Oscar tak mengacuhkan pemuda yang sedari tadi tampak diam-diam mengawasinya. Ia bergerak mencari posisi ternyaman demi ritual memejamkan mata. Oscar kembali pada kebiasaan lamanya, tidur di dekat jendela besar. Masih tidak peduli akan keberadaan beberapa anak anjing di sana. Labrador kecil yang usianya telah menginjak enam bulan itu sudah tidak merengek untuk ditempatkan di ruang kucing.
Lizzie sudah tidak ada di sana.
Terdengar suara berisik. Bergantian anak-anak anjing itu menggonggong. Oscar sudah bisa menebak apa yang terjadi. Pemuda yang bernama Jim itu pasti tengah asyik mengelus dan dijilat-jilat oleh para anak anjing. Andaikan saja manusia itu tahu, anak-anak anjing itu melakukannya agar semakin banyak dan sering mereka diberi makan. Dasar manusia yang mudah terpedaya oleh serangan tingkah kelucuan dan keimutan. Oscar sama sekali tidak tertarik bersikap seperti itu untuk mencari perhatian. Lagi pula, tak ada untungnya menggantungkan harapan pada manusia. Cepat atau lambat, jika sudah tidak diinginkan, mereka juga akan dibuang.
Wuusshhh!
Sontak Oscar membuka mata. Ada suara asing berasal dari kerumunan sumber keributan tadi. Suara yang entah mengapa mampu membangkitkan ketertarikannya. Sebuah benda pipih berbentuk lingkaran dilemparkan Jim ke arah anak-anak anjing. Setelah benda itu dilempar dan berputar-putar di udara, para anak anjing akan berebut untuk menangkapnya lalu diserahkan kembali kepada Jim. Oscar bangun dari posisi tidurnya, ekornya bergoyang-goyang.
"Hei, Oscar. Apa kau mau ikut bermain lempar tangkap?" tanya Jim.
Berani sekali manusia satu ini mengganggu waktu tidur siangnya yang berkualitas. Apa katanya tadi? Bermain lempar tangkap? Hhmm ... tampaknya bukan sesuatu yang buruk.
Meskipun merasa tertarik, Oscar tak kunjung bergabung dalam permainan mereka. Oscar duduk di tempatnya, lebih memilih menjadi penonton saja. Hingga setelah beberapa saat, dorongan aneh dalam dirinya tiba-tiba mengambil alih tubuhnya. Adrenalinnya berpacu dan refleks keempat kakinya berlari menyambut benda itu. Kedua kaki belakangnya menghentak keras di tempatnya berpijak.
Hup!
Perputaran benda bundar pipih itu berasil terhenti kala Oscar menangkap dengan mulutnya. Tanpa ia sadari, keempat kakinya melesat untuk mengembalikan tangkapannya.
"Wah hebat!" seru Jim penuh kagum. "Kau berlari lalu melompat dari undakan untuk menangkap frisbi ini. Good job!" Jim membelai surai kuning terang Oscar.
Aneh rasanya. Hanya dengan kalimat sederhana dari pemuda itu, Oscar merasa senang. Ia menggonggong sekali, pun dengan gerombolan anak-anak anjing lainnya tak mau kalah semangat.
Jim tertawa. "Hahaha, ok guys! Coba kalian tangkap lagi."
Begitulah kesibukan para penghuni halaman belakang yang semakin disemarakkan oleh kehadiran Jim. Tak banyak staf yang mau menghabiskan waktu lebih lama untuk bermain dengan hewan-hewan di Adoption Centre. Hanya Jim yang menunjukkan sedikit lebih banyak perhatian.
Sejak hari itu, ada yang aneh ketika Oscar memperhatikan Jim. Ia selalu menanti ajakan bermain lempar tangkap dengan sebuah frisbi. Juga belaian lembut pemuda itu. Namun, Oscar tetaplah Oscar, masih saja enggan memulai duluan. Lebih memilih diam-diam berharap.
"Guys, Lets play together!" seru Jim yang disambut bahagian para anak anjing. Oscar langsung berlari ikut bergabung.
🐶
KAMU SEDANG MEMBACA
Oscar [End] #RAWSBestfriend
Cerita PendekKalimat ajaib yang mampu memberi kesejukan bagi hati Oscar yang telah mengering dan gersang. Sekali lagi saja, Oscar ingin mendengarnya!