Ellizabeth paling tidak suka kalau otak nya menyuruh untuk berfikir tentang percintaan. Menurutnya jodoh itu sudah diatur tuhan, jadi kita tidak perlu sibuk mencari jodoh seakan-akan hidup hanya untuk mencari siapa pasangan hidup kalian.
Orang seperti itu tidak menikmati hidup menurutnya, seolah-olah jika patahhati langit akan turun menghantam bumi dan semua lenyap. Karena itu jika Ell ditanya tentang pasangan pasti ia hanya tersenyum atau pun menjawab bahwa jodoh sudah diatur tuhan.
Tapi namaya manusia normal, pasti hal yang wajar menyukai lawan jenis. Ell juga pernah suka kepada teman SMA nya. Pria tinggi berbadan tegap yang dihiasi bahu lebar dengan senyum yang tidak terlalu manis serta muka tidak terlalu tampan dan kulit nya juga tidak terlalu putih tapi juga tidak hitam, semua itu membuatnya menarik.
Dia adalah pria yang enak dilihat, tapi jika terlalu sering dilihat juga akan menimbulkan rasa bosan melihat wajahnya. Kurang lebih seperti itu. Ralat, muka nya tampan tapi dia bukan orang tertampan di sekolah. Dia ketua basket sekolah, dan itu menjadikannya sebagai salah satu idola siswi-siswi genit kala itu, baik kakak kelas maupun adik kelas.
Oh iya, Ell adalah panggilan akrab orang-orang terdekat Ellizabeth kepadanya. Kalian harus terbiasa dengan panggilan itu karena kalian akan menjadi orang yang sangat mengerti perasaannya. Mungkin sekarang belum, tapi nanti.
Pertemuan pertama Ell dengan pria itu tidak seperti pertemuan romantis di buku-buku atau drama yang sering ditonton remaja di televisi.
Ayo sedikit bernostalgia ke empat tahun yang lalu, kelas 10 SMA tepat nya ketika masa orientasi siswa. Oh bukan tapi pertama kali Ell bertemu pria itu adalah saat pendaftaran ke SMA. Mungkin hanya Ell yang mengetahui ini karna dari pertama ke calon sekolah baru nya itu Ell sangat bersemangat karena dia ingin mencari pria tampan.
Pada pukul dua siang sudah sedikit siswa SMP yang berkeliaran di SMA tersebut, karena mereka sudah terlalu lama berada disana dan tidak ada yang akan dikerjakan lagi.
“Tuti ayo pulang, udah sore nih” ajak Ell kepada teman dekatnya dari TK itu.
“Sebentar lagi Ell” tiba-tiba Tuti mendekat ke Ellizabeth dan memelankan suaranya sehingga hanya Ellizabeth yang bisa mendengar “Aku belum ketemu cowok gateng”
“Oh no no no, ini udah jam berapa Tut” bantah Ellizabeth sambil melirik jam ditangannya.
“Okey 15 menit lagi, hmm?” tatapan memelas Tuti memang akan meluluhkan hati siapa pun yang melihatnya.
Akhirnya Ell pun mengalah. Dari pada dia pulang naik angkot sendiri mending nungguin Tuti mencari cowok ganteng yang nanti bakalan jadi incarannya di SMA. Padahal kalau ada pun belum tentu dia bakal diterima dan bersekolah disana.
Okey ini sudah lewat 15 menit dan tidak ada tanda-tanda Tuti akan pulang. Ellizabeth yang duduk disebelah Tuti sepertinya sudah sangat bosan.
Ketika dia ingin berdiri dan menarik tangan Tuti untuk pulang, Ell pun termenung melihat seorang pria yang menarik perhatiannya sehingga dia lupa dengan niatnya yang tadi ingin memaksa Tuti untuk segera pulang. Pria itu beda dengan yang lain, ketika teman pria Ell masih kelihatan pendek dan kekanak-kanakan tapi pria ini sudah dewasa.
Bukan berarti mukanya boros ya. Dari pakaiannya sudah pasti dia orang yang berada. Dari tatapan lembut pria itu menatap lawan bicaranya membuat Ell lupa untuk berkedip. Pria yang membuat Ell membeku itu adalah Senja. Senja?. Iya Senja. Nama nya lucu bukan?. Pada saat itu Ell tidak tau siapa pria itu.
Dia hanya tiba-tiba menyikut Tuti, lalu yang disikut mengikuti arah pandangan mata Ell. Sepertinya Tuti juga sependapat dengan sahabat sedari TK nya itu.
Mata Ell masih saja menatap pria itu seakan-akan pria itu akan tersedot kedalam bola mata Ell yang tidak terlalu besar itu, tetapi untuk saat ini sepertinya bola mata itu dapat menyedot seekor gajah dewasa sekalipun.
Pria yang ditatap itu masih tidak menyadari bahwa dia sedang ditatap oleh seorang gadis yang tidak terlalu tinggi dengan rambut dikuncir satu tersebut.
Tiba-tiba Ell menyadari suatu keanehan. Kemana larinya Tuti?. Bukannya tadi dia disebelah Ell?.
Oh tidak, seperti nya Tuti melakukan jurus menghilang itu lagi, bukan menghilang sungguhan tentunya. Tetapi Tuti bisa bergerak tanpa diketahui siapa pun saking tenangnya anak itu jika berjalan, dibantu oleh badan kecil nya itu, sehingga sering kali Ell tidak mengetahui keberadaan sahabatnya itu.
Ell memutar bola matanya untuk mencari keberadaan Tuti. Tetapi yang dicari tetap tidak terlihat. Atau jangan-jangan Tuti pulang duluan?. Oh no no no no, itu tidak mungkin. Tuti bukan lah teman yang suka meninggalkan temannya sendiri seperti itu.
Ell pun mencuri pandang ke arah pria yang tadi sempat mencuri perhatiannya. Pria itu masih berbincang-bincang dengan lawan bicaranya yang tadi. Sepertinya mereka teman dekat, dapat dipastikan dari gerakan tubuhnya ketika bicara dan tawa disela-sela obronnya itu.
Lalu Ell mendekat ke arah pria tersebut. Semakin dekat pria itu terlihat semakin manis. Ell tidak bisa mengalihkan tatapannya dari pria itu. Mungkin seperti ini yang dinamakan cinta, pikir Ell dalam hati. Tapi tidak mungkin, mana mungkin cinta secepat ini, sanggahnya dalam hati. Ell semakin mendekat, matanya masih tertuju kepada pria itu dan aneh nya pria tersebut tidak menyadari bahwa dari tadi Ell telah memperhatikannya dan sekaramg Ell sudah berada dekat sekali dengannya.
Untung saja siswa siswi yang mendaftar sedang sibuk dengan kesibukan masing-masing sehingga tidak ada yang memperhatikan bahwa Ell sedang mendekat kepada pria itu dengan tatapan seperti itu. Dan kakak kelas juga masih belajar didalam kelas. Ell mendekat dengan langkah pelan, tidak tergesa-gesa.
Jarak mereka memang tidak terlalu jauh, jadi tidak butuh waktu lama untuk Ell berada di dekat pria itu.
Ketika semakin dekat, Ell mempelambat langkah. Lalu dia menarik lengannya untuk menjauh dari sana dengan cepat, karena Ell ingin berbicara dengan orang yang tadi tangannya dia tarik itu.
Dan yang ditarik hanya pasrah tak memberontak ataupun melepaskan lengannya dari genggaman Ell. Ketika lumayan jauh dari tempat tadi dan keramaian barulah Ell berbicara dengan suara marah.
Marah?
Iya
Marah
“Tuti” bentak Ell.
Apa? Tuti?
“Iya, kamu, Tuti” karena yang dibentak masih dalam keadaan tidak sadar bahwa iya telah ditarik paksa dan menatap Ell dengan tatapan (Apa? Aku?)
“Kenapa tiba-tiba kamu udah di sebelah cowok itu?” tanya Ell.
“Waktu kamu nyikut tadi, aku langsung pangling soalnya ganteng banget, trus langsung jalan sendiri deh ke tempat cowok yang tadi” dengan jawaban polos Tuti menjawab pertanyaan Ell.
“Untung dia nggak ngeliat kamu Tut, kalo iya pasti dia kaget, trus ngira kamu orang gila deh” Ell menjawab diiringi dengan tawa kedua sahabat itu.
“Ayo pulang, udah mau jam Tiga”
Dan seperti itulah pertemuan Ell dan Senja, yang sedikit dirusak oleh Tuti.