Ww

5.7K 485 49
                                    

Pagi yang cukup dingin karena hujan semalam. Matahari bahkan masih enggan menampakkan diri.

Awan hitam dengan senang hati menyelimuti mentari hingga tak tampak.

Lova dengan santai berjalan memasuki pelataran kantornya dengan kedua tangan yang tersembunyi di saku celana.

Langkah Lova sedikit melambat saat melihat orang yang sangat dikenalinya sedang melihat sesuatu dengan sangat polos.

"Woi!" dengan ceria Lova menepuk bahu pria yang sedikit terlonjak karena terkejut.

"Ck! Buat kaget aja sih, mbak," sungut pria itu. Lova terkekeh dibuatnya.

"Gue membantu jantung lo biar olahraga."

Pria yang ternyata Bagas itu hanya melirik kesal. Lalu kembali melihat ke arah sesuatu yang diperhatikannya sejak tadi.

"Ngeliat apaan sih, Bag?" Lova akhirnya melihat ke arah objek yang Bagas amati.

"Itu si Cherly ngapain sama si bos coba?" Bagas menunjuk ke arah depan.

Mata Lova menyipit untuk mendapat penglihatan yang lebih jelas. Dan terlihatlah dua orang yang sedang berbincang akrab.

Kini mata Lova membola. Cherly dan si bos yang dimaksud Bagas tentu saja Alder.

Mereka terlihat saling berbagi cerita yang asik, sehingga membuat keduanya tertawa.

Sesekali Cherly, si perempuan topeng make up dengan gaya berlebihan itu, menyentuh sekilas lengan Alder.

Mulut Lova tiba-tiba saja terkatup rapat. Ada sesak yang membuat kepalanya berputar karena amarah.

Lova benar-benar tidak menyukai adegan di depannya saat ini.

"Idih si bos, pake nyentuh-nyentuh itu rambut si perempuan muka palsu." Bagas bereaksi tidak suka.

Benar. lova juga bisa melihat dengan jelas bahwa Alder sedang menyentuh kepala Cherly yang tersipu.

Bagas menyebutnya 'perempuan muka palsu' bukan tidak beralasan. Cherly memang tipe perempuan yang berdandan berlebihan.

Sehingga kadang, kulit wajah dan lehernya terlihat berbeda jauh.

"Gak mungkin si bos demen sama ondel-ondel model begitu kan, mbak?"

Bagas menoleh ke arah Lova yang tidak kunjung menjawab.

Kerutan di dahi Bagas menandakan bahwa sekarang dia bingung dengan Lova yang justru bergantian memperhatikan kedua insan di depan mereka dengan serius.

"Mbak, lo denger gue gak sih?" Bagas menyentuh lengan Lova sekilas.

Lova melihat ke arah Bagas yang menunjukkan wajah bingung.

"Eh Bagas!" suara Lova tiba-tiba meninggi. "Baru dateng lo?"

Wajah Bagas mengerut. Tidak mengerti dengan sikap Lova yang mendadak aneh.

Suaranya lebih terdengar seperti teriakkan. Dan sekarang, yang membuat Bagas semakin terkejut, Lova merangkul lengannya.

"Mbak apaan sih?" Bagas tampak meronta.

"Lo diem aja turutin gue kalo gak mau gue jadiin perkedel daging." Lova menggeratkan giginya sambil mengeluarkan kalimat yang mampu membuat Bagas langsung menuruti.

Lova melirik ke arah Alder dan Cherly yang sekarang memperhatikannya dan Bagas.

"Kangen banget ih. Lo pasti bawa oleh-oleh dong buat gue? Habis dinas luar pun."

Bagas hanya mampu mengangguk kikuk dan tidak bisa melawan meski sudah dinistakan oleh seniornya ini.

"Yuk buruan masuk. Kita buka oleh-oleh di dalem aja!"

12 [Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang