Seokjin mulai mencoba mengumpulkan kesadaran, lalu dibukalah kedua mata indahnya yang semula tertutup itu.Pemuda tampan itu terlihat masih memproses apa saja yang terjadi semalam hingga membuat hampir seluruh bagian tubuhnya itu pegal-pegal—dan tak ditutupi sehelai benang pun.
Ah.
Ia 'melakukannya' dengan Namjoon semalam.
Seokjin sontak membuka kedua matanya lebar setelah mengingat apa saja yang terjadi semalaman, ia lalu menoleh ke arah kirinya—yang seharusnya terdapat Namjoon disana. Tapi sepertinya tak terlihat ada siapa-siapa.
Apa iblis itu sudah bangun?
Oh. tunggu.
Jam berapa ini?
Seokjin refleks mengalihkan pandangannya pada jam digital yang terletak di nakas, jam itu menunjukkan angka 09.12.
Ah, sudah cukup siang rupanya.
Seokjin pun membangkitkan tubuhnya dari posisi semula, lalu menggaruk-garuk pelan tengkuknya.
Di lantai terlihat piyama pink yang semalam ia pakai tergeletak disana, ia lalu memakainya—namun, belum sempat memakai bawahannya, Seokjin berpikir pelan.
Tunggu.
Ia benar-benar melakukannya dengan Namjoon semalam.
Seokjin yang baru saja tersadar seratus persen itu refleks berlari menuju ruang keluarga. Televisi sedang dalam keadaan menyala dan, oh. Namjoon sedang tertidur sembari memakan snack di sofanya.
"Namjoon!", ia berteriak cukup keras—yang dipanggil refleks menoleh seraya menutup kedua telinganya.
"Kau bodoh!", Seokjin refleks mengarahkan tangannya ke rak buku yang terletak tepat disebelahnya, mengambil sebuah novel tebal lalu melemparnya tepat ke arah kepala Namjoon.
Tangan Namjoon yang sedang memegang sebungkus snack itu sepertinya lebih mementingkan keselamatan sebungkus snack tersebut ketimbang kepalanya—sehingga novel itu sukses mendarat di kepala dengan wajah tak bersalahnya.
"Aahh! Sakit Jinseok! Kau ini kenapa, sih?!—oh.", Namjoon sepertinya baru saja menyadari kesalahannya.
Seokjin terlihat sedikit lega ketika Namjoon menunjukkan ekspresinya barusan.
Oh, tunggu. Kenapa pria itu terus melihat ke tubuh bagian bawah Seokjin.
Ah, ia belum memakai bawahannya.
"J-jangan lihat, bodoh!", Seokjin melempar satu novel lagi ke arah kepala Namjoon, namun saat ini ia berhasil menghindarinya.
"Ahh! Aku lagi yang salah! Itu salahmu sendiri 'kan, pagi-pagi keluar langsung berteriak padaku dengan separuh telanjang."
"Ah.. atau kamu masih belum puas dengan yang semalam?", Namjoon menyunggingkan senyum miringnya—yang sukses membuat Seokjin mendaratkan sebuah novel ke arah kepala Namjoon–lagi.
-
Matahari memancarkan cahayanya yang cukup terang, menembus jendela rumah Seokjin dan mendarat pada arah Seokjin dan Namjoon yang sedang bersantai di sofa tempat tinggal Namjoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon ; Namjin
FanfictionSeokjin yang pada saat itu tak berpikir panjang, langsung menerima ajakan sang 'iblis' untuk mengikat kontrak dengannya, dengan suatu syarat.. [Namjin, bxb, yaoi] inspired from 'Black Buttler'