SELAMAT MEMBACA CERITA
APRILBAGIAN DUA | BEREBUT BANGKU
●●●
Juli, 2016
"Moza!"
Niro menyambut Moza yang baru saja memasuki kelas barunya itu. Sudah tiga hari mereka bersekolah disini dan melaksanakan MOS.
"Hai Nir, kita sekelas?" Tanya Moza, ia melihat ke arah kelas, mencari bangku yang kosong yang belum di isi oleh murid yang akan menjadi teman sekelasnya selama tiga tahun kedepan.
"Iya dong, duduk di depan gue aja masih ada yang kosong kok." Ujar Niro menunjukan posisi bangkunya.
Unna datang dari arah belakang Moza dan langsung menarik tangan Moza menjauh dari Niro.
"Gak usah!! Kita jauh-jauh aja dari makhluk astral."
"Emang kita sekelas? Bukannya kelas lo di sebelah?" Tanya heran Moza melihat Unna dikelasnya.
"Gua tadi salah baca. Jangan deket-deket sama Niro." Jawab Unna saat melihat tatapan binggung Moza.
"Kenapa? Cemburu?"
"Dih siapa juga yang cemburu."
Moza duduk dibelakang Unna. Dia sangat senang di kelas barunya. Seperti kelas-kelas di dalam drama korea yang dia tonton.
"Maaf ini tempat duduk gue." Ujar cowok menghampiri Moza yang asyik mengobrol dengan Unna.
Moza mendongak menatap cowok itu. "Tapi gue udah duduk sini."
"Lo gak liat ada tas gue disana?"
Moza menoleh kebelakang kursi dan kesamping kanan kiri meja. Tapi ia tidak menemukan tas cowok itu. Yang ada tas miliknya di atas meja.
"Di bawah kolong meja."
Moza menghela napas kasar "Sori gak liat, salah siapa yang naruh di bawah kolong meja? Kan orang berfikir kalau meja ini gak ada pemiliknya."
Cowok itu mendekati Moza, Moza merasa risih langsung bangkit dari bangkunya. Dengan hitungan detik cowok itu duduk di tempat Moza.
"Woii setan, bangku gue itu! Ngalah dong jadi cowok!"
"Udah gue bilang, gue duluan yang nempati disini." Katanya dengan santai tanpa mengahadap ke Moza.
Dasar tidak tau sopan santun rutuk Moza dalam hati.
Kelas mulai ramai, dari pada mencari ribut di kelas pertamanya Moza mengalah, dia duduk di depan Niro yang hanya berbeda beberapa bangku saja dari tempat duduk Unna.
"Dasar cowok gak punya hati, gak ngalah, muka datar, manusia kutup sebel gue ahh." Guman Moza tidak karuan.
●●●
"Gue udah barter sama orang yang duduk di depan lo, Za." Kata Unna menghampiri Moza dan Niro yang sedang duduk di koridor kelas.
"Baguslah, sebel banget gue sama cowok itu. Gak ngalah sama sekali."
"Maksud lo Eza?" Tanya Unna.
"Lo tau kan siapa cowok yang bikin ribut sama gue, hanya masalah bangku."
Niro menyodorkan air putih dan snack kepada dua gadis itu. Dia tidak mau ikut-ikutan obrolan mereka.
"Aduhh Za jadi lo gak tau siapa dia?"
"Bodo, peduli amat gue sama dia."
"Kudet ya lo, dia itu anak kepsek dan lagi fansnya itu banyak apalagi dia masuk SMA fav ini makin banyak dah fansnya."
"Mau dia anak kepsek kek, anak penjabat kek, pokoknya gue sebel. Masa gak mau ngalah padahal kan banyak bangku yang kosong." Kata Moza tidak terima.
Niro menghadap ke Moza. "Dia itu gak salah yang salah itu lo, duduk di bangku yang udah punya pemiliknya."
"Belain aja terus di anak gak punya hati itu." Moza meninggalkan Niro dan Unna. Moodnya sedang tidak baik.
●●●
"Ma, Abang sama Fea mana?" Tanya Moza. Ia menghampiri Mamanya yang asyik membaca novel begenre TeenFiction itu.
Walaupun sudah mau menginjak umur 40an, Mamanya itu cukup gaul dan suka yang berbau tentang anak remaja zaman now.
Bayangkan saja, selama sebulan Mamanya itu membaca novel Dilan dan Teman Tapi Menikah sampai 10x. Dan menonton konser Blackpink dan Bts di singapura.
"Ikut papa."
"Ke?"
"Rumah temen Papa."
"Kok aku gak di ajak?"
Mamanya menutup buku yang dibacanya itu. "Salah siapa yang dari tadi bikin konser gak jelas di kamar mandi?"
Moza tergelak. Ia mengambil novel yang masih di bungkus rapi di samping Mamanya.
"Moza pinjam."
"Lecek dikit aja, Mama kurangin uang jajan." Ujar Mamanya, lalu melanjutkan membaca kembali.
●●●
Palembang, 19 Januari 2019
REVISI
Palembang, 6 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
April [ Revisi ]
Teen Fiction[JUDUL AWAL POHON JAMBU] . Yangku tau, dia hanya es berjalan dan akupun berpikir tak ada masalah berteman dengannya. Tapi, setelahku mengenalnya ternyata dia perlahan menghangat dan menyebalkan. Siapa sangka, dengan seiring berjalannya waktu kami be...