Gak penting

7.7K 1K 76
                                    










Jungkook buka kulkas di dapur, sisa selembar roti tawar untuk menu sarapan sehatnya pagi ini. Untung masih ada selai kacang buat jadi pendamping, tapi gak ada susu, habis.

Kotak-kotak kosong susu udah merana tertinggal di tempat sampah.

Semalem cuma makan satu cup ramen, terus sekarang sarapan selembar roti. Ada cappucino kemasan botol untungnya.

Sedih? Biasa aja. Jungkook cowok, hal kayak gini gak diambil pusing. Hidup sendiri jauh dari orang tua ya siap terima resiko.




Ibu

Kak, gak transfer dulu ya
Toko rotinya sepi
Pinjem temen dulu kalo butuh
Sehat-sehat,
Kuliahnya yang bener

Jungkook masukin potongan terakhir roti ke mulutnya, baca pesan Ibu pagi ini sambil jalan ke ruang tengah.

Bacanya lamat-lamat, Jungkook walaupun begajulan begitu tapi selalu rasain hangat dihati tiap dapat pesan dari Ibu.

Pesan Ibu pagi ini ngejawab pertanyaan Jungkook beberapa hari terakhir; kenapa Ibunya belum transfer juga bahkan udah lewat jauh tanggal biasa Ibu transfer.

Sampai duit Jungkook limit banget, gak biasanya sampe kayak gini. Tapi ya Jungkook gak pernah minta cepet-cepet kok, nunggu aja.

Ibu

Iya ibu,
Gak apa-apa.
Sehat terus
Liburan nanti kaka pulang
Kangen ibu

Iya, ibu sehat kok
Sabar ya
Dua tiga harian pasti transfer

Jangan dipaksain bu
Seadanya aja
Jungkook gampang


Duh, masih pagi kok ya mellow begini.










••

"Pulang?"

"Hm, masih siang sih. Jalan?"

"Kemana? Lagi bokek, yang."

Eunha buang nafas kasar, kedua tangan sibuk peluk binder yang dibawa. "Ya udah, apartemen kamu? Baju belum dicuci, 'kan? Ayo aku bantuin."

Jungkook reflek ketawa kecil, cubit hidung pacarnya yang gemesin itu sekilas. Masih duduk santai di atas motor, dan Eunha berdiri di sampingnya.

Ini baru sama-sama kelar kuliah sih, masih stay di parkiran kampus.

"Kalo nikah gratis, udah aku jadiin istri kamu tuh."

"Maunya. Kuliah dulu aja yang rajin, terus cari kerja yang bener. Baru nikahin aku."

"Siap!"

Eunha senyumnya lebar geli, tepuk iseng sebelah pipi Jungkook. Lalu naik ke motor gede si cowok, siang ini gak jalan kemana juga gak masalah, yang penting sama Jungkook.

Bantuin pacar, lebih berfaedah.









Dan sampai apartemen, mereka beneran cuci baju kotor Jungkook yang udah numpuk. Pakai mesin cuci sih, tapi bagi tugas. Jungkook bagian masukin detergen doang :)

Gak, becanda.

Nyaris satu jam lamanya dan terselesaikan. Eunha duduk di atas sofa ruang tengah, rambut yang tadinya tergerai udah dicepol asal. Lumayan capek,

Dan sensasi dingin di pipi nyaris bikin kaget, Jungkook tempelin botol air mineral disana.

"Kaget,"

"Tapi gak latah ayam-ayam tuh,"

"Anjir, kamu mau punya pacar yang latahan?"

"Langsung aku putusin. Ilfeel,"

"Ntar jomblo gak ada yang bantuin cuci baju lho."

Eunha nada menggoda, lirik Jungkook yang udah duduk di sebelahnya. Buka air mineral yang dikasih tadi, diminum sampai hampir sisa setengah.

"Aku punya pacar juga gak buat bantuin aku nyuci,"

"Tapi aku bantu nyuciin, aku sendiri sih emang yang mau,"

"Ya itu, jadi makin sayang makanya."

Eunha mendecih sinis, "Bucin juga ya,"

"Sama kamu aja gak apa,"

"Lah memang mau sama siapa lagi?"

Sebenarnya disini Jungkook ada salah ngomong gitu sih, berujung dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut pacar 'kan.

Tapi doi stay cool, alihin dulu fokusnya ke minuman. Otak sambil mikir mah,

"Sama Ibu, lebih bucin kadang,"

"Oh iya, Ibu udah ada kabar?"

"Udah, tadi pagi ngabarin kalo belum bisa transfer,"

Disini Eunha bungkam, mainin mulut botol pakai telunjuk. Jungkook fokusnya ke depan tatap layar televisi gak dinyalain, cuek total.

"Mm, uangmu masih?"

"Masih, buat makan sama bensin dua hari. Gak rokok tapinya,"

"Bagus deh,"

"Pacarnya lagi bokek bangsat, malah dibagusin lho,"

"Ck. Bagus gak rokok maksudnya," Eunha sentil pelipis Jungkook pakai telunjuk, cukup keras.

Si pacar cuma meringis sok merana,

"Berati aku harus cium kamu setiap satu jam,"

"Lho, korelasinya apa?"

Jungkook mainan lidahnya di dalem mulut, sentuh kulit pipi bagian dalam pakai lidah, sedikit di dorong gitu. Ubah posisi duduk hadap Eunhanya total.

"Gak mau jelasin, lumayan frontal. Ini cuma cowok yang ngerti."

Eunha mendecak sebal, tatap Jungkook malas dan lipat kedua tangan ke depan dada sassy.

Dan ya, Eunha bahkan gak berani buat bantu Jungkook untuk sekedar pinjamin dia uang buat kebutuhan sehari-hari, udah pernah tawarin beberapa kali dan itu ujungnya selalu dapat penolakan.

Jungkook gak mau pinjam apa lagi terima uang dari pacar katanya, padahal ya Eunha juga sering ditraktir sama dia.



"Ya udah sini cium, gak ada rokok, 'kan?"




Jungkook senyumnya lebar sekali, sumringah. Sebelum akhirnya mendekat lingkarin tangan besarnya ke pinggang pacar. Disambut sama Eunha dengan senyuman tipis disela ciuman.

Cukup Eunha selalu ada, Jungkook bahagia.











ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Chapter ini isinya emang gak penting, baru buka wattpad, baru ketik. Mampus lu nyesel dah baca :))))

Argy Bargy ㅡ jk x eh. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang