12 - kakak kelas

80 22 53
                                    

Haiiii, I'm back. Maaf ya jarang update dan jarang bisa bacain work2 kalian soalnya lagi ujian, jd di jerman ujiannya telatan gitu huhu diindo dah pd libur kita masi ujian😭💔

Selamat baca kisah Anggika❤️ Quotes nya nyusul ya blkgn wkwkwk, belom ada ide😭

***

d u a b e l a s
_____

"Elo ya yang namanya Anggika!?" tanya seorang anak perempuan dengan lambang kelas bewarna merah, lambang untuk anak kelas 11. Nada bicaranya amat jauh dari kata sopan.

Gadis itu mendatangi meja tempat Anggika bersama keempat temannya duduk dan menikmati makan siang, "gue mau ngobrol bentar." Ia berjalan kearah pohon ceri yang ada di samping bangunan kantin.

Tanpa banyak pilihan Anggika membuntuti, "ada apa kak?"

"Gue Gita," dua kata dengan nada lebih ramah terucap.

"Halo kak."

"Langsung aja, gak usah basa basi, gue baru denger kabar kalau lu dapet nilai perfect kan pas seleksi buat masuk Mathlete?"

Anggika hanya manggut-manggut.

"Oke, gue mau minta tolong lu buat kerjain pr matematika gue," lanjut Gita.

"Maksudnya gimana kak?"

"Iya, lu kerjain pr gue," jawab Gita dengan suara yang lebih ditekan.

Sama sekali tidak membuat Anggika takut, "Hah, maaf kak, aku nggak se gabut itu ngerjain pr kakak. Aku permisi."

Melihat jawaban Anggika yang berani, Gita tidak menyerah, ia mengeluarkan tiga lembar uang lima puluh ribuan dari kantung kemeja putihnya, "nih, pr gue cuman 10 soal. Anggap aja sekalian refreshing lah buat lu."

Melihat uang yang ditawarkan Gita, Anggika berpikir sejenak, toh ia memang membutuhkan uang, segera ia ingin pergi sendiri, mencari keberadaan Adhan, kalau bisa malah ingin tinggal di kos-kosan, sudah muak dengan suasana di rumah. Bertemu dengan Mamanya setiap hari, yang sangat mahir bertindak seolah tidak pernah ada yang salah di keluarga mereka.

Atau bertemu Papa, yang akan datang setiap pagi, menyapa Anggika saat Anggika pulang sekolah, dan malamnya pergi lari dari rumah, lari dari masalah.

Yang paling memuakkan adalah Anggika mau tidak mau harus memilih akan diasuh oleh siapa setelah kedua orang tuanya resmi bercerai nanti.

"Oke, tapi aku nggak mau kakak nggak akan nyebar jawaban dari aku kemana-mana," kata Anggika akhirnya, toh ia paling hanya butuh waktu maksimal satu jam untuk menguasai dan menyelesaikan pr Gita, hitung-hitung juga dia akan mendapat pelajaran tambahan dari kelas 11.

Gita mengiyakan syarat dari Anggika dan berlalu, begitu juga Anggika, ia kembali ke meja kantin dan bergabung bersama ketiga teman lainnya,

"Napa Gi?" Asti spontan bertanya.

"Nitip salam ke Ansel doi," jawab Anggika, entah dari mana ia bisa menyusun kebohongan secepat dan setidak masuk akal itu.

"Ah masa sih, itu kak Gita cuy, ketua vocal group!" tegas Dinda.

"Lah terus ketua vokal grup gak boleh gitu nitip salam ke Ansel?" skak Anggika.

"Ya, nggak gitu juga, dia kan bisa aja dengan gampang gitu bilang sendiri ke Ansel," Dinda membela diri.

"Ngomongin Ansel, dia udah ngechat gue berhari-hari ini cuy.." aku Syarah yang sejak tadi memilih bungkam, secara tidak langsung ia menyelamatkan Anggika.

Mindless meets HeartlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang