mendekati hari ujian. Selesai upacara api unggun dilaksanakan. Aku memergoki dia dengan salah seorang kakak kelas yang tidak begitu ku kenal. Mereka bercanda bahkan berfoto bersama, seperti sudah lama sekali kenal.
Banyak pertanyaan yang tiba-tiba hadir dipikiranku
Ada hubungan apa mereka?
Sudah putuskah pratama dengan diah?
Sejak kapan?
Ingin sekali semua pertanyaan itu ku lontarkan padamu ma. Agar sesak ini tidak berkepanjangan dan semua tanya dan pikiran buruk lekas hilang.

Mereka terlihat asik menikmati pensi yang tengah ditampilkan kelas 7. Aku hanya diam memandang dan banyak berpikir.
Bukan kah semua orang punya hak untuk cemburu? Tapi cemburu pada orang yang jelas-jelas tidak pernah dimiliki dan baru dikenal?
Aku pergi menuju kelas khusus untuk SKP. Malam itu baru sekali ini ku rasakan bahwa api unggun terasa benar-benar dingin dan berisi banyak sendu, di dalam kelas ku lihat ada temanku yang juga tidak menikmati ramainya pensi setelah api unggun.
Aku berjalan mendekatinya.
"Tidak bergabung bersama yang lain?" Tanyaku
"Tidak" jawabnya sambil memainkan hpnya dan tidak melihatku sama sekali
"To? Kamu sedang galau ya? Makannya menyendiri bengini" aku meledeknya
"Tidak. Badanku sedikit tidak enak makannya aku disini. Kamu sendiri disini ngapain?" Tanya hito.
"Aku sudah cukup menikmati pensinya. Aku tak begitu suka dengan keramaian"
"Ooh, fid boleh aku tanya?"
"Tentu boleh, tanya apa?"
"Jika seseorang meminta break dalam suatu hubungan bagaimana?"
"Ya mungkin dia ingin menepis rasa bosan,dengan kesehariannya yang ia jalani saat ini"
"Tapi aku merasakan ada yang aneh dengannya"
"Siapa? Nisa?"
"Iya, dia sudah lama ini menjauh. Dan suka marah saat aku tak ada kabar. Padahal dia tau kesibukanku"
"Saranku. Turuti dulu maunya, kita lihat kelanjutannya bagaimana"
"Apa baiknya begitu ya?"
"Tapi semua itu keputusanmu"
.
.
.
.
.
Malam semakin larut,pensi usai dan dilanjutkan istirahat. Besok pagi masih ada penjelajahan.
Esok paginya cuaca benar-benar mendukung untuk jelajah, aku dan temanku niko tidak ikut jelajak karena niko tidak enak badan. Dan moodku masih benar-benar buruk pagi itu. Setelah semua anak telah berjalan jauh dan beristirahat, tiba-tiba pintu kelas terbuka ternyata hanya hito.
"Kalian tidak ikut jalan tadi?" Tanya hito
"Tidak, aku sedang tidak semangat untuk menyapa adik-adik dan memutuskan untuk disini menemani niko yang sedang tak enak badan"
"Hah... capek sekali, aku ikut disini saja bergabung dengan kalian"
"Hmmm silahkan, to disini dulu ya tunggu niko, aku kesana sebentar mengambil makanan untuk kita."
.
.
.
.
Buru-buru aku berjalan menuju lapangan, mengambil 3 bungkus nasi dan segera kembali ke kelas.
"Ada apa? Kok kamu terlihat ketakutan?" Tanya hito setelah melihatku masuk kelas dengan terengah-engah.
"Tak apa hanya agak buru-buru saja agar tidak dilihat yang lain kalo kita tidak bergabungkan tidak enak"
"Oh iya benar juga"
Padahal nyatanya aku hanya takut jika harus bertemu lagi dengan pratama.
Setelah selesai makan, aku membereskan bungkusnya lalu cuci tangan. Hito ikut cuci tangan bersamaku, cukup lama karena aku masih memainkan air dan sabun.
"Fid, sudah ku putuskan aku mengiyakan kemauannya"
"Lalu? Bagaimana sekarang?"
"Entahlah dia tak menghubungiku sama sekali"
"Tak apa,mungkin dia butuh waktu sendiri"
Setelah itu aku pergi mempersiapkan diri untuk upacara penutupan lalu pulang ke rumah.

Awal Untuk AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang