Part 2 (Naresha #1)

9 3 1
                                    

Untuk part ini Khusus untuk Naresha. Mari mengenal lebih jauh, siapa sih seorang Naresha?

 Mari mengenal lebih jauh, siapa sih seorang Naresha?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naresha

Berpisah. Nggak ada orang yang mau menjalin hubungan dengan akhir sebuah perpisahan, nggak ada orang yang benar-benar menginginkan sebuah perpisahan.

Tapi, masing-masing orang selalu punya alasan mengapa sebuah hubungan lebih baik di ikhlaskan daripada di pertahankan.

Gue nggak pernah jalanin hidup dengan rentetan alasan yang harus gue jelasin ke orang lain saat mereka bertanya. Gue cuman jalanin apa yang gue mau, apa yang buat gue nyaman tanpa ada alasan khusus.

Saat lulus Sekolah Menengah Atas, Gue memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kuliah. Gue kuliah di salah satu Universitas Swasta yang ada di bandung, Jurusan Ilmu komunikasi. Nggak ada alasan khusus kenapa gue memilih jurusan ini.

Aneh ga? Di saat orang lain kuliah dan memilih jurusan dengan alasan untuk meneruskan cita-cita mereka, rata-rata teman kelas gue punya alasan kenapa mereka kuliah, salah satunya karena orang tua.

Berbeda dengan gue, gue bahkan nggak punya cita-cita. Yang gue tau, cuman jalanin hidup dengan apa yang mau gue lakuin, apa yang gue suka. Masalah pekerjaan, gue nggak peduli bakalan kerja apa, yang penting gue nyaman dan pekerjaannya halal.

Namun, nggak semua berjalan sesuai keinginan gue. Untuk pertamakali nya gue harus menyiapkan alasan yang begitu konyol hanya karena seseorang. Garta, cowok yang buat gue mandang hidup dari sisi lain. Gue baru tau, ternyata saat memutuskan untuk mengakhiri sebuah hubungan harus serumit ini. Saat gue memutuskan untuk berpisah, kata pertama yang keluar dari mulut dia adalah 'kenapa'.

'aku mau putus.'

'kenapa?'

'maksudnya?'

'kenapa kamu mau putus, Nes?'

'nggak ada alasannya, putus gak butuh alasan'

'Nes, kamu pikir hubungan kita main-main?'

Padahal kalau di pikir-pikir dalam kasus yang sama juga terjadi, saat seseorang mengutarakan perasaan dia ke orang yang dia suka, hal yang sama pun di pertanyakan,

'kenapa? Kenapa lo bisa cinta sama gue?'

'cinta itu ngga butuh alasan, sayang'.

Nggak ada alasan katanya. Kalau cinta aja nggak butuh alasan, kenapa saat berpisah 'alasan' seakan menjadi hal yang sangat di tuntut?

Tapi untuk kasus perpisahan gue dan Garta, ada alasan. Alasan yang ngga bakalan orang tau, alasan yang hanya gue dan tuhan yang tau. Saat memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami, gue cuman bilang 'Karena gue ngga sayang lagi sama lo'.

Menurut gue itu alasan yang cukup masuk akal, karena perasaan orang bisa berubah kapanpun.

Sabtu, pukul 16.23 - Kantin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VoormaligeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang