"Aku butuh sendiri sampai aku benar-benar siap, Renjunnie."
Kata-kata Jaemin terngiang di dalam kepala Renjun. Berulang kali lelaki itu menghembuskan nafas kasar. Hatinya terasa sangat sakit. Bagai telak dipukul palu, hatinya hancur mendengar kalimat tersebut.
"Benar-benar siap untuk bilang padaku, bahwa kau sudah tidak lagi mencintaiku, Jaeminnie?" Lirih Renjun sembari menatap layar handphone nya yang menunjukkan foto dua insan lelaki yang sedang berciuman. Ya, lelaki tersebut adalah Jaemin dan sahabat Renjun, Mark Lee.
----------------------
6 bulan yang lalu"Jae, kenalkan, ini sahabatku yang sering kuceritakan padamu. Ia baru datang dari Kanada." Kata Renjun memperkenalkan Mark pada Jaemin.
"Mark Lee." Kata Mark sambil mengulurkan tangannya.
"Jaemin, Na Jaemin." Jaemin membalas jabatan tangan Mark. Mereka berjabat tangan lama sampai suara deheman Renjun menginterupsi.
Renjun segera merangkul Jaemin dengan posesif. "Jaemin ini adalah pacarku."
Mark hanya terkekeh membalasnya. Selanjutnya mereka berbincang seperti biasa. Membahas masa lalu Renjun dan Mark, sesekali Jaemin menimpali dengan komentar dan candaan. Renjun tahu, pada hari itu sahabatnya mulai menyukai pacarnya. Lewat dari cara Mark menatap Jaemin, dan segala interaksi yang mereka ciptakan. Tapi Renjun masih percaya pada Jaemin karena Jaemin masih membalasnya dengan biasa.
Tapi tidak untuk 4 bulan setelahnya.
"Jae, malam ini bolehkan aku menginap di Apartemenmu? Aku lembur malam ini dan jarak ke apartemenmu lebih dekat." Tanya Renjun lewat telepon.
'Aku sedang ada di rumah ibu, Njunnie. Maaf ya kau tidak bisa menginap.' Kata Jaemin dari seberang sana.
"Bukankah kau baru pulang darisan-" belum sempat Renjun menyelesaikan kalimatnya, Jaemin sudah lebih dahulu memutuskan sambungan teleponnya.
Renjun tidak menaruh curiga sama sekali, mungkin memang sedang ada urusan yang harus segera Jaemin selesaikan.
Beberapa minggu setelahnya, Jaemin selalu susah untuk dihubungi, Jaemin berubah. Tak ada lagi kata 'I Love You' di setiap mereka mau menutup telepon. Tak ada lagi berbincang sampai salah satunya terlelap. Tak ada lagi Jaemin yang memerah sehabis dicuri kecupannya. Tak ada lagi Jaemin yang tersenyum manis setiap kali Renjun datang. Tak ada lagi Jaemin yang merengek meminta Renjun untuk tinggal lebih lama. Yang ada hanyalah Jaemin yang selalu cepat-cepat menutup telepon, Jaemin yang selalu menghindar setiap diajak bertemu, Jaemin yang selalu beralasan agar Renjun tidak lagi di Apartemennya, Jaemin yang selalu resah setiap ada Renjun.
Sampai pada seminggu yang lalu, ia melihat Jaemin dan Mark berciuman di depan pintu apartemen Jaemin. Renjun yang tadinya ingin memberi kejutan pada Jaemin, memutuskan untuk lari. Ternyata bukan hanya ia saja yang melihat Jaemin pada malam itu, teman Renjun yang kebetulan satu apartemen dengan Jaemin juga melihatnya dan memotret itu untuk dikirmkan ke Renjun.
Renjun mengelak, ia merasa Jaemin hanya sedang bingung saja. Jadi, Renjun memutuskan untuk melamar Jaemin agar Jaemin tidak bingung lagi dengan perasaannya. Pagi-pagi sekali Renjun datang ke Apartemen Jaemin, beralasan ingin sarapan bersama. Jaemin menyambutnya dengan senyuman canggung.
"Tak apa jika aku hanya menyediakan sereal? Aku belum belanja." Tanya Jaemin sambil menuangkan sereal ke mangkuknya dan mangkuk Renjun. Renjun memperhatikan Jaemin yang sedang di dapur, ia sangat merindukan Jaemin. Ingin sekali Renjun menghampirinya dan memeluknya. Tapi ia tahu, Jaemin akan menghindar. Maka dari itu ia hanya duduk di kursi meja makan.
"Tidak apa." Jaemin memberikan mangkuk sereal yang sudah dituang susu pada Renjun.
"Satu untukmu dan untukku." Kata Jaemin. Setelah itu tak ada lagi yang berbicara. Tak ada lagi yang membuka obrolan sampai makanan keduanya habis.
"Terima kasih atas makanannya." Kata Renjun dibalas deheman oleh Jaemin.
"Jae.." panggil Renjun.
"Ya?"
"Ayo kita menikah." Jaemin menatap Renjun heran.
"Orang tua kita juga kan sudah merestui, kita tinggal menyiapkannya. Bagaimana jika dua bulan lagi? Aku pikir itu waktu yang cukup untuk kita menyiapkan segalanya." Lanjut Renjun."A-aku ada projek untuk dua bulan ini, aku tak yakin bisa menyiapkan itu , Njun." Jawab Jaemin. Itu hanya alasan yang dibuat-buat Renjun tahu itu. Tapi Renjun mau egois kali ini, ia ingin Jaemin untuk dirinya. Ia tak mau Jaemin bersama yang lain.
"Kalau begitu aku akan menyewa wedding organizer, jadi kamu tidak perlu mengurusnya okay? Tinggal fitting saja dan datang." Kata Renjun. Jaemin terdiam, ia memainkan jarinya di atas meja.
"Pokoknya semua udah siap, kamu hanya terima jadi saja okay?" Kata Renjun sembari beranjak dari tempat duduknya.
Jaemin hanya terdiam menatap mangkuk sarapannya.
Renjun mengangkat dagu Jaemin, menatap matanya. "You okay?"
"Okay, hanya saja... bagaimana kalau kita batalkan saja pernikahannya?" Kata Jaemin menatap mata lelaki tersebut. Terdapat keresahan di matanya, ada sesuatu yang ia sembunyikan.
"Kau tidak yakin untuk menikah denganku, Jaemin-ah?" Tanya Renjun sambil kembali mendudukkan dirinya.
"Tiba-tiba aku merasa ragu untuk menikah, 5 tahun kita bersama dan.. aku merasa ada yang tidak beres, Njun." Jaemin menunduk kembali.
'Ya, ada Mark hyung di hatimu sekarang.'batin Renjun.
"Jika kau butuh waktu sendiri that's okay, penikahan kita masih 2 bulan lagi." Jawab Renjun menggenggam tangan Jaemin meyakinkan.
"Aku butuh sendiri sampai aku benar-benar siap, Renjunnie." Kata Jaemin sambil melepas genggaman tangan Renjun. Renjun menatap tangannya kosong.
'Sudah tidak adakah aku sedikitpun di hatimu, Jaeminnie?'
Renjun menghela napas lalu beranjak pergi dari hadapan Jaemin. Sebelum ia menutup pintu, Renjun mengatakan,"Aku.. aku menunggumu sampai kau siap." Katanya tanpa menoleh lalu menutup pintu tersebut. Ia bersandar pada pintu apartemen Jaemin. Lalu ia mengeluarkan kotak beludru dari sakunya.
"Sepertinya kau tidak akan sampai di tangannya ya." Kata Renjun kepada kotak tersebut. Ia tersenyum miris lalu berjalan untuk pulang.
Di dalam mobil, Renjun hanya termenung menatap foto Jaemin dan Mark.
"Aku butuh sendiri sampai aku benar-benar siap, Renjunnie."
Kata-kata Jaemin terngiang di dalam kepala Renjun. Berulang kali lelaki itu menghembuskan nafas kasar. Hatinya terasa sangat sakit. Bagai telak dipukul palu, hatinya hancur mendengar kalimat tersebut.
"Benar-benar siap untuk bilang padaku, bahwa kau sudah tidak lagi mencintaiku, Jaeminnie?" Lirih Renjun sembari menatap layar handphone nya yang menunjukkan foto dua insan lelaki tersebut.
Ia segera mengemudikan mobilnya ke luar dari gedung apartemen Jaemin. Pergi jauh, ditempat di mana tidak ada jejak Jaemin di sana. Tetapi, entah karena Tuhan terlalu sayang Renjun sehingga tidak ingin ia merasa sakit lagi atau ini hukuman untuk Renjun. Mobilnya tertabrak oleh truk di dalam perjalanannya.
Sudah seminggu sejak Renjun berhasil dievakuasi, tetapi ia divonis tidak dapat hidup tanpa bantuan-bantuan dari alat medis yang tersedia. Ia dapat merasakan keluarganya selalu bersamanya. Sampai saat ia merasakan kehadiran Jaemin di dekatnya.
'Maaf Jaeminnie, aku tidak bisa menjagamu lagi.. aku harap kau bahagia dengan Mark.'
Setetes airmata jatuh dari mata Renjun yang terpejam. Setelahnya, hanya bunyi nyaring EKG yang menunjukkan bahwa tak ada lagi jantung yang berdetak.
--------------------------
End of Renjun PoV
SELESAI SELESAI YEAY YEAY HIP HIP HURAY
PANJANG BANGET YA AMPUN MAAP KALO GAJE GA NGEFEEL DRAMATIS PARAH. BTW INI SIDE STORY NYA 'I LOVE YOU' VERSI RENJUN POV.
MAKASIH BANGET JUGA YANG UDAH VOMENT DI LAPAKKU💕 me love you so much.Media: visualisasi mas njun
Love, duxktales
KAMU SEDANG MEMBACA
Renmin Story
FanficRenjun!Seme x Jaemin!uke AU! Warning! Bxb content! Kumpulan oneshot story