07 : Little Venice

13 0 0
                                    

Dengan gaun kerlap-kerlip pas tubuh sebatas paha yang menggantung melalui tali model spaghetti di pundaknya yang di padukan dengan kardigan crop senada, Hyeon Ju jelas terlihat cantik tanpa perlu di ragukan.

Kerlap-kerlip yang ada bukannya membuat style dirinya terlihat norak namun malah membuat kesan mewah dan anggun tercipta di si pemakai. Dan Dimitri pun mengakui dan memuja Hyeon Ju secara lebih dalam hati.

Ayolah. Ini hanya seorang Hyeon Ju, Dimitri.

Dimitri sendiri tampil secara sempurna dengan suit merah maroon dengan rambut mengkilap yang di tata ke atas.

"Kau terlihat keren," alih-alih Dimitri, Hyeon Ju adalah yang pertama melempar pujian.

Dim melipat belah bibirnya ke dalam, berusaha menahan senyum yang ia yakini pasti akan terlihat konyol dan menjadi pertanyaan jika Hyeon Ju melihatnya.

Lalu ia meggaruk tengkuknya yang faktanya tidak gatal. "Kau juga terlihat menakjubkan,"

"As always, rite?" Hyeon Ju berucap menggoda.

Dim merotasikan bola matanya sembari mengendikan bahu malas. "Kau bisa menganggapnya seperti itu jika kau mau."

Duduk bersebrangan, kedua netra Dim mulai menjelajah buku menu. Sedangkan lima detik pertama Hyeon Ju hanya terbuang percuma dengan netra tanpa fokus, entah kenapa.

"Ingin pesan apa, Ju?"

Mata bulatnya mengerjap, menatap balik Dimitri yang menatapnya lurus. "Ugh, sorry, aku belum lihat menunya." Kata Hyeon Ju sambil bergegas membuka buku menu.

Lawan bicaranya terkekeh, "Ju, santai saja. Kenapa minta maaf? Itu tadi hanya sekedar pertanyaan basa basi,"

Dari pada membalas perkataan Dimitri yang Hyeon Ju juga tidak tahu harus berkilah apa, ia lebih memilih menyusuri deretan pilihan menu yang terpampang di depannya.

Tidak ada satu menit sejak ucapan terakhir Dim, Hyeon Ju sudah dapat memutuskan makanan dan minuman yang akan masuk ke dalam perutnya dalam beberapa waktu ke depan.

"Sepiring black gorgonzola fettucini juga orange pop with coconut, tanpa pembuka dan pencuci mulut, Ju?"

Hyeon Ju mengendikan bahunya, merasa tidak begitu yakin. "Aku kurang berminat." Dim hanya mengangguk ringan setelahnya.

Salah satu Dim tangannya terangkat ke atas untuk memberi kode kepada salah seorang waitress untuk mendekat, lalu menyebutkan dengan tenang pesanan mereka.

"Maaf, tapi restoran kami sedang mengadakan survei untuk memutuskan tema valentine dua minggu lagi. Apakah tuan dan nyonya berminat mengisinya?"

"Tentu jika itu hanya sebuah kertas survei, bukan cek atau pun kertas registrasi asuransi." Tipikal Dimitri sekali, tidak bisa di tentukan apakah sebuah candaan atau bisa saja sarkasme.

Dimitri menerima satu kertas, begitu juga Hyeon Ju. Terdapat sepuluh nomor pertanyaan dengan jawaban berganda disana. Pertanyaan simpel seperti warna favorit, cokelat atau permen kapas, dan sebagainya.

Hingga Hyeon Ju tiba di pertanyaan terakhir yang ternyata merupakan pertanyaan tanpa pilihan berganda.

10. Tuliskan satu tempat yang mengingatkan Anda pada hari Valentine.

Jawab : Venice, Italy.

Detik itu juga setelah selesai menggores tinta pada kertas, dirinya tersadar, mempertanyakan jawabannya sendiri yang baru saja ia tulis.

Kenapa tempat itu? Dunia memiliki terlalu banyak tempat-tempat manis yang masih bisa merepresentasikan Valentine tapi, kenapa?

"Ju? Hei," sentuhan lembut pada punggung tangan Hyeon Ju mengantarnya kembali pada fokus.

Terlihat waitress tadi sedang tersenyum ramah ke arahnya sambil mengulurkan tangan, butuh dua detik untuk Hyeon Ju menafsirkan keadaan.

"Ah, maaf," Hyeon Ju menyerahkan kertasnya dengan terburu setelahnya tersenyum kikuk.

Hyeon Ju menghela nafas panjang setelah waitress tersebut pergi dari mejanya, yang dia tak sadari adalah bahwa Dim menatapnya dengan kecemasan yang tulus. "Kau terus-terusan melamun. Apa ada sesuatu yang mengganggumu?"

Mereka bertemu tatap. "Tidak, Dim. Tidak sama sekali. Aku ok." Hyeon Ju berusaha tersenyum di kala menjawab.

"Omong-omong, untuk pertanyaan nomor sepuluh tadi, apa jawabanmu?" Hyeon Ju berucap lagi, berusaha mengalihkan suasana tapi, malah topik itu yang keluar begitu saja dari mulutnya.

"Giethoorn untukku,"

Kedua ujung alis Hyeon Ju merapat, merasa tidak mendapatkan korelasi apa pun mengenai kedua kata kunci. "Boleh aku tahu kenapa?"

Si pria memutus kontak mata mereka sembari secara tersembunyi tersenyum samar sebelum irisnya kembali menghadap juga memperlebar senyumnya. "Boleh. Asal kau memberitahu milikmu terlebih dahulu."

Gadis itu jelas terkejut, tidak menyangka akan mendapat serangan balik dari seorang Dimitri.

"Italia." Ia menjawab jujur meski tidak lengkap. Ketimbang menjelaskan mengapa ia memilih Italia, Hyeon Ju langsung melenyapkan keingintahuannya mengenai alasan milik Dim.

Mulut Dim membentuk huruf O sembari mengangguk beberapa kali. "Nice pick."

"Kau tahu, kau bisa berterus terang padaku mengenai apa saja," Dim berucap tenang, masih meyakini bahwa Hyeon Ju tengah menyimpan sesuatu di pikirannya.

Hyeon Ju kembali tersenyum, kali ini senyum lebar yang di iringi tatapan teduh penuh rasa terima kasih akan pengertian partner makan malamnya kali ini.

"Tentu, aku selalu tahu itu. Suddenly something just popped up in my mind,"

"...and it's something from the past."




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Into A New World ((TAE HYUNG KIM))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang