Purple Pokemon

23 1 0
                                    

check it out! uwuwuwuw

.

.

.

Ia yang datang dengan segala kejutan

Dan aku menyilahkannya tanpa paksaan

"hai." Sapaan seseorang mengalihkan focus Metta yang sedang mengelap meja.

Dia lagi... tanpa sadar gadis itu mendesah cukup keras sampai pria yang berdiri dihadapannya mengernyit heran.

"aku kesini karena kangen sama kamu." Suaranya kembali mengalun rendah, seperti ingin menunjukkan kalimat itu khusus ditujukan untuk Metta tapi gadis itu tidak merespon. Dia memilih melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

"Met, aku lagi ngomong sama kamu." Nada suaranya mulai mendesak meminta perhatian Metta.

Metta memutar bola mata malas. Dia juga tahu kalau pria ini sedang bicara bukannya lagi koprol dan goyang ngebor. "gue sibuk." Dua kata yang berhasil Metta keluarkan setengah hati.

"oke, aku tungguin sampai kamu nggak sibuk. Aku duduk disana ya." Ujar Rama mencoba sabar dengan sikap Metta yang terlihat cuek dan tidak peduli padanya.

Metta tidak bisa menyembunyikan dengusannya setelah Rama berjalan menjauh. Kenapa dia jadi sering kesini? Beberapa hari ini Metta merasa seperti diteror oleh kehadiran Rama yang selalu muncul tanpa pemberitahuan. Ingin sembunyi tapi juga mustahil, Metta harus kerja dan tidak mungkin meninggalkan kafe.

Justru yang meninggalkan bekas diingatan Metta malah tidak muncul beberapa hari ini. entah dimana pria bernama Agam itu. dia menghilang tanpa ada kabar, hei... tunggu kenapa Metta jadi ingin tahu kabar pria itu?

Metta menggeleng kuat untuk mengusir pemikiran aneh yang sedang merasukinya.

"lo lagi kenepa? Jangan geleng-geleng begitu nanti pusing." Ujar sebuah suara yang kini sedang menghentikan kepala Metta dengan kedua tangannya.

Mata Metta membulat melihat wajah yang terlampau dekat dan iris hitam yang menatap langsung padanya. Pria itu entah muncul darimana membuat Metta jantungan. Oh astaga!

"gu.. gue nggak apa-apa." kata Metta gugup sambil menjauhkan diri dari Agam yang sudah melepas tangannya dari kepala Metta.

"Muka lo merah banget. Lo lagi sakit? Pusing?" tanya Agam lagi.

"nggak ada." Suara Metta lebih melengking dari biasanya, membuatnya harus berdeham dan menoleh ke sekitar, berharap tidak ada yang mendengar. "nggak. Gue baik-baik aja." Jawabnya.

"Lo yakin? Wajah lo merah banget." Agam kembali mendekat untuk memastikan tapi sebuah tangan menahan bahu Agam membuat pria itu menoleh. "oi bro, apa kabar?" sapanya ramah pada Rama yang sudah terlihat marah.

Ini akan panjang. batin Metta.

"nggak usah deket-deket Metta." Ujarnya tegas.

Agam mengernyit heran mendengar larangan Rama. "kenapa? gue temen dia." Jawabnya santai membuat Rama mengepalkan tangannya.

"gue pacar dia." Kata Rama tidak mau kalah.

"sejak kapan?" Metta melotot tidak terima mendengar ucapan Rama. "kapan gue bilang mau jadi pacar lo dan gue nggak ingat lo nyatain perasaan ke gue."

Bukannya marah, Rama tersenyum manis pada Metta. "jadi lo mau gue tembak?" tanyanya menggoda.

"mati lah." Sahut Metta datar menimbulkan gelak tawa Agam yang langsung mendapat pelototan dari Rama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[S-2] LookoutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang