1. Tamu dadakan

29 1 0
                                    

Haiiiii! Bertemu lagi, lama tak jumpa. 

Akhirnyaa! lanjutan cerita ini aku publish lagi setelah sekian lama mendekam dan sibuk dengan yang lain-lain.

Semoga senang membaca ceritaku, maafkeun dengan ke typo an yang ada.



Kami sedang di kafetaria di dekat parkiran kampus, menikmati secangkir kopi setelah hampir tiga jam kami mendengarkan penjelasan tentang ilmu umum filsafat.

"Udah sampe mana supirnya?"tanyaku pada Risa. Tadi kami memesan taxi online untuk pulang.

"Bentar lagi. Udah masuk area kampus nih."
Tak lama setelah Risa bicara, taxi online pesanan kami datang. Segera kami masuk ke mobil, mengejar waktu agar tidak terjebak arus pulang kantor.

Tujuan kali ini ialah rumahku. Seperti perjanjian awal, aku harus mengambil beberapa helai bajuku untuk modal menginap di rumah Risa malam ini.

Selesai membayar taxi online, Risa lebih dulu berjalan masuk ke dalam rumah. Yang punya rumah orangtua gue, kenapa jadi dia yang duluan masuk? Harusnya kan gue duluan sebagai tuan rumah.

Tak sengaja ku lihat di garasi samping, terparkir mobil yang mencolok dan terkesan aneh sekaligus misterius. Mungkin mobil temannya papah, berpikir positif saja.

"Ma, Pa! I'm home."

"Jangan teriak gitu sayang, malu ada tamu,"sahut mamah. "Maaf ya nak Bram, Karin jaimnya tuh kalo di luar rumah aja. "

Loh?! Jadi tadi itu mobil abangnya Risa? Pantesan ni anak cepet banget kabur ke dalam rumah.

"Iya tan, gak papa." Abang Risa tersenyum maklum kepada orang tuaku, lalu ku lihat dia sempat melirikku sedikit, sekilas.

"Ma, Pa, Karin ke kamar dulu ya." Aku pamit, toh aku juga tidak berkepentingan dengan tamu ini. Walau sebenarnya aku penasaran, sedang apa abangnya Risa itu ke rumah. Masa iya ngejemput Risa dan gue cepet banget gitu, kenapa gak sekalian jemput pas di cafe tadi aja biar ongkos gue irit.

"Risa juga deh tante, om. Mau nyamperin Karin bentar."

Sibuk dengan pikiran ku yang mendumel tak jelas karena kehadiran abang Risa yang tak disangka sangka, aku sampai tidak mendengar bahwa Risa sudah sampai di kamarku. duduk di tepi ranjang sambil menertawakan hal yang hanya dia yang bisa pahami. Apaan sih nih anak? Kesambet setan mana lagi, ketawa gak jelas.

"Hahaha muka lo Kar, ngakak gue." Dia masih tetap tertawa sambil memegangi pipinya yang terlalu tertarik ke kanan dan kiri itu. "Abang lo kok disini sih? Mau jemput lo? Cepet amat datangnya?"aku nyerocos lagi, tanpa mau tau apa maksud dari Risa yang tertawa sambil menyebut namaku itu.

"Ya mana gue tau. Gue kan ngabarinnya tadi jemput di rumah lo doang, gak bakal ngira juga kalo abang gue datangnya lebih cepat dari kita. Lagian kenapa, lo gak suka ya abang gue main ke rumah lo?" 

hah? kenapa jadi dia mikir kesana? gak nyambung banget sumpah ni orang.

"Ah, gue tau! Apa jangan-jangan lo salting ya ketemu abang gue dadakan gini? Lo suka abang gue ya Kar?" lanjut Risa lagi dengan pedenya.

"Udah sinting kali lo. Lo jelas tau siapa orang yang gue tuju. Dan jawabannya bukan abang lo, sorry." Aku kembali sibuk membereskan baju yang akan ku bawa untuk menginap ke rumahnya malam ini.

Setelah merasa cukup lama di dalam kamar, aku mengajak Risa kembali ke ruang keluarga. Dan hola,  Papa, Mama, juga abangnya Risa ini sudah duduk manis di meja makan. kebetulan meja makan kami jaraknya dekat dengan ruang keluarga, hanya bersekat pembatas lipat yang terbuat dari anyaman rotan dan lemari pajangan saja.

"Baru mama mau panggil kalian. Kalian makan malam dulu ya, baru berangkat. Jadi nanti sampe rumah tinggal istirahat aja." Aku dan Risa mengangguk dalam diam, lalu mengambil tempat duduk masing-masing. karena kebetulan meja makan kami ini bentuknya lingkaran, jadi aku memilih duduk di samping mama dan Risa disamping abangnya. 


"Ayok kita makan,"ucap papa. Kami pun makan dalam hening. Tidak ada yang memulai percakapan karena Papa bukan orang yang suka diajak bicara jika sedang makan. Sekitar 15 menit barulah kami selesai makan. Akudan Risa memilih mencuci piring dahulu sebelum ikut berkumpul di ruang keluarga.

"Kar, gue seneng deh. Rasanya gue kayak balik ke keluarga. Suasana di keluarga lo bikin gue betah, gue jadi rindu orang tua gue." Ku lihat Risa tersenyum begitu tulus. Risa adalah anak dari keluarga yang sangat berkecukupan, tetapi rumahnya selalu sepi. Padahal menurutku ukuran rumahnya cukup besar untuk ditinggali berdua dengan abangnya saja. Orang tuanya sibuk bekerja di luar negeri, jarang pulang ke Indonesia. Itu cerita Risa yang sampai sekarang masih melekat di pikiranku. Risa yang malang, untungnya abangnya itu selalu ada untuk Risa. "Ayokk cepetan Kar, kita ngumpul ke ruang keluarga lagi. Lelet lu ah, kek jompo." What?! Jompo matamu empat. Dasar sinting! Akh sudah berapa kali hari ini aku mengumpat cuman karena Risa si anak badung ini.

Aku menyusul Risa di belakang, anak itu memang terlalu bersemangat untuk ukuran tamu. Khm, tapi itu abangnya Risa kenapa kayak begitu natapnya, serius amat. Ngeliatian siapa sih? Adeknya yang ceriwis ini?  Eh, ya masa gue, gak mungkin kan. Dan karena tatapan abang Risa yang entah tertuju pada siapa itu, semakin membuat ku penasaran, sebenarnya apa yang dia bicarakan pada orang tuaku. Sampai-sampai Mama dan Papa juga ikut melihat ku dan tersenyum begitu.

Ada yang aneh ya sama gue?  Muka gue masih nempel sisa makanan apa gimana?





Hiyahiyahiya, berikan aku semangat dong. Semoga bisa lanjut part lagi sesegera mungkin.

Terimakasih yang telah membaca. Jangan lupa bintangnya yaa hihihi



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[LIKE YOU] MY SWEETHEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang