=Galang=
Ditengah waktu bersantainya yang sedang memainkan ponsel, Galang merasa ada yang tidak beres dengan perutnya. Rasa sakit dan mual yang bersamaan membuatnya yang semula berbaring terlentang langsung meringkuk sambil meremas perutnya.
“Agh, aduuh ... kenapa sakit banget.”
Di rumah sedang tidak ada siapa-siapa, hanya dirinya seorang. Perutnya yang sudah terlalu sakit, Galang memutuskan untuk menelpon Mamanya. Ditengah kesakitannya, ia menunggu panggilan itu diangkat oleh sang Mama, panggilannya terhubung namun tidak diangkat. Sedang apa Mamanya itu sehingga tak bisa mengangkat panggilan darinya, ia menyerah untuk mendial nomor Mamanya, beralih pada Papahnya. Galang menghela nafas detik berikutnya ia mengerang, Papahnya sama saja dengan sang Mama.
“Shh ...” Galang mendesis perih tertahan, perutnya semakin berulah. Ia bangun dari ranjangnya lalu bergegas menuju kamar mandi karena merasa mual.
Ia berjongkok pada kloset, lalu mencoba memuntahkan apapun dalam perutnya. Tapi sia-sia, tak ada yang keluar dari mulutnya. Ia hanya terbatuk-batuk dan mencoba memuntahkan sesuatu kembali, perutnya sangat mual tapi kenapa tidak ada yang keluar. Galang menyudahi acara muntahnya, lalu berjalan menuju ranjangnya dan mengambil ponsel yang tergeletak diatas ranjang dekat bantal. Galang mendial nomer Kakaknya—Lulu.
“K-kak, pulang ...,” ujarnya setelah panggilannya tersambung.
“Ada apa, Lang. Kamu kenapa?” suara Lulu terdengar panik diseberang sana.
“Pulang, Kak. Perut Galang sa-sakit banget,” pintanya. Bahkan Galang sudah menangis menahan rasa sakit dan mual yang secara bersamaan menyerang perutnya.
“Kamu panggil Mama, Lang.”
“D-di rumah nggak ada siapa-siapa,” jawabnya lemas.
“Sama sekali? Bi Sari?”
Galang tak menjawab, hanya mengerang sakit ia sudah kembali meringkuk diranjangnya.
“Kakak pulang sekarang, kamu tahan ya,” katanya setelah mendengar erangan sang Adik dari seberang sana terdengar melalui sambungan telepon.
Lulu yang saat ini tengah berbincang mengenai masalah kliennya terpaksa harus menghentikan dan menunda, beruntungnya si klien mau mengerti dan menyetujui untuk bertemu dilain waktu lagi. Lulu langsung bergegas menuju parkiran dan melesat pergi ke rumahnya.
Setelah menempuh waktu kurang lebih tigabelas menit, kini ia sudah di depan rumahnya. Lulu berjalan cepat masuk ke dalam rumah dan mencari keberadaan Adiknya yang ia yakini pasti ada di kamar. Lulu masuk begitu saja ke dalam, dan sudah mendapati Adiknya yang tengah meringkuk kesakitan sambil memegang perutnya. Lulu segera berhambur melihat keadaan Adiknya, ia bisa melihat Adiknya itu menangis. Entah seberapa sakitnya sampai Adiknya menangis seperti ini.
“Galang,” panggilnya.
Galang mendongak dan melihat wajah khawatir Kakaknya, “Kak...”
“Kita ke rumah sakit,” ajak Lulu lalu membantu Galang bangun.
Galang berjalan dengan tertatih meskipun sudah dipapah oleh sang Kakak. Ia masuk ke dalam mobil disamping kemudi, Kakaknya menyusul masuk. Lalu melajukan mobilnya menuju rumah sakit.