The End is The Real Beginning

8.5K 558 16
                                    

Semua tak sesulit seperti yang ia bayangkan. Mereka memahami keputusan Davina, pemikiran buruk yang Davina bayangkan tidak benar-benar terjadi. Orang tuanya menerima keputusannya dengan baik, tidak memaksanya melakukan sesuatu yang memang tidak ia inginkan. Begitu juga Kevin, mantan tunangannya yang sekarang menjadi sahabatnya.

Awalnya Davina pikir mengatakan kebenaran adalah hal yang akan menyakiti Kevin, namun kenyataanya tak begitu. Justru kebenaran sangat melegakan, ia tidak harus membohongi siapa pun dan menyakiti orang lain secara perlahan. Ia juga tidak perlu mengorbankan perasaannya bersama orang yang tidak ia cintai, kini Davina berhak memilih hidupnya, hidup bersama pria yang memang mencitainya dan juga ia cintai.

Benar yang Mike katakan padanya. Jika kita menjelaskan hal yang seharusnya tidak bisa kita jalani lagi, semua akan melegakan. Memang pada awalnya mengecewakan, tetapi setidaknya semua menjadi jelas, tidak ada yang di tutupi dengan kebohongan yang menyakitkan, lagi pula itu hanya sesaat. Jika kebenaran terungkap, perlahan kita pasti akan bisa menerimanya.

Davina masih tak bisa melupakan pria itu, pria dua malam yang begitu mengesankan. Pria itu sangat membantunya menyelesaikan masalah yang selama ini tidak ia temukan solusinya. Andai saja saat itu Mike tidak pergi begitu saja, mungkin Davina dapat berterimakasih secara langsung. Setiap kali mengingat Mike membuat Davina ingin tertawa, tingkah pria itu membuatnya penasaran. Hanya dengan waktu yang begitu singkat Mike bisa membuatnya nyaman berada di dekat pria itu. Menumpahkan masalahnya meski Davina tidak tau betul siapa pria itu sebenarnya.

"Angela," gumam Davina di balik lamunannya yang tiba-tiba saja terbesit sebuah nama yang terus menghantui tidurnya. Entah mengapa nama itu selalu saja muncul setiap kali Davina menutup matanya. Bukan hanya itu, selama dua minggu terakhir ia selalu saja memimpikan hal yang begitu nyata, dimana dirinya merasa begitu bahagia berada di dekat seseorang.

"Kau melamun lagi?"

Davina tersadar dari lamunannya saat seseorang menyentuh pundaknya. Davina membalas orang tersebut dengan senyum lebarnya, ia terlalu jauh berkir bahwa pria di depannya tidak akan mau lagi bertemu dengannya hanya karena mereka sudah tidak ada hubungan apapun lagi. Namun pemikiran Davina salah, Kevina masih menjadi pendengar setianya. Selalu ada di saat Davina merasa jenuh akan rutinitasnya yang begitu padat dan membosankan.

"Kau sudah selesai?"

"Aku menyelesaikan pekerjaan ku dengan cepat, aku hanya takut kau semakin tidak sadar akan sekitar mu karena kau terus saja melamun."

Davina terkekeh mendengar jawaban Kevin, kini Kevin menjadi hapal dengan kelakuan Davina akhir-akhir ini. Davina sering kali terdiam dengan tatapan kosong meskipun di tempat yang bising sekali pun, seperti halnya saat ini, bahkan saat ada banyak orang berlalu lalang di kafe tempat mereka berada saat ini, kebiasaan melamun Davina tidak pernah hilang.

"Apa kau masih memikirkan pria itu?"

Awalnya Kevin tidak senang mendengar saat Davina menceritakan tentang pria lain yang ia temui saat wanita itu kabur. Namun harus bagaimana lagi, bukan haknya melarang Davina untuk memikirkan pria lain, karena  Davina bukanlah tunangannya lagi. Bahkan Kevin tidak akan bisa marah saat Davina bercerita bahwa ia terus saja memimpikan pria dua malam itu.

"Aku selalu berpikir apakah aku akan bertemu pria itu lagi?"

"Apa kau sudah mencoba mencari tempat tinggalnya?"

Davina mengangguk, ia menyesap jus mangga yang ada di depannya lalu menatap teduh ke arah Kevin. "Aku sudah mencari ke apartemennya, tetapi tetangganya mengatakan Mike sudah tidak tinggal disana lagi." Raut wajah Davina seketika saja berubah menjadi putus asa. Ia sangat ingin bertemu pria itu lagi. Agar ia menemukan jawaban mengapa Mike selalu saja berada dalam mimpinya dengan wanita bernama Angela.

When You Remember Me [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang