12.Basket

1K 99 28
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

-Dear Delisa-

Faiz melangkahkan kakinya menuruni undakan anak tangga menuju ruang makan. Tas hitam ia sampirkan di bahunya.

"Pagi Ma"

"Pagi sayang" jawab Hayati, ibu Faiz. Dia mengisyaratkan dengan mata unyuk menyapa Ayahnya juga.

"Pagi Pa"

"Pagi putra kebanggaan Papa"
Faiz tersenyum kepada laki-laki paruh baya yang duduk di sampingnya.

"Bagaimana sekolah kamu Nak?" tanya Ibram, Ayah Faiz.

"Alhamdulillah lancar Pa"

"Oh iya, kalian kapan ujian?"

"Ini lagi ujian Pa" jawab Faiz setelah meminum susunya.

"Oh ya? Ujian apa?"

"Ujian UAM BN Pa" jawab Faiz menunda untuk memasukkan potongan roti coklat kedalam mulutnya.

Ibram mengangguk mendengar jawaban Faiz. Ibram ini jarang sekali bisa ngobrol dengan putranya. Terkadang ia tidak sempat sarapan di rumah. Seandainya sarapan di rumah pun pasti tidak sampai selesai, sehingga tidak bisa berbincang dengan Faiz.

Faiz memaklumi saja Ayahnya yang sibuk. Asalkan Ayahnya itu tetap ingat waktu dan selalu menjaga kesehatannya.

"Terus UN-nya kapan?"

Faiz berniat memakan rotinya ketika pertanyaan Ayahnya kembali menginterupsinya.

"Awal bulan depan Pa" kali ini Ibram kembali mengangguk.

"Papa itu udah kayak wartawan ya?" Faiz terkekeh mendengar penuturan Ibunya.

"Papa kan ingin tau perkembangan anak Papa, emang salah ya?"

"Ya enggak sih Mas. Cuma kasihan tuh Faiznya dari tadi mau makan gak jadi-jadi"

"Salah aja deh Papa di mata Mama" ucap Ibram mendramatisir.

"Abisnya anaknya mau sarapan kok malah ditanya-tanya"

"Mama perhatian ya kalau sama Faiz, sama Papa kok enggak"

"Ya iyalah Faiz anak baik, ganteng lagi. Anak kesayangan Mama"

"Terus Papa bukan suami kesayangan Mama?"

"Hmm...dulu sayang, tapi sekarang enggak"

"Kok gitu?" Tanya Ibram dengan sendok yang menggantung di depan mulutnya.

"Karena sekarang udah cinta  Mas.....bukan sayang lagi" Hayati memeluk lengan Ibram dari samping.

Faiz kesal melihat mereka. Orang tuanya ini kadang tidak tau tempat kalau mau mesra-mesraan. Kasihan kan Faiz yang jomblo.

"Ekhem" Faiz berdehem untuk menginterupsi orang tuanya. Takut mereka lupa kalau ada anak mereka yang ganteng nan baik disini. Hayati kembali ke posisi awal dan mulai menyantap sarapannya.

15 menit kemudian mereka sudah selesai sarapan. Hayati mengantar suami dan anaknya kedepan pintu.

"Hati-hati ya Mas" ucap Hayati sambil mencium punggung tangan suaminya diikuti Faiz.

"Iya. Papa pergi dulu ya? Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Mobil putih yang dikendarai Ibram keluar dari gerbang rumah mewah itu dan melesat kejalanan.

Dear DelisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang