07 - rasa

117 47 66
                                    

Masih lanjut flashback dari part sebelumnya ya, baca dulu yuk. Happy reading.❤️

***

" seperti tuts hitam pada melodi pianoku, kamu datang malu-malu. Tetapi tanpamu, melodiku hanya akan berupa nada-nada monoton tanpa makna. "

***

t u j u h
_____

"Geraldo." Jawab Geraldo seraya mengulurkan tangan.

"Lu gaada motivasi idup ya? Cuman duduk-duduk aja disini." Ujar Anggika membuka percakapan.

"Gue nggak mau ngelakuin hal yang nggak gue suka." Jawab Geraldo santai.

Belum pernah Geraldo bisa sesantai ini dengan anak perempuan yang baru dikenalnya.

Anggika sedikit lebih tinggi dibandingkan anak-anak perempuan lain di usia sepantarannya, matanya jelas sedikit lebih coklat. Dan amat belo.

Tanpa sadar Geraldo tersenyum.

"Lu napadah senyum-senyum sendiri gitu? Jadi takut gue." Kata Anggika menciduk Geraldo.

"Enggak tuh." Bela Geraldo terciduk, lalu memasang tampang sedatar mungkin seperti biasanya.

Melihat tingkah Geraldo, Anggika memicingkan mata dan tersenyum sarkastik, "Jelas-jelas tadi senyum-senyum masih aja mungkir," batin gadis itu.

"Lu kelas mana?" Tanya Geraldo membawa topik baru, entah mengapa ia tidak ingin situasi menjadi awkward dan Anggika menjauh.

"MIPA 3 Gue, tapi kan mau ada tes penempatan. Gue harus masuk kelas unggulan lah, kalo enggak mager gue sekolah." Jawab Anggika santai. Seperti itulah gayanya Anggika.

"Lu?"

"Anak Sosial gue." Jawab Geraldo, dengan bangga.

"Wow. Why?" Pertanyaan Anggika membuat Geraldo sedikit tidak suka, seperti biasa, anak-anak sosial selalu dipandang sebelah mata.

"Why apanya?" Geraldo bertanya balik dengan nada yang lebih dingin dibandingkan nada-nada percakapannya sebelum ini.

"Kenapa berani banget? Lu kuat, hapalan mulu? Lu kuat nguasin semua materi Geografi, Ekonomi dan Sejarah?"

"Kuat, gue malah suka." Jawab Geraldo, mulai menghangat lagi. Ternyata ia salah paham dengan maksud pertanyaan Anggika, dan malah berburuk sangka.

"Salut gue. Semangat ya." Jawab Anggika sambil tersenyum tulus.

"Thanks lo juga." Balas Geraldo.

Setelahnya Ketua MOS memberikan pengumuman bahwa waktu kegiatan kartu berpasangan sudah habis.

Geraldo dengan segera mengajak Anggika bergabung ke barisan. Sudut bibirnya terus naik.

"Yak yang berada di depan kalian ini adalah tiga pasang pemenang yang berhasil mendapatkan hadiah lima tanda tangan pengurus MOS." Ketua MOS mengumumkan.

Ada Ansel yang berdiri di atara lima pemenang lain.

Tentu saja para gadis-gadis sudah berbisik-bisik tentang ketampanan sahabat Geraldo sejak kecil itu.

Mindless meets HeartlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang