=Galang=
“Lang, bangun!” tidur nyenyak Galang harus terusik oleh panggilan itu, ia baru saja bisa tidur tiga jam yang lalu setelah bergulat dengan hewan penghisap darah, yang tak lain adalah nyamuk.“Galang! Bangun.”
Suara itu lagi, suara yang menyuruhnya untuk segera bangun. Dengan malas, akhirnya Galang membuka matanya perlahan meski terpejam kembali saat cahaya matahari menerangi penglihatannya.
“Kenapa tidur disini?” Lulu bertanya pada Galang yang masih setengah sadar. Ya, rupanya itu Lulu, dia baru saja tiba dirumah namun sudah dikagetkan dengan adiknya yang sedang tidur di pos bersama Pak Hadi.
“Erghh ... Sekarang jam berapa?” tanyanya, meskipun setelahnya ia kembali menguap.
“Jam tujuh kurang,” jawab Lulu.
Begitu mendengarnya, Galang langsung terlonjak kaget dan bangun dari posisinya berbaring tadi. Galang melenggang pergi begitu saja masuk ke dalam rumah mengabaikan Lulu yang tengah kebingungan. Lulu pun akhirnya ikut menyusul sang adik ke dalam rumah, tubuhnya sudah minta untuk diistirahatkan.
“Galang kenapa bisa tidur diluar?” tanyanya saat melihat Niara yang tengah makan nasi goreng buatannya sambil memainkan ponsel.
“Loh, emang iya?” dengan nada yang terdengar kaget ia balik bertanya.
“Jadi, kamu nggak tahu?” Niara mengangguk.
“Aku gak tahu, kak. Aku kira semalam Galang lagi di kamarnya, ya udah pintu depan aku kunci.” Niara kembali menyuapkan nasi gorengnya kedalam mulut, lalu menelannya.
“Terus, sekarang Galang dimana?” tanyanya pada sang Kakak.
“Aku berangkat!”
Lulu dan Niara melihat adiknya itu tengah berlari sambil menenteng ranselnya.
“Gak sarapan dulu?” tanya Lulu sedikit berteriak agar bisa didengar adiknya yang sudah mencapai pintu utams.
“Nggak usah, udah telat ini!” Galang pun melakukan hsl ysng sama yaitu sedikit berteriak. Setelahnya ia menghampiri Pak Samin—supir yang biasa mengsntsr jemputnya.
“Berangkat, Pak!” mobil pun melaju setelah Galang memberi perintah pada Pak Samin.
Dalam perjalanan menuju sekolah, Galang terdiam sambil memperhatikan jalanan yang lenggang. Ia malah mmemikirkan perlakuan Niara semalam padanya. Setega itukah kakaknya pada dirinya. Sebenarnya apa salahnya, hingga bisa membuat Niara melakukan itu padanya.
“Udah, sampai den.”
Galang tersadar dari lamunannya, ternyata memang sudah sampai. Tapi saat dilihat gerbang sekolahnya teihat sepi, hanya beberapa siswi saja yang datang bergantian. Ia merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan ponsel dan mencoba menghidupkannya. Namun ponselnya tak mau menyala, ia lupa jika baterainya sudah habis dari semalam.
“Pak Samin, sekarang jam berapa, ya?” tanyanya.
Pak Samin langsung melihat arlojinya begitu ditanyai anak majikannya itu, “Baru jam setengah tujuh, den.”