-3- [Revisi]

247 126 63
                                    

SELAMAT MEMBACA CERITA

APRIL

BAGIAN TIGA | NAMA YANG SAMA


●●●

Jam istirahat berbunyi, kami bertiga segera keluar dari perpustakaan lalu menuju kantin. Hampir dua jam dia dan teman-teman sekelasnya di perpustakaan untuk mengerjakan tugas kimia dasar.

Berlama-lama di perpus membuat Moza betah. Bayangkan saja perpustakaan yang disulap seperti tempat tongkrongan anak-anak jaman now.

"Gue mau ke Bu Adirka dulu, ngumpul tugas kimia." Kata Niro. Lalu pergi ke kantor guru.

"Iyaa." Sahut dua gadis itu.

Jam yang tepajang di pintu masuk kantin sudah menunjukan pukul 10.30 siang, artinya sekitar 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Tapi para murid enggan beranjak dari tempat tersebut.

"Za duduk di kuris itu yuk." Ajak Unna sambil menunjukan dua orang yang sedang menyantap makanannya.

"Disebelah Eza?"

Sebenarnya Moza enggan duduk di situ. Karena tidak ada lagi bangku yang kosong dengan terpaksa dia menuruti ucapan Unna.

"Gapapa kan gue sama Moza duduk disini?" Tanya Unna tanpa malu, biasanya dia irit ngomong dan Moza yang berceloteh tidak jelas.

Faeza dan Awan menoleh ke sumber suara. Awan melihat sekelilingnya, tidak ada tempat yang kosong untuk diduduki.

"Boleh - boleh duduk aja, gak ada yang ngelarang juga." Ujar Awan santai.

"Lo Moza kan?" Tanya Awan.

"Iya."

"Adiknya Kak Zeo?"

"Lo kenal sama kakak gue?"

Awan tersenyum. "Iya temen gue nyari kecebong."

Moza dan Unna terkikik. Sifat Awan yang humoris dan santai membuat siapa saja senang berteman dengannya.

"Satu komplek sama gue? Kok gue gak tau?" Tanya Moza.

"Yap, cuman beda blok doang gue di blok F sedangkan lo di blok A."

"Kok gue baru tau ya? Padahal kan gue sering tu keliling komplek bareng abang gue naik sepeda."

"Gue jarang main, kalau main di hari sabtu sama minggu."

"Jadi senin sampai Jumatnya lo gak main?" Tanya Unna penasaran.

"Gue les sama Eza."

Mereka berdua ber-O-ria. Moza menatap Faeza dengan lekat. Dirinya hanya diam dan fokus ke makanannya tidak menghiraukan orang-orang di sekitarnya.

"Kenapa?" Tanya Faeza saat melihat Moza memperhatikan dirinya.

Moza tersentak. Dirinya sudah tercyduk oleh Faeza di hadapan Unna dan Awan. Betapa malu dirinya saat ini.

"Siapa yang ngeliatin lo, geer banget jadi orang."

Faeza masih menatap Moza, tanpa berpaling sedikit pun.

"Apa lo!" Sarkas Moza.

"Risih kan kalau di tatap?" Tanya Faeza.

Sungguh menguras emosi Moza berhadapan dengan Faeza. Baru kali ini dia menemukan sosok yang dingin dan tidak punya hati.

"Santai dong Za, lo keinget kucing lo yang lupa di kasih makan di rumah?" Awan mencairkan suasana.

"Ha?!" Sahut Moza dan Faeza barengan. Dahi mereka berkerut.

Awan dan Unna tertawa berbarengan. "Nama kalian udah sama, Moza dan Faeza."

"Sama-sama di panggil Za" tambah Awan.

"Bener, atau jangan-jangan kalian jodoh?"

"Dih, berjodoh sama manusia kutup ini? Mimpi." Ketus Moza.

"Gue aja mikir dua kali mau sama lo."

●●●

Palembang, 20 Januari 2019

REVISI
Palembang, 6 Juni 2020

April [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang