Tak butuh waktu yang lama untuk menenangkan Seokjin yang baru saja menangis kencang. Kini kedua matanya itu sudah tak mengeluarkan buliran air mata lagi—Namun sepertinya itu tak berlaku pada hati kecilnya yang kini masih menangis hebat."Ah, darimana aku mulai.." Jungkook menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu menghela nafasnya pelan.
"Kemarin aku berbicara dengan pihak rumah sakit. Awalnya aku juga tak percaya tapi.. ternyata mereka juga punya bukti berupa rekaman kamera cctv."
"Mungkin itu bukan Taehyung. Kalian pasti salah lihat."
"Jinseok!"
Seokjin masih bergetar, tak menatap iblis yang baru saja memgucap keras namanya tersebut. Jungkook hanya tersenyum canggung.
"Lalu kasus ini sekarang masih diselidiki oleh polisi, jadi kalau kak Seokjin masih peduli dengan Taehyung di sana, lebih baik kak Seokjin juga menganggap serius kasus ini dan berhenti menghindar." Jungkook memberanikan diri untuk mengucapkannya pada Seokjin. Seokjin hanya membalasnya dengan tertawa miring.
"Jadi kau mencoba bilang kalau aku sudah tak peduli dengan Taehyung di sana?"
"Sudah, Jinseok!"
"Diam kamu, Joon."
"Kalau kak Seokjin peduli, tolong berhenti menghindar!" kini Jungkook mengeraskan suaranya.
Jungkook mengambil kembali jaket yang tadi ia gunakan, lalu bangkit dari tempat semula ia terduduk.
"Kalau kak Seokjin memang peduli, buktikan." Jungkook meletakkan sebuah kertas kecil diatas meja yang terletak selangkah dari sofa yang baru saja didudukinya.
"Aku permisi." Jungkook pun mulai berjalan menuju arah pintu, membukanya lalu membantingnya cukup keras.
Seokjin masih tak bergeming, malah Namjoon yang mulai bergerak untuk mengambil secarik kertas kecil itu. Ia lalu membacanya. Tapi kini iblis itu malah memiringkan kepalanya.
"Kenapa ia menuliskan angka-angka random disini?"
Seokjin merebut kertas itu dari Namjoon. Sepertinya melalui ucapan Namjoon berusan, Seokjin sudah bisa mengetahui bahwa kertas yang diberikan Jungkook barusan itu ialah nomor telepon milik pihak berwajib yang akan menangani kasus Taehyung.
-
iblis ber-dimple itu mengetuk-ketuk pintu kamar yang sedari tadi tak terbuka, didalamnya seorang pemuda berbahu lebar sedang memojok disana.
"Jinseok, buka ah!"
Namun, seberapa keras ia mengeluarkan suaranya, tampaknya sang pemuda yang sedang berada dalam ruangan itu tak menunjukkan ketertarikan sedikitpun untuk menyahut dan membukakan pintu.
Dan perlu kalian ketahui, Namjoon adalah iblis yang cukup keras kepala. Tanpa pikir panjang, ia mendobrak pintu itu. Dan as expected from him, pintu itu langsung terbuka dalam sekali dobrakan.
"Kau itu kenapa, sih? alay!" Namjoon berteriak seraya menunjuk-nunjuk pemuda bersurai coklat itu, namun pemuda yang sedang meringkuk itu masih menenggelamkan kepalanya dalam kedua celah kakinya.
Oh, ia mulai mengangkat kepalanya.
"Kamu nggak tahu perasaanku, Joon!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Demon ; Namjin
FanfictionSeokjin yang pada saat itu tak berpikir panjang, langsung menerima ajakan sang 'iblis' untuk mengikat kontrak dengannya, dengan suatu syarat.. [Namjin, bxb, yaoi] inspired from 'Black Buttler'