26: Aktifitas di pagi hari

2.6K 124 0
                                    

Utamakan membaca Al-Quran
🌺🌺🌺
Kita hidup hanya sekali, mati sekali, menikah pun sekali
🌺🌺🌺
(Kuch Kuch Hota Hai)

Dua hari setelah pernikahan,Aisyah dan Ali kini telah tinggal dirumah baru mereka. Rumah yang diberikan oleh orang tua Ali sebagai hadiah pernikahan. Aisyah sebenarnya enggan untuk meninggalkan rumah yang telah ia tempati selama lebih dari dua puluh enam tahun ia hidup di dunia ini. Ia enggan untuk meninggalkan rumah yang begitu nyaman dan penuh dengan kehangatan dan kasih sayang dari ayahnya, untuk pergi ke tempat yang ia yakini akan terasa dingin dan kaku. Namun dengan lembut ayahnya memberinya nasehat bahwa ia harus selalu mendampingi kemanapun suaminya akan pergi.

Hari ini Ali sudah kembali bekerja setelah lima hari ia cuti. Aisyah lupa kalau saat ini Ali menjabat sebagai Sertu (Sersan Satu) di Korem 113 (Komamdo Resort Militer).

Saat ini Aisyah sedang menyeduh kopi untuk Ali, suaminya. Ia tidak mencicipi kopi hitam yang telah ia buat, karena sejujurnya ia tidak menyukai kopi. Setelah selesai, ia berjalan ke meja makan. Namun ia melihat Ali sedang sibuk menyiapkan barang-barang di tas ranselnya sedangkan pakaiannya belum terpakai dengan rapi. Ali terus berdecak kesal. Aisyah hanya menggeleng pelan. Ia menarik kursi meja makan yang sudah terisi makanan hasil karyanya pagi itu. Walaupun tak selezat makanan bi ira, setidaknya masakannya masih layak untuk di makan manusia.

Lima menit...

Sepuluh menit...

Lima belas menit...

Akhirnya Ali selesai memakai pakaiannya dengan rapi, namun barang-barang, yang akan dibawanya belum di isi dalam tas ranselnya. Ia sedikit terkejut melihat Aisyah yang sedang duduk sambil menopang dagu dengan sebelah tangannya.

"Belum makan?? "

"Belum! " jawab Aisyah singkat

Hanya seperti itulah interaksi antara mereka. Dingin dan kaku. Mungkin jika ada penghargaan bagi pengantin baru terdingin dan terkaku merekalah satu-satunya nominasi dan pemenangnya. Padahal mereka saling mencintai satu sama lain, tapi tak saling mengungkapkan😄

Ali meminum kopi yang dibuat Aisyah. Rasa kopi itu sedikit aneh menurut Ali, tapi setelah beberapa lama, lidahnya mulai bisa menerima rasanya.

Hening!!

Tidak ada suara atau pembicaraan saat makan berlangsung. Hanya dentingan suara sendok dengan piring ditambah dengan suara detak jarum jam yang terdengar di ruangan itu.

Dua puluh menit kemudian, mereka selesai menyantap makanan. Aisyah langsung membereskan piring kotor dari meja makan. Setelahnya aisyah membantu Ali menyiapkan barang barang Ali untuk di masukkan ke dalam tas.

"Mulai lusa,insyaallah aku mulai mengajarkan ngaji ke anak-anak bimbingan aku" ujar Aisyah membuka suara sambil memasukkan barang-barang yang perlu di bawa Ali ke dalam tas ranselnya.

"Ooh iya"

"Di izinin nggak?? " tanya Aisyah

"Tentu. Sebelum menikah denganku, kau lebih dulu ngajarin ngaji. Jadi kenapa aku harus larang kamu?? Apapun yang kau lakukan tak perlu minta izin selama itu menyangkut kebaikan".

Aisyah menganggukan kepalanya dan sesekali ia tersenyum.

"Udah selesai??"

"Iya. Nih.. "Sambil memakaikan tas ransel ke belakang Ali

Mereka berdua pun berjalan menuju pintu utama. Aisyah berdiri di depan Ali dengan jarak yang bisa dibilang sangat dekat. Ia merapikan pakaian ali sehingga terpakai jauh lebih baik dari sebelumnya. Tanpa Ali sadari, ia terus memandang Aisyah yang saat ini mengenakan jilbab warna biru muda dan cadar yang senada itu tanpa berkedip. Mata yang bulat dan berwarna hitam itu membuat Ali tak bisa memandang ke arah lain.

Setelah selesai memperbaiki pakaian Ali, Aisyah langsung menyambar tangan Ali dan mencium punggung tangan Ali.

Setelah beberapa saat terdiam, Ali melihat pakaiannya telah rapi sempurna. Ia tersenyum kecil sebelum melanjutkan langkahnya kembali.

Aisyah berlari menuju kamar dan kini ia berada di balik pintu kamarnya. Menghirup dan membuang nafasnya berulang kali untuk menormalkan detak jantungnya.

🌺🌺🌺

Sehabis sholat subuh tadi Aisyah sibuk dengan kegiatannya. Ia memang harus segera menyelesaikan aktivitasnya karena hari ini adalah hari pertamanya untuk melanjutkan mengajarkan anak-anak bimbingannya setelah facum selama enam hari.

Dan karena hari ini adalah hari pertamanya mengajar, ia tidak ingin terlambat dan membuat anak-anak kecewa. Makanan yang ia masak telah matang. Ia tinggal menunggu Ali yang saat ini sedang bersiap.

Lima menit kemudian ia melihat Ali sudah siap dengan penampilannya yang membuat Aisyah ternganga dan kesulitan bernafas, baju loreng berwarna hijau yang sebagian lengannya di gulung ke atas ditambah baret hijau yang di banting kanan membuat laki-laki itu dua kali lipat lebih tampan di matanya.

'Jangan terpesona syahh.. ' batin Aisyah. Ia segera mengalihkan pandangannya dan beristighfar berulang kali.

Keduanya mulai sarapan. Seperti biasa, begitu dingin dan kaku. Aisyah selesai lebih dulu di banding Ali. Ia segera beranjak untuk meletakkan piring dan gelasnya ke wastafel. Ia akan mencucinya setelah pulang nanti.

"Aku pergi dulu li. Piringnya letakkan saja disana nanti biar aku yang cuci"

Aisyah segera menyambar punggung tangan Ali dan menciumnya secepat kilat. Setelah itu ia mengambil tasnya dan berjalan cepat.

"Tunggu!" suara Ali menghentikan langkahnya yang sudah mencapai ambang pintu.

"Ada apa??" tanya Aisyah dengan lembut

"Cek dan rapikan!"

Ooh iyaa! Aisyah lupa jika ia mempunyai aktivitas tambahan di pagi hari yakni merapikan pakaian Ali, mengecek barang-barang Ali yang ada di dalam ransel dan memperbaiki baret Ali, suaminya.

Aisyah segera mengecek ransel Ali dan merapikan pakaian serta baretnya. Posisi mereka begitu dekat dan tentu saja jantung Aisyah sudah berdetak tak terkendali. Ia hanya berharap Ali tidak mendengar debaran jantungnya.

"Assalamu'alaikum.. " ucap Aisyah setelah selesai mengecek dan merapikan pakaian Ali. Ia segera berlalu dari sana menuju mobil yang sudah terparkir di halaman. Melajukan dengan cepat setelahnya membaca doa tanpa menoleh pada Ali yang masih berdiri di ambang pintu. Ya! Aisyah memang harus segera pergi dari sana. Ia tidak mau terjadi hal buruk pada jantungnya yang berdetak sangat kencang sejak tadi sedangkan Ali hanya tersenyum kecil melihat tingkah Aisyah.

Jangan lupa vote 😉

Insyaallah Aku Ikhlas (Tamat) TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang