Good Days [3]

3.4K 231 7
                                    

27 Desember

Seperti yang sudah kuketahui—berterimakasih pada Suigetsu atas infonya—ini adalah hari ulang tahun Hinata. Aku sudah menyiapkan kejutan spesial untuknya, di tempat yang spesial, dengan suasana yang spesial.

Sebenarnya, Suigetsu berniat membantuku untuk mendekorasi, tapi dia dengan terpaksa harus pulang karena Jugoo tiba-tiba menelepon dan mengatakan bahwa dia membutuhkan bantuan. Tak apa, saat itu terjadi, dekorasi sudah hampir selesai. Satu hal terakhir yang harus aku lakukan saat ini hanyalah menjemput Hinata di rumahnya.

Karena hari sudah beranjak siang, aku buru-buru kembali ke rumah, mandi dan keramas dengan shampo yang beraroma bergamot kesukaanku, berpakaian kasual, kemudian meluncur ke rumah Hinata dengan santai.

Aku tahu aku adalah orang yang tidak romantis. Ketika kebanyakan pria mengadakan makan malam romantis dengan pasangannya yang ulang tahun atau mengajaknya ke klub untuk berdansa, aku malah berniat memberi kejutan dengan piknik? Jujur saja, aku merasa sedikit pesimis. Jangan-jangan, Hinata malah bisa menebak kejutanku? Atau lebih buruk lagi? Aku tidak bisa bayangkan....

Sayangnya, aku harus menelan bulat-bulat pikiranku yang khawatir karena mobilku telah menepi di halaman rumah Hinata yang tenang dan sepi.

Yah, sepi mengungkapkan segalanya. Gerbang rumahnya hanya terbuka sedikit. Di dalam malah lebih sepi lagi, bahkan mobil sport biru Hinata yang biasa terparkir di halaman tidak ada.

Hinata tidak mungkin pergi. Jika dia tidak sedang ada di rumah, dia seharusnya mengunci gerbang.

Aku merasa senang karena akhirnya menemukan alasan untuk tidak merasa khawatir.

Dengan penuh percaya diri, aku melangkah menuju pintu ganda berukuran besar yang dicat cokelat dan mengetuk pintu sambil menyiapkan senyum terbaik yang bisa kuberikan.

...Tapi, tunggu! Ada yang kulupakan? Apa?

Belum sempat aku memikirkan apapun, satu pintu terbuka, menampilkan wajah lembut Hinata dalam senyum sapaan yang manis. Aku balas tersenyum dan menarik pintu agar lebih terbuka sehingga aku bisa melihatnya dengan lebih jelas.

"Ohayou, Sasu-kun. Ada apa?"

Aku mendadak merasa gugup. Senyumku membeku dan detak jantungku entah bagaimana meningkat saat aku melihat matanya yang cerah seperti tersenyum. Apa ini? Aku tidak pernah merasa segugup ini!

"O-ohayou ... Hime .... "

"Um, jadi ada apa?"

"Selamat ulang tahun," sahutku dengam cepat sampai nyaris seperti berteriak. Aku menutup mulutku. Bodohnya aku, padahal bukan nada yang seperti itu yang sudah kulatih di depan cermin selama berjam-jam!

Wajah Hinata langsung meledak dalam senyum cerah.

Melihatnya seperti itu, rasa gugupku yang sudah tidak bisa terbendung meningkat secara drastis sehingga membuatku merasa sulit bernapas. Ada rasa hangat yang menyenangkan yang menggelitik diafragmaku dan hal yang bisa kulakukan hanyalah menatap senyumnya yang terukir di atas mulutnya yang berbentuk busur dengan tatapan seperti kelinci yang terhipnotis oleh ular. Sudah pasti itu adalah busur yang telah menembakkan panah cinta!

"Lalu, di mana bungaku?"

Eh? Rasa gugupku langsung menghilang tanpa sisa saat mendengar pertanyaannya.

Bunga! Demi Tuhan, bagaimana bisa aku melupakan benda yang sangat penting seperti itu???

"Bu—bunga? A—anu ... tadi ada .... " Aku harus bilang apa sekarang??!!

"Ada apa?"

"Aku tidak ingat membelinya." Oh, Venus, tolong bunuhlah aku karena telah mengatakan itu! Seharusnya aku berbohong saja, misalnya bilang bahwa toko bunganya tutup atau sesuatu yang seperti itu. Bukankah berbohong untuk kebahagiaan, eh kebaikan, adalah baik?

Kiss and Hug's Drama {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang