Januari 2012
Seorang namja berjalan gontai sambil sesekali berpegangan pada dinding di koridor yang serba putih itu ketika tubuhnya mulai oleng. Di tangannya tergenggam selembar kertas yang tadinya dibalut dengan amplop coklat. Karena genggamannya yang terlalu kuat, kertas itu mulai kusut bahkan nyaris robek. Tulisan di dalam kertas itu sungguh membuatnya hancur. Demi apapun, dia masih berusia 17 tahun dan harus melalui kesulitan ini di hidupnya.
Dua bulan lagi impiannya akan terwujud. Impian yang selama ini coba ia raih dengan selalu bekerja keras. Semua rasa lelah, rasa sedih, dan rasa muak selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan coba ia tahan. Hari demi hari ia lalui dengan teman-temannya. Melewati kesulitan maupun kebahagiaan. Dan hari itu, hari dimana ia dan teman-temannya sangat berharap segera datang, sepertinya harus dia relakan begitu saja.
Namja itu melangkah menuju parkiran mobil dimana salah satu temannya, yang sudah berjuang bersamanya selama berbulan-bulan ini, menunggu dirinya keluar dari rumah sakit itu.
Namja itu menghela napas dalam, mencoba menguatkan hatinya, sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil dengan ekspresi tenang seperti biasanya.
“Eoh, bagaimana Minwoo – ya? Hasilnya sudah keluar? Kau baik-baik saja, ‘kan?” tanya namja yang sedari tadi menunggu di parkiran, Seo Eunkwang.
Lee Minwoo, namja yang baru masuk ke dalam mobil itu, hanya memasang senyum tipis dan menatap wajah Eunkwang.
“Hyung, mianhae.... sepertinya aku tak bisa debut bersama kalian”
.
.
.Suasana di ruang tengah sebuah dorm yang dihuni oleh tujuh namja tampak sunyi. Padahal semuanya sedang duduk di ruangan itu, kecuali Lee Minwoo, yang masih berada di kantor agency untuk menemui CEO agency mereka.
Keenam namja itu masih diam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Semuanya tertunduk dengan wajah sedih bercampur khawatir dan marah. Mereka tak bertengkar satu sama lain. Mereka hanya marah pada keadaan dan takdir yang kejam.
Setelah mendengar berita bahwa salah seorang dari mereka, Lee Minwoo, mengalami masalah kesehatan pada telinganya, keenam namja itu seperti sudah dapat menebak apa yang akan terjadi. Meskipun belum debut sebagai idol, mereka sudah tahu bagaimana kejamnya kehidupan di jalan yang sudah mereka pilih itu.
Ya, Seo Eunkwang, Lee Minhyuk, Lee Changsub, Im Hyunsik, Jung Ilhoon, dan Yook Sungjae, keenam namja itu adalah trainee di salah satu agency yang tak terlalu besar di Korea Selatan, Cube Entertainment. Mereka sudah berbulan-bulan berlatih bersama demi menyiapkan debut mereka, tentunya bersama Lee Minwoo juga, yang rencananya akan dilakukan dua bulan lagi.
Dua bulan lagi, mereka bertujuh harusnya akan resmi menjadi idol dan bisa bernyanyi dan menari di depan semua orang, di atas panggung, dengan sorak sorai penonton. Itu adalah hal yang sangat mereka impikan. Berlatih bersama selama ini membuat ketujuhnya menjadi semakin dekat satu sama lain. Dan musibah yang menimpa salah seorang anggota di antara mereka tentunya membuat mereka terpukul juga.
Mereka mengkhawatirkan banyak hal. Bagaimana jika cedera yang dialami Minwoo sudah terlalu parah? Bagaimana jika Minwoo sungguh tak dapat debut bersama mereka? Atau bagaimana jika debut mereka diundur karena masalah kesehatan Minwoo.
Terdengar egois memang. Namun bagaimanapun juga mereka adalah manusia, yang memiliki sifat egois dan serakah. Bukannya tak memikirkan kondisi Minwoo, tapi mereka juga perlu memikirkan perasaan orang tua mereka yang sudah banyak berkorban dan berharap pada mereka selama berbulan-bulan. Tentu saja mereka tak ingin mengecewakan orang tua mereka karena debut mereka yang diundur, atau lebih parahnya terancam gagal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Ending ✔
FanfictionTak perlu menjadi yang pertama. Semua orang pasti menginginkannya. Itu posisi yang terhormat dan membanggakan. Tapi bagiku, selama kita tak putus asa dan terus berjuang bersama, itu adalah hal yang paling membanggakan. Tetaplah bersama, dan tunggu g...