I met you

20.7K 1.7K 217
                                    

'Jika kau siap untuk jatuh cinta, maka kau siap pula untuk patah hati'

Begitulah kata orang-orang. Dan ya, akhirnya Jaemin merasakan patah hati tersebut. Setelah dua tahun menjalin hubungan dengan seseorang yang ia sangat cintai dan sangat ia puja, akhirnya hubungan tersebut kandas. Tepat sehari yang lalu, hari jadi mereka berdua (Jaemin dan kekasihnya) yang ke 2 yang sudah Jaemin gadang-gadangkan menjadi hari yang bahagia ternyata adalah hari buruk yang berhasil mematahkan hatinya.

Bagaimana tidak? Ia menemukan kekasihnya bercumbu bersama orang lain di hadapannya, ketika Jaemin ingin memberi surprise atas hari jadi mereka. Jaemin hanya dapat tertawa miris. Hatinya sakit. Ia ingin melampiaskan emosinya, tetapi ia bukan seseorang yang mudah mengekspresikan perasaannya.

Yang Jaemin lakukan sekarang adalah duduk di pojokan kafe dekat rumahnya. Kafe ini sepi karena ini hari kerja dan bukan saat jam makan siang. Jaemin menikmati suasana yang disediakan kafe tersebut. Entah bagaimana, kafe ini seperti dapat membaca suasana hatinya. Dari pertama Jaemin melangkahkan kaki ke dalam kafe ini lagu yang disajikan adalah lagu-lagu sendu yang cocok sekali dengan suasana hatinya.

Jaemin menghela nafas dalam. Nafasnya terasa berat. Ia ingin menangis rasanya. Tapi tak bisa. Ia hanya dapat mengehela nafas berharap rasa sakitnya ikut keluar bersama dengan gas karbon dioksidanya. Tetapi tidak, rasa sakitnya menetap bahkan semakin menjadi.

Sampai suara seseorang menginterupsinya.

"Menangislah." Kata orang tersebut sembari duduk di kursi seberang mejanya. Jaemin hanya menatap orang itu bingung.

"Aku..."

"Aku tau kau sedang bersedih. Spot ini memang bagus untuk orang yang sedang bersedih." Potong orang tersebut -yang ternyata lelaki- sambil mengamati sekelilingnya.

"Bagaimana kau tahu?" Tanya Jaemin.

" Spot kafe ini terkenal sebagai tempat orang-orang untuk menikmati kesedihannya. Jadi tebakanku pasti tak salah. Lagi pula ku perhatikan daritadi kau hanya menghela nafas tanpa menyesap setetespun dari kopi mu."

"Bisa saja tebakanmu salah? Memangnya kau paranormal?" Tanggap Jaemin sedikit tersinggung.

"Aku memang bukan paranormal, balita pun dapat tau kau sedang bersedih hanya dengan melihat muka kusutmu itu." Kata lelaki tadi sambil menunjuk ke arah muka Jaemin. Lelaki ini bersurai dirty blonde dengan menggunakan kacamata bundar yang heranny tidak membuat lelaki ini terlihat culun. Bahkan  ia terlihat menawan.

Jaemin mengusap kasar wajahnya. Tak bohong. Jauh di lubuk hatinya ia butuh teman cerita. Setidaknya berbagi rasa sedihnya.

"Iya aku sedang bersedih, kau puas?"

"Butuh teman cerita?" Lelaki tersebut menyesp kopinya yang sedari tadi ia bawa.

Akhirnya Jaemin menceritakan masalahnya, segala yang ia rasakan kepada lelaki di hadapannya. Memang mereka baru bertemu. Persetan dengan namanya, Jaemin sangat butuh berbagi kesedihannya.

"Aku tak tahu apa salahku.. kenapa ia tega seperti itu?" Tutur Jaemin sedih. Seiring ceritanya tetesan liquid jatuh dari matanya.

"Aku sudah memberikan semuanya! Hiks.. aku bekerja sambilan sampai malam hanya untuk dia.. hiks." Lanjut Jaemin sesenggukan.

Entah angin darimana, lelaki di hadapannya meraih tangannya lalu mengelus jari-jarinya. Menenangkan. Jaemin tidak merasa risih. Ia malah merasa..

Nyaman?

Jaemin pun tak tahu. Lelaki yang tak ia ketahui namanya ini berhasil membuatnya mengungkapkan perasaannya, berhasil juga untuk menenangkannya bahkan membuatnya nyaman dengan sentuhan kecilnya.

Setelah setengah jam berlalu, tangis Jaemin sudah mereda. Hatinya pun terasa jauh lebih lega. Tetapi tautan tangannya dengan lelaki tadi masih belum terlepas.

"Sudah menangisnya?" Tanya lelaki di hadapannya. Jaemin mengangguk lucu. Lelaki tersebut tertawa pelan.

"Bagaimana bisa orang sepertimu disakiti seperti itu?" Kata lelaki tadi sambil mengusak rambut Jaemin. Berhubung mereka hanya dipisahkan oleh coffee table yang berdiameter kecil, tangan lelaki tersebut dapat sampai ke kepala Jaemin tanpa susah payah.

Obrolan mereka berganti dengan membicarakan hal lain, mulai dari sepak bola, game , dan obrolan random lainnya. Jaemin dapat tertawa dengan jokes yang sesekali dilontarkan lelaki di hadapannya ini. Lelaki yang baru ia temui. Yang bahkan namanya pun ia tak tahu.

"Sepertinya aku harus pergi." Kata lelaki tadi sambil melirik jam tangannya.

"Eh? Mau ke mana?" Tanya Jaemin sedikit kecewa.

Dan sekali lagi lelaki tersebut berhasil membacanya. Ia mengusak rambut Jaemin lagi sambil tersenyum. "Sudah tidak usah bersedih, masih ada urusan yang harus ku kerjakan. Ini kartu namaku. Kita bisa bertemu lagi lain kali." Lelaki tadi memberikan kartu namanya.

'Oh, namanya Renjun.' Batin Jaemin.

"Hubungi aku ya, aku pergi dulu, Jaemin." Renjun langsung berlalu keluar dari kafe. Jaemin masih menatap punggung Renjun sampai orang tersebut menghilang dari pandangannya.

Lalu ia tersadar.

"EHHH?!! Bagaimana ia mengetahui namaku?!!!" Kata Jaemin kaget. Ia langsung merona dibuatnya.

Di sisi lain, Renjun sedang tersenyum bahagia. Hingga teman-temannya terheran dengan dirinya.

"Kau sakit jun-ah?" Tanya teman Renjun yang bername-tag haechan.

Renjun menggeleng. "Tidak, aku sehat sehat saja."

"Tetapi kau daritadi hanya senyum senyum seperti orang gila! Membuatku takut saja!" Kata Haechan sambil bergidik lalu berjalan meninggalkan Renjun.

"Akhirnya kita bertemu ,Jaemin!" Kata Renjun masih dengan senyum yang tak hilang dari wajah tampannya.

End?

—————

Hollaa!! Ketemu lagi ma aq 😽 aku membawakan cerita lain hasil dari hayalan ku ini hehehe voment kalian tetep aku tunggu ya!! Biar bikin aku semangat nulis hehehe 😋 terimakasih juga yang udah voment di part sebelumnya ❤️ kalo mau request request juga bisa message aku siapa tau bisa aku penuhi request kalian hehehe oke segini aja. Btw yang di media itu visualisasi Renjunnya ya hehe. Kritik dan saran kalian sangat q tunggu!

Ily, duxktales.

Renmin StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang