01 : Cold and Cold

122 22 3
                                    

Giethoorn, Netherlands

Hujan yang turun selama bulan Januari cenderung membuat orang-orang memilih untuk bergelung di dalam selimut, meminum cokelat panas, atau menghabiskan waktu dengan sekedar berbincang bersama anggota keluarga.

Yang tadi itu, bisa di katakan mimpi untuk Hyeon Ju. Untuknya sendiri hujan sama saja dengan langit yang menangis.

Bagaimana kita bisa melakukan hal-hal menyenangkan ketika ada yang bersedih?

Setiap kali hujan turun, Hyeon Ju akan keluar dari ruangan kamarnya, menatap kanal-kanal yang sepi tanpa kapal berserta suara mesin motor. Hanya ada jutaan rintik air yang jatuh ke sungai, membuat Hyeon Ju tersenyum kecil sambil menggumamkan kata cantik.

Dengan payung biru mudanya yang senantiasa tergantung di dinding dekat pintu masuk, memakai boots tua serta mantelnya, tak lupa syal yang menutup setengah bagian dari wajahnya.

Hyeon Ju sedikit menurunkan syal cokelat tuanya --hingga area mulutnya terlihat, lalu melempar senyum pada Tuan Irmgard yang sosoknya terlihat melalui jendela.

Terbungkus selimut tebal sembari terduduk menghadap keluar, satu tangannya memegang sebuah cangkir keramik dengan asap mengepul, yang Hyeon Ju bisa tebak isinya adalah kopi hitam.

Tuan Imgard mengangkat cangkirnya pada Hyeon Ju sebagai balasan atas senyum wanita itu. "Tot Starks!"* Ucap Hyeon Ju tanpa suara kemudian melanjutkan langkahnya.

Bau tanah yang tersiram air hujan memberikan wanita itu afeksi tersendiri. Tubuh dan benaknya bereaksi secara otomatis dengan sebuah tarikan nafas panjang.

Denting bel menyambut dirinya begitu memasuki ruangan bernuansa hangat karena material kayu tua mendominasi di dalamnya. Kecuali kaca besar yang berada tepat berseberangan dengan meja tempat memesan.

"Hallo, Love!" Mariana, sang pemilik kafe lekas menghampiri Hyeon Ju begitu maniknya mendapati Hyeon Ju duduk di tempat favoritnya --di sudut kanan, dengan dua bangku kayu mengapit satu meja bundar yang terbuat dari kayu pula.

Hyeon Ju membuka syalnya lalu meletakannya ke atas meja. "Hallo," ia balas menyapa, hingga kemudian Mariana duduk di sebrangnya.

Gadis dengan rambut bergelombang merah sepunggung itu menumpu kedua sikunya pada meja seraya memangku dagu pada punggung tangan. "Jadi, untuk kali ini, ice vanilla dengan whipped cream atau es krim wortel dengan choco chips, Love?"

Lawan bicaranya tertawa kecil mendengar pertanyaan yang sedikit terdengar seperti sindiraan. "Lalu, haruskah aku mencoba sesuatu yang lain?" Tanya Hyeon Ju sambil membuat raut pura-pura berpikir. "Dan, ya, aku selalu lupa untuk menanyakan ini, tapi, aku tidak mengerti kenapa kau memanggilku dengan Love? Apakah namaku terlalu susah untuk kau sebut?"

"Kau bukan hanya harus mencoba, Love, kau harus mengubah kebiasaanmu untuk meminum atau memakan sesuatu yang dingin saat hujan sedang turun. Kau bisa saja sakit," ujar Mariana lancar dengan ketulusan.

"Hm, oke, masuk akal. Selanjutnya, untuk namaku?"

"Correct. Kita tahu, manusia terbiasa untuk lari dari suatu hal tanpa percobaan yang berarti."

Well, itu dalam, Mariana.

Mariana memberi jeda kecil sebelum melanjutkan. "Maaf, tidak ada alasan yang masuk akal seperti sebelumnya, Love. Kau hanya.. terdengar dan terlihat cocok dengan kata Love begitu aku melihatmu."

Hujan masih saja tetap mengguyur kafe saat Hyeon Ju mengangguk kecil sembari memiringkan kepalanya. "Oke, tidak apa, itu manis, sejujurnya."

Kemudian, tawa kecil menguap dari keduanya untuk beberapa saat.

"Jadi, menu apa untuk hari ini, Love? Kau harus makan, jangan hanya mengemil. Aku ingin melihatmu gemuk sepertiku."

Hyeon Ju menukikan sebelah alisnya. "Mariana, are you kiddin me? Kau? Gemuk? Jangan bercanda, aku sedang lapar sekarang, aku bisa saja memutuskan untuk memakanmu." Balasnya dengan penuh kegarangan yang di buat-buat.

Kembali Mariana tertawa. "Baiklah, baik. Itu karena aku lebih berisi dari pada kau;definisi gemuk di antara kita berdua, tahu."

Dengan senyum merekah, Hyeon Ju berkata lagi. "Hanya satu gelas ice vanilla dengan whipped crem untuk hari ini, oke?"

Mariana menghela nafas tanda menyerah, namun tidak dengan mulutnya. "Bagaimana dengan menu baruku, semangkuk sup kacang merah hangat?" Tawarnya dengan cemas, harap-harap Hyeon Ju mengiyakan.

Sekali Hyeon Ju menggeleng. "Maaf, mungkin untuk lain kali, Mariana."

"Tak apa, santai saja, hanya menawarkan." Kata Mariana lalu meletakan satu tangannya pada bahu Hyeon Ju lalu mengelusnya dua kali.

"Tunggu di sini. Akan kubuatkan." Mariana lantas berdiri kemudian berlalu menuju dapur.

Lima detik setelah kepergian Mariana, Hyeon Ju sudah tenggelam dalam lautan pikirannya di temani sayup-sayup suara hujan.

Dengan ukuran kafe yang terbilang cukup luas untuk ukuran Giethoorn, Hyeon Ju merasakan hawa dingin mulai menusuknya, padahal pendingin ruangan sudah tergantikan oleh penghangat ruangan.

Rintik hujan tidak hanya membasahi Giethoorn, tapi juga selalu hampir saja menenggelamkan jiwanya.

Untuk kesekian kalinya Hyeon Ju menghelas napas berat, mencoba untuk tetap memastikan ia ada pada tempatnya.

Kerja bagus, Hyeon Ju. Semuanya sudah baik-baik saja.

* : Sampai nanti!

#darlask :

any male cast did cross around ur mind after read this? if there are, pls type down, I need your help cos my mind not fix yet.




Into A New World ((TAE HYUNG KIM))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang