-1- [Revisi]

555 147 126
                                    

SELAMAT MEMBACA CERITA

APRIL

BAGIAN SATU | SEKOLAH BARU

●●●

Juni, 2016

Dari pinggir jalan raya di depan sebuah Warung kecil, tampak seorang gadis berambut sebahu yang menunggu seseorang dengan lelah. Sesekali ia melihat benda pipih yang berwarna putih itu berharap ada pesan masuk di dalamnya.

Suara klakson motor Ojol dari arah sebelah kanan mengagetkan gadis itu, Moza. Dengan gerakan refleks, Moza melempar botol air minumnya yang sudah habis.

"Santaiii, gue kejebak macet." Kata gadis yang baru turun dari motor lalu memberikan helm dan selembar uang.

"Kejebak macet, atau sengaja ngaret?"

Gadis itu terkikik. "Dua-duanya, yuk ah ke dalam." Ajak Gadis itu, Unna.

Kedua gadis yang baru lulus SMP itu sepakat untuk mendaftar di SMA yang sama. SMA Pancasila menjadi pilihannya.

Begitu mereka sampai di depan sekolah yang hanya berjarak delapan meter dari warung tempat Moza menunggu. Mereka langsung di sambut oleh spanduk besar dan Pak Satpam yang sedang bertugas.

"Udah bawa persyaratanya?" Tanya Unna di sebelah Moza.

"Udah dong, yuk ah daftar abis itu baru kita menjelajahi sekolah baru." Kata Moza antusias. Mereka pun langsung ke ruang kelas tempat pendaftaran itu berlangsung.

Setelah hampir tiga jam lamanya, Moza keluar dari ruangan itu. Ia merengangkan badannya. Duduk selama tiga jam dan menjawab pertanyaan dari panitia membuat Moza terasa lapar dan haus.

Matanya menelusuri sepanjang koridor berharap menemukan sosok Unna disana. Mereka berdua terpisah saat melaksanakan tes psikotes tadi.

"Moza?" Ujar sosok di depan Moza.

Moza mendongakan kepalanya, melongo menatap wajah cowok didepanya dengan mendetail.

"Niro." Ujar Niro seolah berusaha mengingatkan Moza di depan dirinya.

"Astaga Niro? Yaampun udah tinggi ya lo sekarang, dulu kan tinggian gue ya?" Moza mepuk tangan Niro.

Niro teman masa-masa di sekolah dasar. Mereka berteman baik sampai Niro pindah sekolah ke luar kota untuk ikut kedua orang tuanya.

"Yakali gue pendek terus, sekarang lo yang pendek." Niro terkikik.

"Dih, liat temen gue gak? Dia pakek baju putih terus rambutnya panjang." Kata Moza, matanya mulai menjelajahi koridor lagi.

"Ohh gadis yang aneh tapi kayak kunti itu?"

"Liat? Dimana?"

"Tuh lagi duduk sama kakak kelas."

"Makasih ya, mau ikut gak? Keliling sekolah." Tawar Moza.

"Karna gue kesini sendiri kenapa enggak." Jawab Niro dengan senyuman, mereka pun langsung menghampiri Unna yang asyik mengobrol dengan kakak kelas yang memakai almamater bewarna biru dongker tersebut.

Setelah berpamitan dengan kakak kelas itu sebagai tanda menghormati yang lebih tua, mereka bertiga mulai menjelajahi calon sekolahnya itu. Dikarenakan pengumuman akan diumumkan sepuluh hari kedepan.

"Lo kenal sama cowok aneh ini?." Bisik Unna pada Moza. Dari tadi dirinya melihat cowok gesrek mengikuti mereka berdua.

"Kenal dia temen waktu gue EsDeh." Balas Moza.

Hampir satu jam mereka mengamati satu sekolah mulai dari ruang kelas, perpustakaan, ruang seni dan tempat lainnya sebelum mereka melangkah ke arah kantin.

"Rame banget." Sebenarnya Unna adalah tipe yang tidak suka keramaian.

"Ini belum seberapa, kalau seluruh siswanya sekolah pasti lebih ramai dari sini." Balas Niro. Suasana kantin dipenuhi oleh calon siswa baru dan beberapa anak osis yang membantu guru mendatai perserta calon siswa baru.

"Yaudah lah ayok, gue laper." Ajak Moza.

Moza yang terlalu bersemangat jika berurusan dengan perut, dengan tidak sabar ia menarik pergelangan tangan kedua temannya itu.

Setelah berdesakan memesan makanan akhirnya mereka bertiga bisa menyantap makanan.

"Za liat deh ke arah jarum jam 9." Ujar Unna di sela-sela memakan batagornya itu.

Moza menolehkan kepalanya kearah yang Unna biacarakan itu. Moza hanya melihat sekumpulan anak cowok yang sedang besenda gurau kecuali anak yang memakai baju kemeja hitam yang lengan kemejanya dilipat seperempat, dirinya fokus memainkan rubik.

"Itu yang pakai baju kemeja hitam katanya sih dia itu anak dari kepala sekolah kita, dan lagi dia itu ... "

"Cewek gini yah, ada peluang dikit aja gosib." Guman Niro memotong omongan Unna.

"Diem deh cowok gesrek, ganggu gue ngomong aja."

"Jaga ucapan, jaga pandangan."

"Lo nemu temen kayak gini dimana sih Za, nyebelin banget!" Keluh Unna tidak terima.

Moza terkekeh melihat kedua temannya yang cepat akrab ini.

●●●

Palembang, 19 Januari 2019

REVISI
Palembang, 6 Juni 2020

April [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang