Oscar dan Harapan

105 26 52
                                    

Lima tahun kemudian ....

Di bawah sengatan terik mentari, seorang pemuda tengah menyeka bulir-bulir keringat yang timbul dari pelipisnya. Kemudian sepasang kakinya melangkah menuju toko roti di seberang jalan. Setelah sampai ke seberang, ia berlindung di balik bayangan bangunan toko.

"Waahh ... lihat itu!" bisik wanita berambut pirang pada wanita bersurai hitam yang berjalan di sampingnya. Jemarinya menunjuk ke suatu arah.

"Dia sudah ada di sana sejak satu jam yang lalu, 'kan?" tanya si wanita rambut hitam.

"Panas-panas begini masih tetap di sana. Kasihan," kata si wanita berambut pirang terlihat iba.

Atensi sang pemuda beralih. Suara kasak-kusuk dari orang yang lalu lalang menyentil rasa ingin tahunya. Ia mengikuti ke mana arah pandang orang-orang tersebut.

Beberapa meter di seberang jalan dari tempat pemuda itu berada, seekor anjing jenis labrador retriever berbulu kuning terang tengah duduk bermandikan cahaya. Kedua kaki belakangnya ditekuk menyentuh paving blok, sementara kaki depannya tetap tegak lurus menopang tubuh. Mulut tidak terbuka, lidahnya tidak dijulurkan pula. Normalnya seekor anjing akan melakukan hal serupa ketika merasa panas. Sikap duduknya terlampau elegan untuk ukuran seekor anjing. Matanya lurus menatap ke depan tanpa berkedip.

Netra biru Jim terpaku sesaat memandang anjing yang bergeming di tempatnya. Di tubuh anjing itu melekat sebuah perangkat untuk pegangan. Seekor anjing yang gagah. Pikirnya. Dulu ia bermimpi memiliki satu yang seperti itu.

"Jim ... Jim ...," panggil seorang wanita. Namun, tak didengar oleh pemuda itu.

"Jim!"

Suara yang sedikit ditinggikan itu barhasil menarik pemilik nama kembali dari lamunannya.

"Ah, Marry. Kau sudah datang," kata Jim. Rupanya tunangannya yang sedari tadi memanggilnya.

"Kau sedang melihat apa?" tanya Marry seraya memamerkan kedua lesung di pipinya, membuat ritme di dada sebelah kiri Jim bertambah.

"Eh, itu ...." Dagunya diarahkan untuk menunjuk si anjing gagah.

Marry menoleh, netranya menangkap sosok yang dimaksud.

"Waahh ... anjing pembimbing!" seru wanita itu berseri-seri.

"Iya, gagah, bukan? Lihat otot-ototnya itu. Kelihatannya begitu kuat." Jim menambahkan, lalu berkata, "Dia pasti dilatih dengan sangat baik. Dulu di tempatku bekerja ada anjing kecil sejenis itu. Kira-kira kalau sudah dewasa akan tampak seperti dia juga. Namanya Oscar, kami selalu bermain bersama. Dia dititipkan di tempat kerjaku. Di saat kami sudah jadi sahabat, orang-orang dari Asosiasi Pelatihan Anjing Pembimbing datang mengambilnya."

Mereka yang menjadi anjing pembimbing, dipisahkan dari induknya sejak kecil. Sementara waktu dibesarkan oleh orang tua asuh atau para relawan. Setelah itu, mereka dilatih di tempat pelatihan anjing pembimbing. Dari situ, hanya anjing-anjing unggul yang berhasil menjadi anjing pembimbing. Agar mampu melaksanakan apa yang sudah didapatkan dalam pelatihan, serta mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya, anjing-anjing itu tidak boleh lagi bertemu dengan orang tua asuhnya.

Pet Care & Adoption Centre tempat Jim bekerja adalah salah satu bentuk kerja sama dalam menampung sementara para calon anjing pembimbing sebelum atau susudah dibesarkan oleh orang tua asuh.

"Oscar apa kabar, ya? Mungkin saat ini dia sudah jadi anjing pembimbing yang hebat juga," gumam Jim menatap anjing pembimbing di seberang.

Anjing itu menoleh, menangkap tatapan hangat dari Jim. Sesaat, pandangan mereka beradu. Seakan asyik menyidik satu sama lain.

Oscar [End] #RAWSBestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang