Masa MOS (masa orientasi siswa) pun datang.
Ell dan Tuti diterima di seolah tersebut, dikelas yang sama yaitu 10 IPA 1.
Hari pertama MOS Ell sangat gugup.
Dia berangkat kesekolah menggunakan angkututan umum, Ell sudah biasa dengan angkutan umum sejak SMP.
Setiba disekolah para siswa siswi baru diperintahkan panitia ospek untuk berbaris dilapangan sesuai dengan kelas masing-masing untuk mendengarkan sambutan kepala sekolah serta pembukaan acara MOS.“Ellisabeth” teriak Tuti.
Ell pun langsung mencari arah suara tersebut. Lalu dia menemukan teman nya itu dengan seragam yang telah di tentukan panitia dengan atribut lengkap serta rambut dikuncir satu.
“ Kelas kita yang itu kan” seraya menunjuk barisan 10 IPA 1.
“Iya, ayuk kesana”
Mereka pun memasuki barisan. Acara sambutan siswa baru oleh kepala sekolah pun dimulai dan dilanjutkan peresmian acara MOS.
Setelah itu acara dikembalikan kepada panitia MOS.
“Kalian telah kami bagi menjadi beberapa kelompok” teriak salah satu panitia dengan muka tegas dan suara ganas.
“Kalian biasa melihat nama di jendela-jendela kelas. Jika nama kalian ada disana berarti itu kelompok dan kelas kalian selama kegiatan MOS”“Mengerti?” teriak panitia.
“Mengerti kak” teriak anggota MOS tidak kalah semangat nya.
Ellisabeth dan Tuti bersama siswa siswi lain pun langsung mencari kelompo mereka.
Tuti di kelompok 3 dan Ell di kelompok 4.
Mereka pun masuk kelas yang berbeda. Disana mereka diberi arahan oleh kakak MOS masing- masing.Tring tring tring
Bel istirahat pun berbunyi. Para siswa berhamburan keluar kelas termasuk peserta MOS.
Ell langsung mencari Tuti.
Mereka duduk dikursi didepan kelas Ell.“Wahhh kakak yang dikelompok 3 suaranya kenceng-kenceng semua, kaya nya abis MOS kamu harus nemenin aku ke dokter THT nih” ucap Tuti.
“Semua panitia suaranya kenceng semua, dikelas aku juga. Kita ke THT bareng ya” mereka pun tertawa.
“Eh Ell”
“Apa?” Elisabeth langsung melihat ke arah tatapan mata Tuti.
“Itu bukannya cowok yang waktu itu?” lanjut Tuti.
“Iya Tut” jawab Ell dengan mata masih menatapa pria tersebut.
“Ehh Ell dia jalan kesini, kita ketauan ngeliatin dia ya?” mereka langsung memalingkan pandangan.
“Ngga tau. Kaya nya ketauan sih, habis kita”
Tiba-tiba.
“Halo, aku boleh gabung sama kalian?”
“Iya?” jawab Tuti, seraya melihat ke arah pemilik suara dengan setenang mungkin.
“Boleh silahkan” tambah Ellisabeth.
“Senja” pria itu mengulurkan tangan berkenalan.
“Elisabeth, panggil saja Ell”
“Tuti”
“Kalian kelas 10 apa?” tanya Senja membuka percakapan setelah hening beberapa saat setelah perkenalan.
“Kita 10 IPA 1, kamu?” jawab Tuti.
“Sama dong, aku juga 10 IPA 1“ balas Senja dengan semangat.
Mereka pun berbincang-bincang dan sesekali tertawa karena lelucon yang mereka lontarkan. Tidak butuh waktu lama untuk mereka menjadi akrab. Perbincangan mereka pun harus dihentikan karena bel masuk telah berbunyi.
“Kamu kelompok mana?” tanya Ell kepada Senja.
“Aku kelompok 1, kalian”
“Aku kelompok 3 dan Ell kelompok 4” jawab Tuti lebih tenang dan bersahabat.
Mereka pun memasuki kelas masing masing.