Seoul, South Korea
"Kau bisa memasak Ju?" Jelas dari nadanya, Taehyung terkejut namun memutuskan untuk meredamnya, tidak ingin Hyeon Ju merasa tersinggung.
Sang gadis tak langsung menjawab melainkan menunduk dan memainkan jari-jari tangannya. "Ini yang ketiga kalinya." Cicit Hyeon Ju.
"Ouh, oke," tatapan Tae Hyung beralih pada bolu gulung cokelat di hadapannya. "Ini terlihat enak."
Lalu Taehyung membawa tangan kanannya mendekat dan mengambil satu potong bolu gulung cokelat, di satu sisi Hyeon Ju sedang berdoa semoga kue buatannya adalah tipikal Tae Hyung. Atau setidaknya Tae Hyung menyukainya.
Tidak ada lima detik dari Taehyung mengambil bolu gulungnya lalu memasukannya ke dalam mulut, tapi di mata Hyeon Ju, semuanya terlihat seperti slow motion, gila.
"Enak."
"Oeh?"
Taehyung tertawa melihat reaksi Hyeon Ju, ia memasukkan sisa bolu gulung pada mulutnya, sementara Hyeon Ju masih menatap Taehyung dengan tatapan 'apa kau serius dengan yang kau katakan barusan'.
"Ini enak, Ju. Seriusan."
Hyeon Ju mengelus dada tanpa sadar, membuat Taehyung tertawa lalu memasukkan suapan terakhir bolu pada mulutnya.
"Habis ini ingin ke mana, Ju?"
Dengan kedua tangan memegang segelas jus alpukat yang tersisa setengah Hyeon Ju nampak menimbang-nimbang sesaat.
"Well, aku tidak mempunyai tujuan apapun di pikiranku saat ini."
Taehyung mengambil satu potong lagi bolu gulung cokelat dan memasukkan semuanya ke dalam mulut sehingga pipinya terlihat menggembung.
Hyeon Ju tersenyum melihatnya, melihat jeri payahnya terbayarkan dengan total.
"Kau tidak masalah dengan menaiki motor?"
"Tentu tidak." Hyeon Ju menjawab dengan ringan.
Si Kim menyeruput Strawberry Tea miliknya guna melancarkan proses pencernaan dua potong bolu gulung cokelat yang telah ia telan sebelum berucap. "Bagaimana dengan berkendara keliling Seoul?"
Hyeon Ju tidak langsung merespon. Dia sibuk mengantur detak jantung dan mimik mukanya sedemikian rupa agar tidak terlihat murahan.
Sedangkan Tae Hyung, hanya bisa berharap-harap cemas bahwa Hyeon Ju tidak akan melayangkan balasan yang tidak ia harapkan.
Hyeon Ju berdehem, membuat atensi Tae Hyung kembali lagi. "Kurasa itu bukan.. ide yang buruk?"
Sontak, senyum dan helaan nafas penuh kelegaan tidak bisa lagi di cegah.
"Kau betul-betul tidak masalah dengan itu?" Tae Hyung hanya cemas jika saja ada satu persen dari keputusan Hyeon Ju yang dipengaruhi keterpaksaan. Ya, hanya itu.
Gadis itu kemudian menghabiskan sisa machiatonya perlahan, sengaja membuat Tae Hyung menunggu. Agak kesal rasanya ketika seseorang meragukan dirimu terlebih ketika kau tidak bisa secara tegas menyatakan bahwa kau memang mengiginkannya.
Gengsi, bahasa singkatnya.
Tapi, Hyeon Ju tetaplah Hyeon Ju. Gengsi bisa menguasai dirinya, tapi tidak dapat mengalahkan kepintaran.
"Lalu apakah kita tidak usah pergi saja?" Tanya Hyeon Ju dengan nada di buat-buat.
Dan Tae Hyung langsung masuk perangkap tanpa pikir dua kali, ia langsung gelagapan, mengira ia salah bicara. "Ti-tidak, bukan begitu Ju. Ayo pergi. Aku bahkan membawa dua helm."
Dengan cekatan Tae Hyung menutup kembali kotak bekal berisi bolu gulung Hyeon Ju lalu memasukannya kembali ke dalam tas di mana ia berasal.
"Ayo." Kata Tae Hyung seraya bangun dari duduknya.
Sejujurnya, jika saja Hyeon Ju tidak bisa menahan reaksinya, mungkin ia sudah melompat kegirangan dengan pipi memerah.
Ayolah, siapa yang tidak? Bagaimana cara Tae Hyung menghadapi dirinya membuat ia merasa seperti di inginkan. Di tambah fakta bahwa Tae Hyung telah membawa dua buah helm, yang mana berarti Tae Hyung sendiri sudah merencanakan hal ini.
Ini bukan kelebihan percaya diri, tapi secara realistis, masa iya Tae Hyung pergi ke mana-mana membawa dua helm?
Ya, walau Hyeon Ju tidak tahu persis isi hati dan otak Tae Hyung, sih.
"Hey, Kim," panggil Hyeon Ju ketika mereka sudah berada di luar kafe.
Tae Hyung berjalan mendahuluinya ke arah sepeda motor sehingga terdapat spasi yang agak jauh di antara mereka. "Ya?"
"Apa kau menyukaiku sebanyak itu?" Tidak tahu setan tak tahu malu mana yang merasuki Hyeon Ju dalan lima detik terakhir, pertanyaan itu meluncur begitu saja.
Tae Hyung lantas menengok. "Apa?"
Degup jantung yang semula melonjak kini mulai menenang, sedikit bersyukur bahwa Tae Hyung tidak mendegar kalimat tololnya barusan. Juga sedikit kesal karena pertanyaannya tidak terjawab. So-so.
"Tidak jadi." Ujar Hyeon Ju cepat, kemudian melangkah mendekat ke arah Tae Hyung dan motornya.
Hyeon Ju tidak pernah tahu bahwa berkeliling menggunakan motor dengan kecepatan sedang bisa semengasyikan ini. Walaupun sesekali Tae Hyung menggodanya dengan menaikan kecepatan.
Namun, Tae Hyung tahu batasan, ia masih dengan sangat sadar untuk melindungi gadisnya dan tidak membuatnya celaka barang satu gores pun.
Tunggu, gadisnya? Yang benar saja, Kim.
Hyeon Ju turun dari atas motor kemudian melepas helmnya. Begitu pula dengan Tae Hyung.
Mereka berdiri berhadapan, dengan tatapan entah ke mana karena canggung baru menghinggapi mereka sekarang.
"Terima kasih telah mengantarku."
Tae Hyung menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal sembari tersenyum kikuk. "Bukan masalah."
Hyeon Ju balas melempar senyum. "Kalau begitu, aku akan masuk sekarang."
Baru dua langkah tungkai Hyeon Ju menjauh, suara Tae Hyung menghentikannya.
"Ingin tahu sesuatu tidak?"
Hyeon Ju diam sesaat, menerka apa yang akan di lakukan Tae Hyung.
"Ingin tidak?" Tae Hyung bertanya ulang, membuat Hyeon Ju akhirnya memutuskan untuk mengikuti skenario Tae Hyung.
Tae Hyung memberikan gestur mendekat pada Hyeon Ju, membuat keduanya saling berhadapan lagi.
Bedanya kali ini, Tae Hyung mencondongkan badannya sedikit demi kepalanya berada tepat di sebelah kepala Hyeon Ju.
Seakan patung, Hyeon Ju hanya bisa diam tidak bergerak badang satu inchi bahkan ketika ia bisa merasakan derus nafas Tae Hyung menyapu permukaan kulit telinganya.
"Iya Ju, iya. Aku menyukaimu sebanyak itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Into A New World ((TAE HYUNG KIM))
Fiksi PenggemarHyeon Ju hanya ingin membuka lembar baru dalam hidupnya, memendam semua memori lamanya bersama harapan.