=Galang=
‘Plakk!’ Bani menampar pipi Niara dengan keras usai Niara mengucapkan itu semua.
Utami membekap mulutnya saat melihat sang suami menampar Niara cukup keras, Galang yang berdiri disebelahnya hanya memandang kosong kearah dimana Bani dan Niara saling beradu mulut.
“Niara! Apa maksud dari semua ini?”
“Aku nggak perlu jelasjn apa-apa lagi sama Mama, aku cuma pura-pura buta. Dan asal Mama tahu, aku melakukan ini semua karena anak itu!”
“Tapi, nggak gini juga caranya, Ra! Kamu udah bohongin kita semua.”
“Niara nggak cuma bohongin kita, Ma. Dia juga udah bunuh Kakaknya sendiri,” ujar Bani.
“Ma-maksud kamu, mas?” tanyanya gugup.
“Niara yang udah sabotase mobilnya Lulu,”
‘Plakk!’ untuk yang kedua kalinya Niara mendapat tamparan, setelah sang Mama melayangkan tangan yang dulunya membelai pipinya lembut dan kini sekarang tangan itu melukai fisik dan hatinya.
“Jangan pernah berani tatap Mama seperti itu!” bentaknya tepat di depan wajah Niara yang sudah memerah.
“Sikap kamu sudah keterlaluan, Nuara. Seharusnya kamu masuk penjara,” kata Bani meninggikan suaranya meskipun beberapa orang yang lewat kebingungan melihat kerluarga mereka yang singgah ditepi jalan dan saling melontarkan kata yang tidak pantas untuk diucapkan dipublik seperti ini.
“Gak sekalian aja Papa masukin aku ke rumah sakit jiwa?” tanya Niara dengan nada datarnya—seperti melawan.
“Ide yang bagus. Kalau begitu ayo ikut Papa,” ujarnya lalu maju mendekati Niara dan kembali memegang tangan putrinya itu.
“Orang tua macam apa kalian, yang tega bawa anaknya ke penjara apalagi ke rumah sakit jiwa. Jelas-jelas disini yang sakit jiwa itu kalian semua!” katanya sambil menghentakkan cekalan sang Papa pada tangannya.
“Adik mana yang tega bunuh Kakaknya sendiri,” ucap Galang yang akhirnya angkat suara. Namun ucapannya langsung mendapat tatapan tajam dari Niara.
“Diam! Gak usah ikut campur urusan gue.”
“Kenapa? Galang hanya mengatakan yang sebenarnya,”
Dengan brutal Niara bergerak maju mendekati Galang dan mendorongnya hingga sang empu terjatuh. Bani dan Utami tak tinggal diam saat Putri keduanya melakukan hal itu kepada Putranya, Utami segera membantu Galang untuk berdiri, sedangkan Bani segera menarik tubuh Niara agar sedikit menjauh dari Putranya—Galang.
“Kamu nggak apa-apa 'kan, sayang?” tanya Utami cemas.
Galang mengangguk sebagai jawaban, mengatakan jika ia baik-baik saja. Ya, meskipun kini pandangannya sedikit berbayang.
“Kita balik ke rumah sakit aja, ya?” tawarnya yang langsung mendapatkan tolakan dari Galang.
“Galang, dengerin apa kata Mama kamu. Jangan membantah, ini juga untuk kebaikan kamu. Niara biar Papa yang urus,” kata Bani yang mencoba menegur Galang karena menolak tawaran dari sang Istri.
“Ayo, Lang.” ajak Utami lagi. Galang menuruti perkataan sang Papa untuk kembali ke Rumah Sakit, lagipula tubuhnya sudah merasa sakit serta pandangannya yang berbayang pula.
=Galang=
Bani sudah membawa Niara ke sebuah Rumah Sakit Jiwa setelah Putrinya itu mencoba memberontak dan meminta untuk dilepaskan cekalannya. Akhirnya para petugas Rumah Sakit berhasil menenangkan Niara dengan sebuah suntikan penenang.