(11)

6 6 0
                                    

Bandung 2016

Jam menunjukkan pukul sepuluh lewat beberapa menit. Sedari tadi mataku tak henti berpaling ke belakang untuk memastikan jam menunjukkan pukul berapa? Bosan menemaniku ditambah guru yang mengajar tak kalah menyeramkan dibanting film horor yang kunonton waktu lalu.

Fina sibuk menyalin tulisan di papan tulis ke bukunya sedangkan aku sibuk memantau dan menunggu. Mengenai catatan, aku paling malas dalam hal itu alasan pertama karena tulisanku yang lumayan buruk dan alasan kedua, aku lebih suka mengamati buku paket yang isinya jelas sama dengan yang ditulis di depan hanya saja penjelasan yang tidak aku mengerti.

Bel kini berbunyi nyaring, beberapa penghuni kelas mengadu kelelahan termasuk aku pribadi yang kini berdiri dari duduk bersiap untuk keluar dari tempat mencekam itu.

Namun ada yang aneh, sepertinya satu kelas menatap kearah ku termasuk Fina samar samar berbisik entah apa.

Aku baru sadar saat guru yang masih dalam ruangan itu berjalan ke mejaku tak luput kaca mata yang menambah ketajaman matanya.

"Mau kemana?" Tanyanya, alih alih menjawab, menatapnya saja rasanya tak berani.

"Saya tanya kamu?! Mau kemana?!" Bagiku itu bukanlah suatu pertanyaan namun suatu teguran secara halus namun tekanan yang tinggi.

Tubuhku melemas dan segera saja aku kembali duduk.

"Saya gak suka yah, ada siswa yang seperti ini! Gak sopan, guru belum keluar dia sudah ambil aba aba mau keluar! Tolong jangan di ulang!"

"Iya bu" Balasku tetap menunduk takutnya jika ditatap kembali disangka lebih tidak sopan.

Perasaan ku baru terasa bernyawa melihat guru berkaca mata tebal itu keluar dari kelasku dengan buku tebal ditangan kanannya dan tas jinjing ditangan kirinya. Seperti tak terjadi apa apa, semuanya kembali sibuk.

Fina juga hanya menatapku simpati sebelum kembali bergulat dengan catatannya yang belum selesai.

Jantungku kembali melongos dengan gebrakan meja secara tiba tiba didepan ku. Bukan main, seketika pasokan udara terkuras habis dengan keterkejutan yang dibuat oleh laki-laki itu.

"Tindakan lo barusan? Keren!" Dia bertepuk meriah dihadapkanku, mengacungkan jempol dengan tindakan yang sungguh tidak sengaja aku lakukan.

Aku masih diam dengan kelakuannya– aneh. Aku tidak ada niat berterima kasih padanya karena telah menjadi satu satunya yang memuji tindakan ku karena aku tidak butuh.

"Nama lo? Nama? Nama lo siapa?" Dia berseru, bertubi tubi.

Setengah bingung aku kembali melihatnya yang belum beranjak juga setelah aku mengacuhkannya.

"Namaku Alfina Amelia" Fina mengambil alih. Tentu hal itu mendapat tanda tanya di wajah Laki laki itu yang kutebak akan segera ku tahu namanya.

Tunggu.

"Ok Fina, teman lo keren" Setelahnya dia berlalu pergi. Oke, aku tak cukup jagoh untuk membaca masa depan.

Aku melihat Fina yang terus tersenyum tanpa arti dengan pandangan keluar pintu tempat terakhir ia melihatnya pergi.

"Woi! Buruan kelarin terus kita ke kantin" Fina menatap ku jengkel karena mengacaukan lamunan yang tak kuketahui isinya apa.

SILENZIOSOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang