“Tentu kalian sudah tahu mengapa kalian bisa berada di dunia ini. Maka dari itu kalian juga harus berlatih untuk persiapan hal besar yang mungkin menunggu kalian di depan sana.”
Ketujuh belas anak itu saling memandang lalu mengangguk setuju.
“Ini satu-satunya cara kami kembali ke asal kami kan? Maka akan kami lakukan!”
Mereka berjalan menyusuri koridor mengikuti langkah Mr. Jin yang berjalan menuju kelas sihir mereka.
Samar-samar mereka mendengar suara bising dari kelas yang mereka tuju. Cukup mengherankan karena kelas lain nampak lebih senyap dibanding kelas itu.
“Haechan, awas kau ya!”
Mr. Jin menggelengkan kepala sambil berdecak pelan. Anak-anak ini!
Saat memasuki kelas Mr. Jin berhenti melangkah saat dirinya hampir terkena gumpalan kertas terbang. Melihat kedatangan Mr. Jin sontak semua murid kocar-kacir kembali ke tempat masing-masing.
Jeongwoo, Haruto dan Beomgyu saling pandang. Mungkin kelas ini akan menyenangkan.
Seakan hal tadi tidak terjadi, Mr. Jin melangkah ke tempatnya lalu menyuruh ketujuh belas anak itu untuk duduk di tempat yang kosong. Sontak mereka berhamburan mencari tempat kosong.
Cowok berambut pirang dengan nametag Haechan di jubahnya berbalik ke belakang. “Hei, kenalkan aku Haechan.”
Cowok yang duduk di sampingnya pun ikut menoleh lalu memperkenalkan diri. “Aku Mark.”
Kebetulan yang duduk di belakang mereka adalah Hyunsuk dan Yeonjun. Mereka akhirnya berkenalan dan cepat mengakrabkan diri. Begitupun yang lainnya, dengan cepat semuanya sudah akrab.
“Sekali-kali kalian harus mampir ke asrama kami, aku mempunyai banyak sekali camilan yang bisa dinikmati.”
Jisung mengangguk setuju. “Itu benar, setiap minggu orang tua Chenle akan mengirimkan banyak sekali makanan dan minuman.”
Junghwan dan Kai mengangguk cepat. “Tentu saja."
“Sudah-sudah mari kita mulai pelajaran hari ini." Intruksi Mr. jin pada mereka.
****
“Ah, tugas hari ini banyak sekali," keluh Haechan sambil mengacak rambutnya. Lelaki itu menutup buku ramuannya lalu memasukkannya ke dalam tas-nya.
Yeonjun mengerjapkan matanya kala Haechan memasukkan kuali ramuannya ke dalam tas.
“Bagaimana itu bisa masuk?" tanya Yedam yang ternyata juga melihat hal itu.
“Ini?" Haechan menunjukkan tas-nya. Saat mereka melihat isi tas itu, mereka malah tak menemukan apa-apa. Lalu kemana semua isinya?
“Semua tas kan, memang begini?" heran Haechan.
Anak-anak itu terlihat terkejut membuat Mark bertanya. “Kalian ini dari pedalaman mana hingga tas saja tidak tahu?"
“Kami tahu apa itu tas," jawab Jaehyuk.
“Lalu?"
“Yang kami herankan, bagaimana barang sebesar itu bisa masuk ke dalam tas itu?" celetuk Jihoon heran.
“Jika dilihat juga terlihat tak ada isinya, bagaimana bisa?" Yedam bertanya-tanya.
Sekarang giliran ke-tujuh lelaki itu yang bingung.
“Kalian benar-benar tidak tahu?" tanya Renjun sekali lagi.
Jeno menyipitkan matanya. Jika dilihat-lihat kedatangan tujuh belas murid baru ini juga membingungkan, tidak dijelaskan mereka ini pindahan sekolah mana.
Dan lebih mengherankan lagi, mereka terlihat ... bingung?
“Kalian bukan dari sini ya?" tanya Jaemin tiba-tiba.
Ketujuh belas anak itu terdiam. Sedangkan ketujuh anak yang lainnya menatap mereka menuntut penjelasan.
“Kalian mencurigakan," ungkap Chenle.
“Kami bukan orang jahat."
“Kalian tujuh belas anak itu ya? Anak-anak yang ada ... di ramalan?" Tebakan Jeno membuat keenam anak lain memandang mereka dengan tatapan penuh arti.
“Kalian datang bertujuh belas secara bersamaan, Mr. Jin juga tidak menjelaskan apa-apa tentang kalian. Bahkan kalian terlihat bingung tentang sihir."
Haechan mengangguk setuju dengan ucapan Jeno yang masuk akal. “Di dunia ini mana ada yang gak tahu tentang tas seperti ini? Tas kan memang seperti ini dari dulu."
Chenle membuka tas Soobin membuat lelaki itu terkejut. “Tas kalian juga aneh."
Mark langsung heboh. “Jadi benar kalian anak yang di ramalan?"
Tujuh belas anak itu bingung mau menjawab apa. Karena sebenarnya mereka kurang mengerti, bahkan beberapa masih tak yakin tentang ramalan itu.
“Mereka benar anak-anak yang di ramalan," jawab Miss Rose yang tiba-tiba berdiri di samping Junghwan membuat anak itu terkejut.
Melihat Junghwan terkejut, Rose tersenyum meminta maaf. Wanita muda itu mengelus kepala Junghwan, "maaf yah membuat mu terkejut."
“Miss kok bisa ada disini? Bukannya ini sudah jam pulang?" tanya Jisung.
Miss Rose cemberut. “Memang salah ke ruang kelas murid sendiri? Kalian kan, murid-murid kesayangan ku."
“Miss, bisa tolong jelaskan tentang mereka?" tanya Mark penasaran.
Miss Rose kembali tersenyum. “Mereka benar anak-anak yang ada di ramalan. Dunia sihir akan selamat!" jawabnya dengan nada ceria.
“Kalian semua belajar dan berlatih dengan giat, tak lama lagi gerhana bulan yang artinya perang semakin dekat. Kalian pastinya tak ingin ada satupun yang terluka bukan?"
Bulu kuduk mereka meremang membayangkan perang terbesar dan terdahsyat menurut ramalan akan terjadi dalam waktu dekat.
“Jangan kalah sama murid-murid perempuan di sebelah. Mereka semua sudah berlatih keras dari dulu untuk menyiapkan hal ini."
“Para murid perempuan memang ganas sih, aku bahkan tak berani mendekat dengan perbatasan. Mereka semua kuat dan keren," ujar Haechan bergidik ngeri.
Di sekolah ini memang ada pembatas antara murid laki-laki dan perempuan. Para murid perempuan tak ingin murid laki-laki melihat bagaimana cara mereka berlatih, bagi mereka sebuah penghinaan jika murid laki-laki melihat mereka berlatih.
Mereka akan bertemu jika ada tes atau ujian saja. Namun untuk latihan, mereka memiliki tempat latihan yang terpisah.
Ada sebuah tembok besar menjadi pembatas antara mereka. Para murid laki-laki tak pernah ada yang berani mendekati tembok itu apalagi melewatinya, karena jika ada laki-laki yang melewati tembok tersebut maka seluruh murid perempuan akan mengamuk padanya.
Perempuan benar-benar mengerikan.
“Memangnya kapan perkiraan gerhana bulan itu terjadi, Miss?" tanya Soobin.
“Tiga bulan lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic World |TXT TREASURE
Fanfiction[BIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❝ᴅᴜɴɪᴀ ᴀᴘᴀ ɪɴɪ?❞ ↺ᴛxᴛ ғᴛ ᴛʀᴇᴀsᴜʀᴇ sᴛᴀʀᴛ: 28-02-2021 ғɪɴɪsʜ: -