Dia (2)

18 4 0
                                    

"Ouch!" Sepertinya ada yang sengaja mendorong ku. Gawat! Aku akan terjatuh.....

~~

Bruuuk...

Badanku sudah bertemu dengan permukaan tanah.

"Issh... Sakit" Rintih ku

Cih sial, aku dipermalukan di depan murid-murid. Ini pasti perbuatan Andre. Mengapa dia tak mencoba menahan ku jatuh?. Aku seharusnya sudah tau bahwa ia tak akan pernah bisa di percaya.

"Ran, elu gak apa-apa kan?" Cih! Dia bersandiwara lagi. Seharusnya aku itu sadar, sadar bahwa aku hanya ANGIN, hanya ANGIN di hidupnya. Tangan ku gemetar dan air mataku siap untuk menetes.

'Heh Ran, lo harus kuat. Makanya lo jangan percaya sama si Brengsek ini'

Aku berusaha berdiri meski sakit.

"Ran sini gua bantu" Tangannya terulur membantu ku.

"Lo.., lo gak usah sok peduli lagi Ndre!, seharusnya gua dah paham sifat lo yang kayak gini!!. Gua gak perlu bantuan lo!!" Aku menempis tangannya. Tanganku benar-benar bergetar.

"Ran, bukan gue yang nyandung elu. lo gak percaya sama gue sih?"

"Iya Ndre, gua gak pernah percaya sama lo!"

"Biarin aja Andre ganteng, sini sama kakak aja" Demi apapun mungkin aku ingin muntah. Dasar cewek jelalatan.

"Gak usah peduliin gua Ndre!!"

"Isssh.... Biar aja, pergi lo dasar cewek penggoda!!" Hina seorang senior jelalatan padaku

"DENGERIN DIA NDRE, GAK USAH CARI GUA LAGI!"

Aku merasa butuh tempat untuk menyendiri. Aku juga merasa bahwa aku harus lari sejauh mungkin. Aku muak. Tak puaskah dia mempermalukan diriku dulu?. Aku hanya tau satu tempat untuk menenangkan diriku. Aku berlari menuju gedung olahraga dengan sekuat tenaga agar tak ada yang tau bahwa air mataku hampir menetes. Tak sengaja aku menabrak seorang lelaki.

"Ah, maaf kak. Aku tidak melihat kakak" Aku bergegas berlari kembali, tapi dengan cekatan tangan senior ku itu pun sudah menarik lenganku menahan agar aku tak berlari lagi.

"Maaf kak, saya harus pergi"

"Tunggu, liat kaki lo lecet kayak gini. Ayo ke UKS"
Aku terdiam dan menuruti perkataannya. Lagipula disana tak ada senior yang jelalatan itu.

"Lo kenapa kok bisa sampe luka kayak gini sih?"

"Anu kak cuman kesandung aja"
Setelah lama kami mengobrol, ternyata namanya adalah Kevin.

Braaak!!..

Seorang lelaki mendobrak pintu dengan keras.

"Ran, lo gak apa-apa kan?, maafin gua Ran, gua gak nyandung lo. Itu ulah kakak kelas tadi"
Aku sungguh tak berharap dia datang saat aku sudah kembali tenang. Aku hanya terdiam dan menunduk.

"Ran, maksud lo itu, lo gak kesandung sendiri kan?, ternyata ulah orang ini ya" Kevin menyeringai.

'Beraninya lo nyakitin Rani nya gua' Kevin menyandarkan tubuhnya di kursi UKS.

"Sapa orang ini Ran? Jawab gue"
Tanya Andre kepadaku.

"Setidaknya dia lebih baik karena mengobati lukaku, daripada hanya melihatku jatuh" Aku tersenyum. Untuk sejenak aku melupakan semua rasa benci ku kepada Andre, untuk sejenak aku bisa melupakan tangis yang hampir keluar, dan untuk sejenak aku bisa merasakan sakit saat Andre kembali datang. Meski aku sudah berusaha memaafkan dirinya. Dan aku pun akhirnya diberi surat izin oleh petugas UKS dengan alasan aku harus istirahat. Aku menelfon bibi ku dan 15 menit setelah nya, pak supir sudah datang menjemput ku. Aku menyuruh pak supir utnuk berhenti di apotek karena aku ingin membeli obat sakit kepala. Ketika aku sudah sampai dirumah, aku merebahkan diriku di ranjang. Aku mencoba untuk tidur.

~~

Aku tersudut di sebuah pojok ruangan dengan merengkuh badanku sendiri. Aku menangis dan ketakutan.

"Berani beraninya kamu selingkuh ya!!! Gak nyangka kamu itu murahan banget!!"

"APAAN SIH MAS?!, MAS JUGA SELINGKUH, DI KLUB WAKTU ITU APAAN HAH? KAU KIRA AKU GAK TAU MAS"

Kedua orang ini terus berdebat dan aku ketakutan. Aku menutup telinga dan mataku dengan erat.

"Udah gak usah dibahas lagi, kasihan si Rani sampe takut"

"RANI SAPA HAH? ANAK HARAM MU ITU?" Henry marah besar.

"Mas, udah aku bilang, dia anak kandung mu mas, dia anak mu!"

~~

Aku terbangun dari tidurku. Tak menyangka aku akan bermimpi seperti ini, lebih kejam. Ya tuhan, biarkanlah mereka tidur dengan tenang, jangan sampai aku alasan mereka untuk bergentayangan di dunia ini. Aku sekali lagi terkejut. Apakah aku bukan anak kandung dari mama dan papa. Apakah aku ini anak haram mama?. Ya Tuhan, aku tau takdir yang kau pilih pasti adalah takdir terbaik untukku. Mungkin untuk kali ini aku harus bersabar. Aku kembali menangis. 15 menit kemudian, aku menghapus jejak air mataku dan melihat jam dinding. Ini masih jam 3 sore, aku lekas mandi. Aku membuka pintu rumah dan melangkah keluar. Aku menyusuri tepian kota mencari restaurant untuk makan malam ku nanti. Aku bersinggah di sebuah restaurant dengan makanan khas Indonesia. Aku memesan beberapa makanan untuk dibawa pulang. Setelah itu aku berjalan meninggalkan restaurant dan kembali berjalan pulang ke rumah.

.......

"Tuan muda, anda ingin pergi kemana?"

"Pergi saja ke kantor perusahaan Golden Eagle, aku ingin bertemu ayah"

"Baik tuan muda"

.......

Ciiiit!...

Sebuah mobil sport bermerek BMW berhenti tiba-tiba di pinggir jalan. Tentu itu membuat ku kaget.

'Orang ini waras apa gak sih? Berhenti tiba-tiba. Apalagi ini mobil mahal, mungkin sudah gila kali'

Aku melanjutkan langkah kakiku dengan santai sambil membawa kresek berisi makanan ku nanti malam. Bisa makan enak nih aku

.......

"Ada apa tuan muda?"

"Tunggu, apakah benar itu dia?"

"Mukanya mirip sekali tuan, apakah tuan mau turun?"

"Tak usah, ikuti saja dia"

To be continue

Tunggu chapter selanjutnya ya....

Only MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang