=Galang=
“Putra Ibu baik-baik saja, tidak ada luka yang serius. Hanya memar biasa, sebentar lagi putra Ibu akan segera bangun,” tutur sang Dokter pada Utami.
Utami menghela nafas lega mendengar penjelasan dari dokter yang menangani putranya, kejadian tadi sore membuat dirinya dan juga sang suami panik hingga sesegera mungkin membawa putranya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
“Setelah sadar nanti, putra Ibu bisa langsung pulang.” ucap sang dokter lagi.
“Baik, terimakasih, dok.”
“Kalau begitu saya pamit, jika butuh sesuatu Ibu bisa datang ke ruangan saya. Mari bu,” ujarnya lalu bergegas pergi keluar.
Tak lama setelah sang dokter keluar, suaminya menyusul masuk dan berdiri disebelahnya, sembari mengusap punggungnya. Mencoba menenangkan dirinya.
“Gimana, Pa?”
“Niara sangat ketakutan saat Papa tanya, Niara bilang kalau Galang yang mencoba mencelakainya. Dia hanya membela diri, dan tidak sengaja mendorong Galang. Tapi, Papa nggak tahu harus percaya atau tidak sama Niara.” jelasnya.
“Niara nggak mungkin bohong, Pa. Papa bisa lihat 'kan kondisi Niara, dia nggak mungkin mencoba mencelakai Galang.”
“Lebih baik kita dengar penjelasan dari Galang dulu, sekarang kita nggak bisa menyimpulkan siapa yang salah disini.”
Atensi mereka teralihkan kala mendengar suara lenguhan dari seseorang yang terbaring sejak tadi. Perlahan mata itu terbuka sayu, lalu terpejam kembali kala pening menghampirinya.
“Galang, kamu baik-baik aja, nak?” tanya Bani saat mata putranya benar-benar terbuka. Galang hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Galang, apa benar kamu mencoba mencelakai Niara?” tanya Utami yang langsung mendapat tatapan tajam dari sang suami.
“Galang, nggak—”
“Gak apa-apa, nak,” potong Bani.
“Nggak, Pa. Galang rasa, Galang harus kasih tahu kalian sekarang.”
“Maksud kamu apa, nak?” tanya Bani yang tak mengerti maksud dari perkataan putranya.
“Ini tentang Kak Lulu, penyebab kecelakaan itu bukan dari Kak Lulu sendiri, tapi ada yabg mensabotase mobilnya. Dan kalian tahu siapa yang udah mensabotase mobil Kak Lulu?” Galang menjeda kalimatnya.
“S-siapa?”
“Kak Juni,”
“Maksud kamu apa, Galang? Jangan bicara omong kosong. Niara nggak mungkin melakukan itu, apalagi sama Kakaknya sendiri.”
“Galang nggak bicara omong kosong, emang itu kenyataannya, Ma. Galang punya bukti!” jawab Galang dengan suara yang lantang. Hingga Utami dan Bani terdiam karena ucapan putranya.
Apa disini kedua anaknya sedang beradu kemampuan dalam ber-acting, saling menyalahkan satu sama lain. Utami tidak tahu siapa disini yang benar.
“Kalau begitu, tunjukan buktinya sama Mama dan Papa.”
“Buktinya ada di handphone Galang, dan saat ini mungkin Kak Juni lagi berusaha buat hapus bukti dari handphone Galang.” jawaban Galang membuat Utami dan Bani terdiam.
=Galang=
Sepulang dari rumah sakit, mereka berkumpul diruang tengah. Itu semua adalah kemauan Galang, sebenarnya Bani melarangnya untuk membicarakan perihal saling tuduh antara putra dan putrinya karena Galang baru saja keluar dari rumah sakit dan memerlukan istirahat yang cukup. Tapi Galang, tetap Galang, ia ingin masalah cepat terselesaikan dan membongkar semua kebohongan yang dilakukan Kakaknya selama ini.