Cahaya matahari meremang, memaksa wanita yang sedang berbaring lemah di atas ranjang putih tersebut untuk membuka matanya yang seakan terasa begitu berat. Perlahan, saat matanya telah terbuka sempurna ia menatap ke sekeliling dengan pandangan tak mengerti, tangannya pun ikut terangkat untuk mencari tau apa yang sedang melilit kepalanya hingga terasa sangat berat seperti ini."Kau sudah sadar?"
Sosok pria tegap dengan hoodie hitam masuk secara tiba-tiba menghampirinya. Dengan napas yang terengah-engah serta tatapan penuh ke khawatiran.
"Apa yang terjadi padaku?"
Pria itu mendekat dan sedikit tertunduk, ia menatap lamat-lamat wanita yang baru saja ia tabrak kemarin malam, syukurnya ia masih diberikan kesempatan untuk menyelamatkan wanita itu.
"Kau mengalami kecelakaan kemarin, apa sekarang kau sudah lebih membaik?"
Wanita itu diam sekan bingung dengan apa yang pria itu katakan, bahkan perlahan ia mencoba menjauhkan dirinya ketika pria tersebut terus mendekat ke aranya. Seolah takut akan gerak-gerik pria asing tersebut, ia mencoba mengingat apa yang telah terjadi, namun tidak bisa. Kepalanya tidak menyimpan memori apapun, hanya kertas putih tanpa bayangan yang jutsru membuatnya semakin terasa pusing.
"Tidak perlu takut, aku tidak akan menyakitimu," ucap pria itu meyakinkan, seakan tau jika saat ini wanita itu sedang keatakutan melihatnya.
"Sungguh, apa kau yang telah menolongku?"
***
"Terimakasih, Mike. Aku suudah tidak pusing lagi." Wanita itu tersenyum usai menegak butiran pil yang seharusnya ia minum beberapa jam yang lalu.
"Angel. Bukankah sudah ku katakan untuk meminum obatmu tepat waktu." Mike benar-benar khawatir, ia hampir saja mengulang kesalahannya yang membuatnya gagal menjaga wanita di depannya itu.
Mata wanita itu menatap Mike dengan lekat, ia juga merasa bersalah akan apa yang baru saja ia lakukan, pria itu meninggalkan perkerjaannya begitu saja saat mendengar dirinya yang jatuh pingsan.
"Aku tidak suka untuk meminum obatku, Mike. Aku tidak ingin sembuh," ucapnya pelan, ia menatap Mike dengan tatapan nanar. Tertuduk di hadapan pria yang kini sedang bersimpuh mengkhawatirkan dirinya.
Mike menggeleng kuat, Anggela sangat keras kepala. Berkali-kali wanita itu menolak untuk meminum obatanya dengan alasan yang begitu konyol.
"Angel, kau harus sembuh. Kau harus mengingat semua ingatan mu yang dulu untuk mencari keluargamu."
"Dan melupakan dirimu?"
Mike menghela napasnya, dia tidak akan pernah bisa membujuk Angel untuk sembuh jika seperti ini. Bahkan hatinya sendiri pun membantah untuk mencoba tegar membiarkan jika suatu saat wanita itu akan meninggalkannya.
"Tidak, kau tidak akan melupakanku. Kenangan kita tidak akan pernah pudar disini." Mike tersenyum menaruh tangan Anggela pada dadanya.
"Jika suatu saat kau melupakanku, namun kau masih bisa merasakan ku. Perasaan mu yang akan membawamu kembali kepadaku."
Angela lagi-lagi menangis. Mike terus saja mencoba menguatkannya, pria itu bertindak seolah begitu tegar dari dirinya. "Tidak perlu menghiburku, Mike."
Tangan Mike mengusap pelan rambut Angela, membawa wanita itu kedalam dekapannya dan memeluknya sangat erat. Membiarkan wanita itu menangis lagi di dalam pelukannya hingga akhirnya tertidur. Selalu seperti ini, obat-obat yang Angela komsumsi sangat berpengaruh untuknya, bahkan lebih berpengaruh untuk Mike yang sesungguhnya lebih membenci obat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Remember Me [COMPLETE]
Short StoryDont close the book when bad things happen in your life, just turn the page and begin a new chapter [5 Chapter Only]