• Duapuluh - END

5.1K 264 19
                                    

=Galang=

Dua tahun kemudian

“Galis,” panggil Galang saat netranya menemukan keberadaan cewek itu yang sejak tadi dicarinya.

Cewek itu menoleh, “Iya, Lang?”

“Selamat ya.” Galang mengukurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Galis.

“Thanks, Lang. Lo juga selamat ya,” jawab Galis sekaligus mengucapkan selamat kepada sahabatnya itu karena sudah meraih nilai tertinggi kedua di sekolah mereka.

Oh, ya. Hari ini adalah hari kelulusan bagi keduanya, dan keduanya meraih nilai tertinggi. Galis meraih nilai tertinggi, oleh sebab itu sedari tadi cewek itu terus menyunggingkan senyum indahnya kedapa semua orang yang memberinya ucapan selamat.

“Hmm, lo mau terusin kuliah dimana?” tanya Galang. Ia terlihat gugup berhadapan dengan Galis, karena hari ini cewek itu berdandan dengan sangat cantiknya sehingga membuat semua pasang mata tertuju pada sahabatnya itu.

“Penginnya sih ke luar,” jawabnya.

“Ke luar kemana? Ke luar angkasa? Mau temenan sama alien lo disana,” Galang berusaha mencairkan suasana yang sedikit canggung tadi.

“Bukan, ih. Maksudnya ke luar negeri, tapi belum tahu dimananya.”

Galang terkekeh, “Habisnya kalau ngomong suka nggak diterusin. Yaah, gimana sih, kok nggak tahu?”

“Belum tahu, Lang. Bukan nggak tahu, hmm kalau lo sih?”

“Sama, belum tahu. Tapi gue penginnya disini,”

Galis mengangguk-anggukan kepalanya, “Semoga cita-cita lo, gue bisa terwujud.”

“Aamiin.”

Galang masih ingat satu tahun yang lalu saat ia dan Galis sedang di rumah pohon mereka membicarakan tentang cita-cita mereka. Galis bilang, kalau dia ingin menjadi seorang dokter anak, cewek itu sangat menyukai anak kecil. Kalau dirinya sih, ingin menjadi seorang dokter umum saja. Mereka sama-sama bercita-cita menjadi dokter meskipun berbeda dalam bidangnya.

Kembali pada saat ini, keduanya sudah duduk disebuah bangku.

“Nggak kerasa ya, sekarang kita udah lulus aja.”

“Iya, nggak kerasa juga udah dua tahun aja Kak Lulu pergi,” ujarnya dengan suara yang rendah dan tatapan mata yang sendu.

“Kak Lulu pasti bangga sama kamu, Lang. Adiknya dapat nilai tertinggi di sekolah.”

“Tertingi kedua,” ucapnya.

“Ya nggak apa-apa, yang penting tertinggi. Pokoknya Lo harus semangat, jangan terpuruk sama masalah yang dulu-dulu. Lo harus lupakan itu dan mulai hidup yang baru sama Mama dan Papa, lo sekarang. Semangat, Lang!”

Galang masih terperangah, dalam hatinya ia berkata sudah cantik, hatinya bak malaikat pula. Andai saja Galis belum punya pacar sudah ia jadikan pacarnya hari ini juga. Satu tahun yang lalu Galis bercerita jika ada seorang cowok bernama Raga yang menyukainya, cowok itu baik katanya. Raga juga anak dari teman Mamanya, jadilah mereka jadian. Galang juga senang saat mendengar itu dari Galis.

=Galang=

“Galang, ayo nak.”

“Iya, Ma. Sebentar,”

“Lama banget sih anak Mama dandanya,” tuturnya melihat bagaimana hari ini putranya itu sangat rapi dan tampan.

“Berangkat sekarang, yuk.” Galang mengangguk. Mereka berjalan keluar rumah dan bisa dilihatnya saat sudah didepan, Bani ternyata sudah menunggu mereka.

GalangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang