Part 5 : Rumah Dosen

59 19 0
                                    

08.30

Setelah selesai sarapan kami berdua segera ke kampus yang jaraknya tidak jauh dari tempat kami sarapan. Saat tiba di parkiran, aku segera turun dari motor kemudian berjalan masuk ke gedung fakultas, Satria mengikuti dari belakang. Aku melihat-lihat sekitar mencari teman-teman yang satu PA denganku, sepertinya mereka sudah duluan dan meninggalkan kami. Kemudian aku segera mengecek Hp untuk melihat pesan di grup PA.

08.10

0813xxx : Oi mana kalian PA kita dah di ruangan ni, aku tunggu depan gedung
0823xxx : oke tunggu di parkiran ni

08.20

0813xxx : oi kata ibuk tu yang belum minta tanda tangan, datang ke rumah nya langsung, alamatnya JL. Melati No.1

"Kenapa?" Tanya Satria yang tiba-tiba sudah ada di depanku.

"Kamu liat aja grup wa!" jawabku dengan nada yang kesal.

"Gak ada paket hehe" Katanya sambil tersenyum Pepsodent.

"Dosen PA kita sudah pulang, kita disuruh minta tanda tangan di rumahnya" jawabku jengkel.

"Wah bagus dong, bisa sekalian kita bertamu, siapa tahu dapat THR"

Satria tertawa. Sedangkan aku masih dengan muka kesal.

"Jangan kesal dong princes, kan kita disuruh minta tanda tangan di rumahnya dosen, bukan di neraka" katanya.

"Apaansih siapa yang kesal!" Jawabku

"Itu barusan ngegas"

"Emang naik motor!"

"Hehe, dimana alamatnya?" Tanya Satria.

"JL. Melati No.1" jawabku.

"Ohh itu mah dekat sini, hayuk berangkat" katanya sambil tangannya mengajak aku gandengan.

Kemudian aku berjalan menghiraukanya, kemudian Satria mengikuti di belakang. Setelah aku tiba di parkiran, Satria tidak ada dibelakang, aku melihat sekeliling juga tidak ada orang menyebalkan itu.  Kemudian aku mencoba menelpon via WhatsApp tapi tidak diangkat.

"Oh iya, dia kan gak ada paket" kataku  menepuk kening.

"Pusing ya neng?" Tanya seseorang di belakangku, yang buat aku kaget. Suaranya aku tau banget kalau itu Satria. Kemudian aku menoleh, ternyata benar dia Satria.

"Apa yang hilang" tanya Satria.

"Otak kamu!" Jawabku kesal.

"Masih ada kok" katanya

"Dari mana aja sih?" Tanyaku kesal.

"Nih" kata Satria sambil memberikan aku satu botol air mineral.

"Aku tahu kamu capek, kesal, jadi minum dulu" lanjutnya sambil tersenyum.

"Makasih" jawabku singkat dan langsung meminum air yang Satria kasih.

Ternyata Satria orang yang perhatian juga pikirku. Kemudian kami berdua langsung pergi ke rumah dosen yang kata Satria tidak jauh, padahal jauh sekali. Dia mungkin bohong supaya aku gak terlalu kesal dengannya, tapi tetap aja aku kesal gara-gara dia kami telat. Setelah setengah jam perjalanan menyusuri jalan-jalan kecil untuk menghindari macet Jakarta katanya, akhirnya kami sampai.

Hujan OktoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang