Chapter 6

2.1K 51 3
                                    

Hari masih sangat pagi saat Remi terbangun dari tidurnya. Gadis itu memilih halaman belakang rumahnya untuk mencari udara segar. Sesampainya disana pandangannya langsung terarah pada sebuah pohon besar yang terdapat di tengah halaman. Pohon yang memang sudah ada sejak mereka tinggal di tempat itu. Sebenarnya dulu pohon tersebut ingin ditebang, namun Almarhum Ayah Remi menolak dan membiarkannya. Itu karna pohon tersebut sering dijadikan tempat Ayahnya dan Remi beristirahat dibawahnya disaat mereka lelah atau apapun. Bagi Remi pohon itu sama seperti sosok Ayahnya. Sosok dimana ia menceritakan segala suka dan dukanya. Dan entah kenapa ia selalu merasa nyaman saat bersandar di bawah pohon tersebut.

Remi memandang pohon dihadapannya itu. Matanya terarah pada bagian atas pohon. Entah kenapa saat ini ia ingin sekali naik keatasnya. Selama ini ia memang belum pernah naik keatas.

Sesuai keinginannya, gadis itu kini benar-benar memanjat keatas. Beruntung dahannya tidak begitu tinggi jadi Remi tidak terlalu sulit untuk mencapainya. Remi kini bisa melihat dengan jelas sebagian dari pekarangan rumahnya. Udara segar membuatnya seketika menutup mata dan perlahan menghirup udara pagi yang segar. Angin kecil yang berhembus menerpa tubuhnya, cukup dingin memang. Tapi ia bisa mengatasinya. Ini pertama kalinya ia berada diatas seperti saat ini, karna biasanya ia hanya bersandar dibawah pohon ini. Dan ternyata rasanya lebih menyenangkan berada diatas sini. Angin yang berhembus membuat Remi sedikit mengantuk hingga akhirnya bersandar di salah satu dahan pohon. Rasanya sungguh tenang. Dan serasa berada dikamar miliknya sendiri.

“Apa tidak ada tempat lain sampai harus tidur disini?” Ucapan seseorang sontak membuat Remi membuka matanya, dan semakin terkejut saat mendapati Kris yang ternyata sudah duduk disampingnya.

“Oh?! Bagaimana kau bisa ada disini dan sejak kapan..?” Tanya Remi tak percaya. Perasaan ia baru saja menutup matanya dan sama sekali tidak menyadari kehadiran pemuda itu.

“Jangan menatapku seperti itu! Aku ini masih manusia asli!” Sergah Kris cepat saat melihat Remi yang menatapnya seolah berpikir kalau dirinya adalah hantu atau makhluk aneh lainnya. “Tadi aku melihatmu keluar kamar, karna penasaran ingin tau kau kemana pagi-pagi buta makanya aku mengikutimu diam-diam.” Tuturnya membuat Remi mengangguk paham.

Hening. Itulah yang terjadi setelah itu. Karna Kris sama sekali tidak mengatakan apa-apa lagi. Begitupula dengan Remi, gadis itu sama sekali tidak tau harus membicarakan apa saat ini. Mengingat apa yang semalam terjadi masih membuatnya sedikit khawatir.

Mianhae.” Kata Kris memecah keheningan. Remi lalu berbalik menatap Kris yang kini memandang kedepan. “Semalam, sikapku keterlaluan. Tidak seharusnya aku bersikap seperti itu padamu.”

“Apa boleh..aku tau alasanmu tiba-tiba bersikap seperti itu?” Tanya Remi ragu

Kris tidak menjawab, membuat Remi merasa mengambil tindakan salah. “Kalau tidak boleh juga..”

“Kau..” Ucapan Kris menghentikan kalimat Remi. “Benar-benar ingin tau alasannya?” Tanya pemuda itu lalu berbalik menatap Remi. Gadis itu sendiri ikut menatapnya cukup lama lalu akhirnya mengangguk pelan.

“Cemburu.”Satu kata yang terucap dari bibir Kris mampu membuat Remi tertegun di tempatnya.

Jadi alasan pemuda itu berubah total seperti semalam karna ia merasa Cemburu? Sampai seperti itukah perasaan Kris padanya? Membuat Remi seolah tidak dapat melihat Kris yang sebenarnya.

“Aku melihatnya. Saat ia menyanyikan lagu itu untukmu, kau selalu memperhatikan Lay. Sama sekali tidak menyadari kehadiranku yang sebenarnya mudah terlihat olehmu. Itu karna pandanganmu hanya terarah padanya seorang.” Tutur Kris. “Disaat melihat tatapanmu pada Lay, itu membuat hatiku terasa sakit saat menyaksikannya. Marah dan kesal, itulah yang kurasakan saat melihat kalian bersama. Aku berusaha menyembunyikannya, tapi semakin aku mengingatnya emosiku kembali memuncak. Itulah sebabnya semalam aku pergi ke diskotik. Aku ingin meluapkan semuanya disana, berharap bisa menghilangkan rasa sakit dihatiku sendirian. Tapi kehadiranmu semalam benar-benar membuat semuanya buyar. Aku yang awalnya tidak ingin membuatmu ikut terbawa dengan sakit yang kurasakan malah membuatmu sedih dan menangis semalam. Kau tau? Itu membuat hatiku semakin sakit. Dan merasa bahwa aku hanya membawa kesedihan bagimu.”

3 Days for Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang